Tajikistan, Negara Bertabur Keindahan, Rumah Etnis Tajik yang Kaya Budaya

Jumat 06 Jun 2025 - 14:16 WIB
Reporter : Deni Saputra
Editor : SAHAD
Tajikistan, Negara Bertabur Keindahan, Rumah Etnis Tajik yang Kaya Budaya

koranrm.id - Di jantung Asia Tengah tersembunyi di balik tirai pegunungan yang menjulang dengan gagah terhamparlah Tajikistan. Sebuah negara yang terkurung oleh daratan berbatasan dengan Afganistan yang penuh misteri.

Di selatan Uzbekistan yang kokoh, di barat kirgistan yang berani, di utara serta Cina yang megah, di sebelah Timur lebih dari 90% dari wilayah negara ini adalah puncak-puncak yang menjulang serta lembah-lembah yang terpahat oleh alam.

Termasuk Pegunungan pamir yang legendaris serta gunung alai yang menjulang dengan Gaga dengan puncak-puncak yang menembus langit di atas 7.000 m seperti Puncak ismoil somoni yang berdiri pada ketinggian 7495 m di atas permukaan laut dengan luas sekitar 143.000 km per.

Dilansir dari channel youtube Doczon.

Tajikistan adalah negara terbesar ke-96 di dunia.

Sebuah lukisan alam yang terhampar luas di mana gletser-gletser yang abadi menutupi lebih dari 6% dari tanahnya dengan populasi sekitar 9,9 juta jiwa. Tajikistan adalah rumah bagi etnis tajik, mereka menggunakan bahasa Persia dan berbagi sejarah dan budaya yang sama dengan Iran dan Afganistan. Tidak kalah penting, intonasinya adalah kunci bagi pintu-pintu warisan yang tidak terhitung. Tidak hanya itu, di antara mereka Uzbekistan Utara menjadi rumah bagi 15% dari populasi di mana suku Uzbek berbagi tanah dan mimpi yang sama di dekat perbatasan antara Tajikistan serta Uzbekistan.

Disisi lain banyak orang Rusia yang telah menetap di Tajikistan selama era Soviet meskipun Angin perubahan kemerdekaan telah mendorong sebagian dari mereka untuk kembali ke tanah asal.

Selain itu terdapat pula komunitas kecil etnis kirgis, Tatar serta Kaza. Di mana mereka seperti bintang-bintang yang tersebar di langit malam yang masing-masing menambah kekayaan mozaik etnis yang membentuk jati diri Tajikistan yang beragam.

Disini di antara puncak-puncak yang mencakar langit serta lembah-lembah yang sunyi, berbagai suku bangsa berkumpul bersama berbagi cerita dan tradisi yang telah bertahan melalui angin perubahan serta badai sejarah.

Sebagian besar penduduk Tajikistan memeluk agama Islam dengan persentase sebesar 98%. Dimana sekitar 87 hingga 95% dari mereka adalah sunni, bermazhab Imam Hanafi. Agama yang mulia ini yang datang 

 secara historis telah gantikan agama zoroaster.

Sementara itu di sudut-sudut tersembunyi Tajikistan etnis pamiri dengan setia menganut aliran Islam Syiah cabang ismaili.

Disisi lain sejumlah kecil umat Kristen serta Budha dan penganut agama lain menambahkan warna pada palet kepercayaan yang beragam.

Mereka adalah benang-benang yang lebih halus dalam tenunan budaya Tajikistan yang masing-masing telah membentuk tapestri yang indah dari kerukunan serta toleransi.

Secara historis, pada era Uni Soviet, Tajikistan adalah sebuah negeri yang penuh dengan cerita dan tragedi.

Setelah revolusi Rusia pada tahun 1917 para geriliawan yang dikenal sebagai bashmai berjuang dengan gigih melawan bolsevik tentara komunis Rusia yang dipimpin oleh Vladimir Lenin.

Dngan semangat perlawanan yang ilwan basma berusaha mempertahankan kemerdekaan yang telah lama mereka dambakan.

Kendati demikian kemenangan baru berpindah pada bolsevik setelah peperangan selama 4 tahun yang menghancurkan di manjid dan desa menjadi abu dan penduduknya terjepit cengan kekuasaan yang tidak kenal.

Dengan tangan besi mereka mulai hapus praktik keagama, di mana Islam, yudaisme dan Kristen dihimpit dan ditekan.

Rumah ibadah ditutup dan kebebasan beragama hanya menjadi angan belaka, akibat dari konflik yang membara dan kebijakan pertanian Soviet yang gagal. 

