Ainu Suku Asli Jepang yang Hampir Punah dan Terpinggirkan.

Ainu Suku Asli Jepang yang Hampir Punah dan Terpinggirkan.--ISTIMEWA

radarmukomuko.bacakoran.co - Ainu merupakan kelompok etnis asli Jepang yang diperkirakan telah ada sejak zaman prasejarah. Mereka mendiami wilayah utara Jepang terutama di pulau Hokaido serta beberapa bagian dari wilayah utara honsu dan kepulauan kuril. Mereka seringkali dianggap sebagai jomun jin yaitu penduduk asli Jepang dari periode jomun suatu zaman prasejarah.

Dilansir dari lansir dari channel youtube “Kabar Pedia,”. Kepulauan Jepang yang dimulai dari akhir zaman batu pertengahan atau zaman batu baru yang ditandai dengan mulai digunakannya barang-barang dari tembikar. Suku Ainu hidup dengan budaya agama tradisi serta kepercayaannya tersendiri. Budaya dan adat istiadat mereka seringkali disebut sebagai upopoi yang berarti rumah besar dalam bahasa suku Ainu.

Budaya suku Ainu berpusat pada ketergantungan dalam memanfaatkan sumber daya alam seperti hasil tangkapan ikan perburuan pengumpulan buah-buahan dan tumbuhan liar. Selain itu mereka juga ahli membuat kerajinan tangan seperti pakaian tradisional alat-alat dapur dan ukiran pakaian tradisional.

BACA JUGA:Ajak Warga Manfaatkan Lahan Kosong

Suku Ainu seringkiali terbuat dari kulit kayu dan binatang dan mereka memiliki tradisi tato wajah yang sangat khas dalam hal kepercayaan Suku Ainu menganut animisme yang berarti mereka percaya bahwa semua benda mati memiliki roh dan kekuatan layaknya semua makhluk hidup. Suku Ainu juga percaya pada kekuatan leluhur yang memperkuat kehidupan mereka dan mendorong perlindungan lingkungan alam ada juga beberapa ritus agama tradisional seperti yang berkaitan dengan Pesta Panen pemburuan gajah salju dan upacara kepercayaan untuk melindungi rumah.

Meskipun merupakan penduduk asli Jepang tetapi dalam sejarahnya Suku Ainu sering menjadi korban diskriminasi penindasan dan penistaan pemerintah Jepang dan Yamato yang merupakan penduduk mayoritas yang kemudian membuat Suku Ainu semakin terpinggirkan dan terancam punah. Diduga terdapat lebih dari 150.000 orang Ainu saat ini kendati demikian jumlah mereka tidak pernah diketahui secara pasti.

Demikian ini karena banyak orang Ainu menyembunyikan asal-usul mereka karena masalah etnis di negeri Jepang bahkan seringkiali orang Ainu yang masih hidup tidak menyadari akan garis keturunan mereka. Hal ini disebabkan kakek nenek mereka memang sengaja merahasiakannya untuk melindungi anak-anak mereka dari masalah Sosial seperti banyak masyarakat adat di dunia Suku Ainu dihadapkan pada masalah penindasan dan penjajahan oleh suku Yamato yang lebih maju secara teknologi.

BACA JUGA:Pemdes Banjarsari Godok APBDes Perubahan 2024

Berdasarkan sejarah Yamato adalah suku mayoritas di negara Jepang di mana pemerintah menganggap mereka sebagai orang Jepang karena mereka memiliki agama budaya dan kebiasaan yang sama. Namun demikian sejah mengusulkan bahwa suku yamato tidak berasal dari Jepang dan sejarah mereka mungkin berbeda dengan yang berhasil dijalankan oleh budaya Jepang.

Saat ini bahkan menurut pandangan terbaru suku yamato berasal dari wilayah Cina Selatan dan bermigrasi ke negara Jepang melalui semacam rute maritim pada abad keempat. Ketika mereka tiba mereka membawa budaya dan teknologi baru termasuk seni pertanian serta sistem politik terdapat bukti yang menunjukkan bahwa mereka memiliki fitur wajah susunan fisik dan warna kulit yang berbeda dari Mayoritas penduduk Jepang. Dalam sejarahnya suku yamato berhasil membangun kekuatan politik mereka di Jepang dalam waktu yang cukup singkat.

