Indonesia memang sangat banyak di diami suku-suku diberbagai pulau. Kali ini kita akan membahas salah satu suku yang sangat terkenal, yaitu suku nias. Dilansir dari channel youtube "Kabar Pedia"
Nias adlah sebutan untuk pulau dan kepulauan yang terletak di bagian barat Pulau Sumatera yang secara administratif berada di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Pulau ini merupakan pulau terbesar di antara gugusan pulau di pantai barat Sumatera yang dihuni oleh mayoritas suku Nias dengan budaya dan tradisinya yang sangat khas. Salah satu tradisi yang paling menonjol dari suku ini adalah tradisi lompat batu atau biasa disebut sebagai homo batu. Tradisi ini sudah ada sejak zaman leluhur dan dijadikan sebagai ajang untuk menguji mental serta visi bagi semua pemuda suku Nias. Uniknya konon selain karena unsur latihan, berhasil tidaknya melampaui homo batu dipengaruhi oleh faktor garis keturunan. Batu yang dilompati merupakan batu-batu besar yang disusun layaknya piramida batu tersebut memiliki tinggi 2 meter dengan ketebalan mencapai 40 cm. Mereka yang berhasil melakukan homo batu akan dianggap heroik dan prestisius. Bukan saja bagi individu yang melakukannya melainkan juga bagi keluarga hingga seluruh masyarakat desa. Karena itu setelah anak laki-laki berhasil melakukan tradisi ini diadakanlah pesta sederhana dengan menyembelih ayam atau hewan lain. Mereka yang berhasil melampaui homo batu juga akan dianggap matang sekaligus dianggap layak untuk menjadi penjaga desa dari konflik dengan desa lain. Meski homo batu adalah bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat suku Nias. Pada kenyataannya tidak semua suku Nias melakukan tradisi ini. Tradisi homo batu hanya dilakukan oleh mereka yang berada di Nias Selatan di kawasan Teluk Dalam. Demikian ini karena disinyalir terdapat perbedaan budaya nenek moyang atau leluhur masyarakat suku Nias. Suku Nias menggambarkan bahwa tradisi ini berawal dari zaman lampau ketika ketangkasan melompat batu sangat dibutuhkan oleh mereka dahulu setiap desa di wilayah Nias dibakar dan dibentengi oleh batu sebagai pertahanan. Karena itu mereka membutuhkan keahlian tersebut guna melarikan diri atau memasuki Desa musuh dalam bahasa lokal Nias disebut sebagai tanoniha. Sedangkan suku Nias menamakan diri mereka sendiri sebagai ono Liha yang berarti keturunan manusia. Mereka hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang sangat tinggi sekaligus hukum adat yang mengatur segala segi kehidupan. Mulai dari kelahiran hingga kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik yang dibuktikan dengan peninggalan sejarah yang berupa ukiran batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman Pulau hingga saat ini. Bangunan-bangunan yang terdapat di pulau Nias kebanyakan berasal dari kebudayaan megalitikum yang memiliki bentuk-bentuk praktik kebudayaan yang dicirikan oleh Monumen dan batu besar. Situs Megalitikum boronadu menjadi salah satu situs Megalitikum dengan usia ribuan tahun. Dimana situs ini diyakini sebagai asal mula para leluhur suku Nias. Suku Nias menganut sistem kasta tingkat kasta yang paling tinggi dikenal dengan istilah balugu untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang Ribuan Orang dan menyembelih ribuan ekor ternak selama berhari-hari. Penduduk pulau Nias dikenal sangat kental dengan budaya peperangan. Mereka memiliki harga diri kesukuan yang sangat tinggi yang karenanya mereka akan melakukan pertarungan dengan sepenuh jiwa jika merasa dilecehkan. Di masa lalu para Marga atau desa di kawasan Pulau Nias kerap melakukan peperangan untuk mempertahankan wilayah dan juga kehormatan dari suatu desa atau Marga. Selain untuk menjaga harga diri Marga atau Desa budaya bertarung yang dilakukan suku Nias juga dimaksudkan untuk menjaga para warga. Di masa lalu perbudakan kerap terjadi di kawasan Sumatera bagian utara orang-orang yang berasal dari kawasan Pulau Nias sering ditangkap yang kemudian dibawa menuju aceh atau Padang untuk dijual. Karena itu demi menjaga keberlangsungan hidup mereka orang-orang di pulau Nias melakukan perlawanan. Umumnya mereka mendiami sebuah rumah yang disebut homo. Sebuah homo merupakan rumah adat yang didirikan tanpa paku dan di desain khusus untuk melindungi mereka yang tinggal di dalamnya agar aman dari serangan lawan saat peperangan. Tiang-tiang kayu ulin besar membuat bangunan ini Sangat kokoh dengan atap curam dengan ketinggian 16 M. Selain melindungi penghuni rumah dari musuh omo sebua juga tahan terhadap guncangan gempa lantaran fondasinya yang terdiri dari lempengan batu besar dan balok-balok besar diagonal. Sebagai suku yang dikenal dengan budaya perang suku Nias dikenal sebagai salah satu suku paling kuat di wilayah nusantara karena itu wilayah ini menjadi wilayah yang sulit ditaklukan oleh Belanda. Meski memiliki wilayah dengan ukuran yang cukup kecil jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Ketangguhan para penduduk di wilayah ini membuat Belanda kewalahan kawasan ini juga disebut sebagai neraka bagi Belanda karena kebudayaan bertarungnya yang mengagumkan sekaligus mengerikan. Bahkan selama ratusan tahun berada di pulau tersebut Belanda baru mampu menaklukkan Pulau Nias pada tahun 1914.
Kategori :