Asia Tengah termasuk Tajikistan terbakar kelaparan yang merenggut nyawa yang tidak terhitung jumlahnya. Baru dimulai dalam sejarah Tajikistan negara ini dengan keindahan alamnya yang memukau serta warisan budayanya yang sangat kaya dibentuk oleh Soviet menjadi Republik Sosialis Soviet, otonomi tajik ini berarti Tajikistan tidak sepenuhnya Mandiri tetapi memiliki beberapa kekuasaan sendiri di dalam wilayah Uzbekistan.

 5 tahun kemudian pada tahun 1929 Tajikistan dipisahkan dari Uzbekistan mengambil tempatnya sendiri sebagai negara yang berdaulat dalam Maik Uni Soviet.

Namun dalam proses pembentukan ini dua Permata Kota yang banyak dihuni oleh etnis tajik, yaitu kota samarkan dan bukhoro tidak dimasukkan ke dalam batas-batas Tajikistan yang baru tetapi. Tetap menjadi bagian dari Uzbekistan, di antara lembah dan gunung Tajikistan dari tahun 1927 hingga 1934 angin perubahan yang dingin bertiup kencang dari Utara pemerintah Soviet dengan tangan besi dan mata yang tidak pernah berkedip menerapkan kebijakan kolektivitas pertanian yang mengubah nasib para petani.

Mereka yang selama ini bebas mengolah tanah dan menikmati buah kerja keras mereka.

Kini harus menyerahkan segalanya kepada pertanian kolektif tanah yang sebelumnya adalah sumber kehidupan serta kebebasan menjadi milik negara dan hasil panen bukan lagi untuk keluarga dengan tujuan mulia untuk meningkatkan produksi kapas terutama di Selatan yang subur kebijakan Soviet justru menjadi mimpi buruk yang sangat nyata.

Kebijakan ini yang dilaksanakan dengan paksa telah melahirkan kekerasan yang menyayat hati terhadap para petani yang hanya ingin bekerja dalam damai.

Banyak dari mereka yang tidak setuju di mana jiwa merdeka mereka tidak bisa diredam untuk bangkit dan melawan.

Gerakan perlawanan bashmai yang telah lama tertidur kembali bangkit dan menggeliat dalam semangat mereka yang tidak terkalahkan.

Namun demikian di tengah badai ini terdapat juga kilauan kemajuan di mana industri tumbuh dan pembangunan infrastruktur irigasi yang megah didirikan untuk mendukung pertanian yang mereka harapkan akan menjadi tulang punggung ekonomi baru.

Ini adalah masa kontradiksi yang sangat tajam di mana harapan dan keputusasaan kekerasan dan kemajuan berjalan beriringan di jalur sejarah Tajikistan yang berliku.

Di bawah bayang-bayang Joseph Stalin angin dingin teror berhembus dengan kencang melintasi lembah-lembah Tajikistan.

Di mana gelombang pembersihan politik yang mengerikan mengguncang fondasi negara yang terjadi dari tahun 1927 hingga 1938 selama periode yang kelam ini hampir 10.000 orang yang terlibat dalam Partai Komunis Tajikistan dari berbagai jabatan diusir atau dikeluarkan dari partai.

Pembersihan ini adalah upaya sistematis untuk menghapus setiap suara yang berani berbeda pendapat setiap pemikiran yang berani menentang serta setiap semangat yang berani bermimpi tentang kebebasan.

Kemudian setelah pembersihan yang tidak kenal belas kasihan, pemerintah Soviet mengirim orang-orang Rusia untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh mereka yang diusir.

Ibarat hantu-hantu masa lalu yang mencari tempat untuk beristirahat dengan kedatangan mereka, wajah Partai Komunis di Tajikistan mulai berubah di mana orang-orang Rusia dengan langkah-langkah yang pasti dan yang kuat mulai mendominasi struktur kekuasaan mengambil alih posisi-posisi penting yang pernah dipegang oleh putra-putri Tajikistan sendiri.

Bahkan dari tahun 1926 hingga 1959 Angin perubahan ini membawa peningkata. Jumlah orang Rusia di Tajikistan dari kurang 1% menjadi 13% dari total populasi. Pada bulan Februari tahun 1990 langit dusanbe ibuota Tajikistan diselimuti Awan Gelap ketidasan jalan-jalan kota itu bergem dengan suara ribuan langkah yang terarah menandakan kerusuhan bes yang meletus dari rahim  yang haus akan perubahan yang jiwa-jiwa mereka memperjuangkan Tajikistan sebagai negara  yang pemerintahan yang demokratis.

September tahun 1991 sebuah babak baru terukir dalam sejarah mereka di mana Republik Sosialis Tajikistan mendeklarasikan kemerdekaannya dari Uni Soviet yang telah lama mengikatnya dan dengan suara yang bergema melintasi Lembah serta gunung negara ini berganti nama menjadi Republik Tajikistan.

Tags : #tajikistan
Kategori :