Mereka mendirikan sistem kekaisaran menjadikan bahasa Jepang sebagai bahasa resmi dan menciptakan idei politik yang sangat kuat. Selain itu mereka juga memperkenalkan agama Buda dan agama ke negeri Jepang dan Wak singkat suku yamato membangun sebagai penjaga kebudaan Jepang. Kendati demikian argumen bahwa suku Yamato bukan berasal dari Jepang.

BACA JUGA:Semifinal Singapore Open 2024, Fajar/Rian Vs Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen

Mereka menganggap bahwa suku Yamato memang berasal dari tanah air Jepang meskipun mereka telah mengambil banyak inspirasi dan pengaruh budaya dari Cina Selatan serta wilayah lainnya.Pada sisi lain Suku Ainu yang mengalami penindasan mengalami kekalahan penaklukan penghancuran sistem hukum serta pengabaian kepemilikan tanah serta sumber daya adat. Sejak abad ke-14 Suku Ainu mulai semakin merasakan tekanan dari pemerintah Jepang ketika mereka menguasai Hokkaido Selatan seiring dengan ekspansi penduduk Yamato ke utara terjadi pertukaran budaya antara Suku Ainu dan Yamato.

Pertukaran ini melibatkan aspek-aspek seperti bahasa pakaian dan tradisi. Namun interaksi ini juga menciptakan ketidaksetaraan sebab Suku Ainu sering kali dianggap sebagai kelompok yang lebih rendah oleh pemerintah serta masyarakat mayoritas pada era Meji yang berlangsung antara tahun 1868 hingga 1112.

Pemerintah mengubah banyak aspek kehidupan Jepang dan suku Ainu tidak luput dari perubahan ini pada era Meji pemerintah Jepang melancarkan kebijakan asimilasi yang bertujuant untuk menyatukan Suku Ainu ke dalam budaya serta masyarakat Jepang dengan adanya kebijakan ini. Suku Ainu dipaksa untuk mengadopsi bahasa serta agama Jepang yang kemudian berdampak pada identitas budaya suku Ainu.

BACA JUGA:Misi Kemustahilan Gregoria Mariska Tunjung di Semifinal Singapore Open 2024

Langkah-langkah hukum dan politik yang menyebabkan hilangnya integrasi masyarakat Ainu hampir sepenuhnya muncul Selama periode Meji pemerintahan langsung oleh pemerintahan Jepang yang mlaksanakan atas Suku Ainu dan tanah tempat mereka tinggal. Pada akhirnya berujung pada penghapusan hukum seluruh hak atas tanah Ainu dan mendorong etnis Jepang untuk menetap di Hokaido kebijakan pemerintah yang timpang ini menyebabkan ledakan populasi.

Populasi Hokkaido melonjak hingga lebih dari 1 juta orang sementara jumlah suku Ainu jauh lebih sedikit dibandingkan para pemukim. Tidak hanya itu pemerintah dengan terang-terangan membuat kebijakan yang berakibat pada hilangnya karakter Suku Ainu di Pulau Hokkaido pada tahun 1869 kaitakushi atau badan pembangunan.

Didirikan badan ini kemudian mengubah nama Pulau Hokkaido dari yang semula bernama ezochi yang berarti tanah tidak beradab menurut sebutan orang Jepang menjadi hokido Jepang. Perundang-undangan di zaman Meji juga melarang penggunaan bahasa Ainu di sekolah pemerintahan dan banyak wilayah lain serta melarang banyak praktik budaya Ainu termasuk berburu dan memancing tradisional.

Kebijakan dan undang-undang yang bertujuan untuk memaksa asimilasi suku ini merupakan upaya sistematis untuk menjadikan Suku Ainu sebagai Jepang hal ini mengakibatkan marinalisasi ekonomi dan sosial. Bagi sebagian besar suku Ainu yang dilarang menjalankan aktivitas ekonomi tradisional mereka selain diskriminasi dalam kebudayaan.

BACA JUGA:Buah Naga, Tumbuhan Kaktus Rambat Dengan Buah Beragam Manfaat

Masyarakat Ainu juga mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-hari banyak orang Ainu tidak memiliki akses yang memadai pada fasilitas kesehatan serta pendidikan dan tidak memiliki hak yang sama dengan penduduk asli lainnya. Mereka juga menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan dan seringkiali hanya dapat memperoleh pekerjaan yang berhubungan dengan pelestarian kebudayaan. Setelah sebelumnya tanah dan sumber daya tradisional mereka disita oleh pemerintah Jepang Suku Ainu didorong untuk bertani dan diberikan tanah berdasarkan undang-undang tahun 1899 undang-undang perlindungan mengenai Aborigin Hokkaido. Namun demikian pada saat itu bidang tanah terbaik telah diserahkan kepada pemukim etnis Jepang dan luas bidang tanah yang diserahkan kepada orang Ainu relatif jauh lebih kecil.

