Fenomena FOMO vs. JOMO Mana yang Lebih Baik untuk Kesehatan Mental

Selasa 04 Feb 2025 - 09:00 WIB
Reporter : Fahran
Editor : Ahmad Kartubi

KORANRM.ID - Di era digital saat ini, dua fenomena psikologis yang bertolak belakang semakin sering diperbincangkan, yaitu Fear of Missing Out (FOMO) dan Joy of Missing Out (JOMO). FOMO mengacu pada ketakutan seseorang akan kehilangan pengalaman atau momen yang dianggap penting, terutama yang terlihat di media sosial. Sementara itu, JOMO adalah kebalikannya, yaitu kebahagiaan yang dirasakan ketika seseorang memilih untuk tidak terlibat dalam hiruk-pikuk sosial dan lebih fokus pada dirinya sendiri.

FOMO sering dikaitkan dengan peningkatan stres, kecemasan, dan ketidakpuasan terhadap hidup. Dengan media sosial yang menampilkan momen-momen terbaik orang lain, individu yang mengalami FOMO cenderung merasa tertinggal atau kurang sukses. Hal ini dapat menyebabkan kebiasaan membandingkan diri sendiri dengan orang lain, yang pada akhirnya berdampak buruk bagi kesehatan mental.

BACA JUGA:Generasi Rentan Mengapa Kesehatan Mental Menjadi Isu Global yang Mendesak

BACA JUGA:Bagaimana Kesurupan Dipandang dalam Dunia Medis? Ternyata termasuk kedalam Gangguan Kesehatan Mental?

Sebaliknya, JOMO menawarkan perspektif yang lebih tenang dan penuh kesadaran. Seseorang yang mengadopsi JOMO tidak merasa terpaksa untuk selalu terhubung atau mengikuti tren terbaru. Mereka lebih menikmati momen pribadi dan menghargai waktu untuk refleksi diri. Penelitian menunjukkan bahwa mengurangi keterlibatan dalam media sosial dan lebih fokus pada kehidupan nyata dapat meningkatkan kesejahteraan emosional dan mengurangi tingkat kecemasan.

Namun, antara FOMO dan JOMO, tidak ada yang mutlak lebih baik atau lebih buruk. Bagi sebagian orang, sedikit FOMO dapat menjadi motivasi untuk mencoba hal-hal baru dan tetap terlibat dalam kehidupan sosial. Sementara itu, JOMO yang berlebihan juga bisa membuat seseorang terlalu menarik diri dan kehilangan koneksi sosial yang penting bagi kesejahteraan mental.

Kunci untuk menemukan keseimbangan adalah memahami kapan harus terlibat dan kapan harus menikmati momen sendiri. Mengatur penggunaan media sosial, melatih kesadaran diri, dan menetapkan batasan yang sehat adalah cara efektif untuk menghindari dampak negatif dari FOMO sekaligus menikmati manfaat JOMO.

BACA JUGA:Generasi Burnout Mengapa Anak Muda Mudah Lelah Secara Mental

BACA JUGA:Persiapkan Mentalmu yang Matang! Inilah Tips bagi Introvert saat Berkumpul Keluarga agar Terasa Nyaman

Referensi

1. Przybylski, A. K., Murayama, K., DeHaan, C. R., & Gladwell, V. (2013). Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out. Computers in Human Behavior, 29(4), 1841-1848.

2. Scott, E. (2020). The Joy of Missing Out: Finding Balance in a Wired World. Sourcebooks.

3. Turkle, S. (2015). Reclaiming Conversation: The Power of Talk in a Digital Age. Penguin Press.

4. Newport, C. (2019). Digital Minimalism: Choosing a Focused Life in a Noisy World. Penguin Random House.

5. Odell, J. (2019). How to Do Nothing: Resisting the Attention Economy. Melville House.

Kategori :