Selain itu orang Ainu lama dipaksa pemerintah Jepang untuk berasimilasi dengan orang Jepang atau orang Yamato pengesahan undang-undang tahun juga dinyatakan bahwa orang Ainu adalah bekas pribumi. Disebut sebagai bekas pribumi karena orang Ainu dimaksud akan berasimilasi meskipun terdapat perdebatan di Jepang pada paruh pertama abad ke-20 mengenai perlakuan terhadap Suku Ainu namun setelah berakhirnya Perang Dunia 2 ketika Jepang mengadopsi model demokrasi liberal pada tahun 1947 muncullah perdebatan pertama mengenai perlakuan terhadap Suku Ainu.

BACA JUGA:Sajian Kelepon, Lembut dan Kenyal Diluar Manis dan Lumer Didalam

Karena mampu mengklaim hak atas kesetaraan dan hak-hak lain berdasarkan konstitusi Suku Ainu mulai membentuk organisasi yang mengadvokasi hak-hak mereka serta melindungi budaya mereka termasuk asosiasi Aino di hokido pada tahun 1946. Kendati demikian persepsi Jepang sebagai masyarakat monoetnis telah memudah dan sulit dihilangkan dan baru pada tahun 1991 pemerintah Jepang mengakui dalam laporannya kepada komite hak asasi manusia PBB bahwa Ainu adalah etnis minoritas. Meskipun tidak ada pengakuan terhadap Ainu sebagai masyarakat adat, pada bulan September tahun 2007 Jepang merupakan salah satu dari 144 anggota Majelis umum PBB yang mendukung deklarasi hak-hak masyarakat, adat.

Dewan Perwakilan Rakyat dan dewan-dewan Jepang dengan suara bulat mengadopsi resolusi untuk mengakui Ainu sebagai masyarakat adat pada bulan Juni tahun 2008 yang menyebabkan Ainu secara resmi diakui oleh pemerintah sebagai masyarakat adat di negara Jepang. Kemudian pada tahun 2019 Jepang secara resmi mengakui Suku Ainu sebagai suku asli Jepang dan memberikan pengakuan yang lebih besar terhadap warisan budaya serta hak-hak mereka.

Kendati demikian beberapa orang Ainu memandang pengakuan tersebut hanya sekedar simbolis dengan manfaat yang tidak jelas dalam menangani masalah diskriminasi sosial dan ekonomi dan mencatat tidak adanya permintaan maaf atas kebijakan, pencurian tanah, penindasan budaya serta asimilasi paksa di masa lalu. Sementara itu yang lain berpendapat bahwa pengakuan resmi dapat meningkatkan kebanggaan dalam komunitas Ainu dan keinginan yang lebih besar untuk melestarikan budaya Ainu.

BACA JUGA:Pemdes Air Rami Gelar Musdes RKP 2025

Saat ini Suku Ainu yang diperkirakan berjumlah sekitar 24.000 jiwa banyak di antaranya tinggal di Hokkaido mereka masih mengalami diskriminasi dan kesulitan dalam mempertahankan kebudayaan adat istiadat serta bahasanya. Satu masalah paling penting yang dihadapi Suku Ainu adalah keterampilan dalam berbahasa akibat penindasan dan penekanan di sepanjang sejarahnya bahasa Ainu telah mengalami penurunan dan hanya sedikit orang Ainu yang dapat berbicara bahasa ini dengan lancar.

Di sisi lain bahasa Ainu tidak diajarkan di sekolah-sekolah dan oleh karenanya generasi muda tidak memiliki acuan dan bahasa asli mereka dan rentan kehilangan keunikan dan hak mereka atas identitas kelompok. Selain itu masyarakat Ainu mengalami kesulitan dalam mengakses sumber daya alam dan pendidikan serta kesehatan yang berkualitas mereka kekurangan modal untuk mendukung pelestarian bahasa budaya seni serta pengembangan pariwisata dan peningkatan kesejahteraan yang lebih baik.*

Tag
Share