Habis Generasi Roti Lapis, Muncul Generasi Kangguru: Perubahan Gaya Hidup Milenial

Habis Generasi Roti Lapis, Muncul Generasi Kangguru Perubahan Gaya Hidup Milenial--screnshoot dari web

radarmukomukobacakoran.com-Generasi muda selalu menjadi pusat perhatian dalam setiap perubahan sosial dan budaya. Di era modern ini, muncul istilah baru yang menggambarkan gaya hidup milenial: “Generasi Kangguru.” Istilah ini muncul setelah popularitas “Generasi Roti Lapis” mulai meredup. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kedua istilah ini, siapa yang tergolong di dalamnya, dan mengapa generasi Kangguru mendapatkan perhatian lebih saat ini? 

Generasi Roti Lapis merujuk pada kelompok individu yang berada di tengah tekanan tanggung jawab multigenerasi. Mereka harus mendukung anak-anak yang masih bergantung secara finansial di satu sisi dan orang tua yang membutuhkan perawatan di sisi lain. Istilah ini populer karena menggambarkan bagaimana generasi ini "terjepit" seperti isi dalam roti lapis.

BACA JUGA:Generasi Z dan Alpha Dewasa Dini, atau Sekadar Penampilan?

BACA JUGA:Menguak Dunia

Sementara itu, Generasi Kangguru adalah istilah baru yang mengacu pada gaya hidup milenial yang cenderung berpindah-pindah tanpa menetap lama di satu tempat, seperti anak kangguru yang sering berpindah dalam kantong induknya. Generasi ini dikenal lebih fleksibel, tidak terikat pada komitmen tradisional seperti memiliki rumah atau pekerjaan tetap, dan lebih mengutamakan pengalaman hidup serta kebebasan individu.

Generasi Roti Lapis umumnya terdiri dari individu berusia 35–50 tahun yang menghadapi tekanan finansial dan emosional akibat tanggung jawab terhadap dua generasi sekaligus. Mereka biasanya adalah orang tua yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak sambil merawat orang tua yang sudah lanjut usia.

Sebaliknya, Generasi Kangguru lebih sering ditemukan di kalangan milenial dan Gen Z, khususnya mereka yang berusia 20–35 tahun. Kelompok ini memilih gaya hidup yang lebih dinamis, menolak norma-norma tradisional seperti menikah muda atau membeli properti. Mereka lebih memilih tinggal di kota besar, mengeksplorasi karier freelance, atau bahkan melakukan perjalanan panjang untuk mencari pengalaman baru.

Kemunculan Generasi Kangguru mencerminkan pergeseran nilai dan prioritas di kalangan milenial. Beberapa faktor yang memengaruhi perubahan ini meliputi kondisi ekonomi, teknologi, dan perubahan budaya global. Salah satu alasan utama adalah biaya hidup yang semakin tinggi, terutama untuk membeli rumah atau properti. Banyak milenial merasa lebih masuk akal untuk menyewa tempat tinggal sementara daripada membeli rumah yang membutuhkan komitmen finansial jangka panjang.

Selain itu, kemajuan teknologi memungkinkan Generasi Kangguru untuk bekerja dari mana saja. Era digital membuka peluang karier baru yang lebih fleksibel, seperti menjadi pekerja lepas, pembuat konten, atau digital nomad. Hal ini membuat mereka tidak terikat pada satu lokasi geografis tertentu.

Budaya global juga berkontribusi pada perubahan ini. Banyak milenial yang mengadopsi filosofi hidup minimalis dan berorientasi pada pengalaman. Mereka lebih memilih menggunakan uang untuk bepergian, mencoba hal baru, atau mengejar hobi, daripada menabung untuk membeli rumah atau investasi jangka panjang.

BACA JUGA:Menanam Benih Kemandirian Membangun Generasi Tangguh dan Berdaya

BACA JUGA:Benarkah Media Sosial Merusak Generasi Muda?

Perubahan ini mulai terlihat jelas pada awal 2010-an, ketika milenial mulai memasuki usia dewasa dan menghadapi realitas ekonomi yang berbeda dari generasi sebelumnya. Krisis finansial global pada tahun 2008 menjadi salah satu pemicu utama yang membuat banyak milenial mempertanyakan nilai tradisional seperti memiliki rumah atau karier tetap. Sejak saat itu, preferensi mereka beralih dari kepemilikan aset fisik ke pengalaman hidup yang lebih bermakna.

Pandemi COVID-19 pada tahun 2020 juga mempercepat transformasi ini. Banyak orang kehilangan pekerjaan tetap atau harus bekerja dari rumah, yang mendorong mereka untuk mencari alternatif gaya hidup yang lebih fleksibel dan berkelanjutan.

Perubahan ini paling jelas terlihat di kota-kota besar yang menjadi pusat aktivitas milenial. Di Indonesia, misalnya, Jakarta, Bandung, dan Bali menjadi contoh kota di mana generasi muda lebih memilih menyewa apartemen atau tinggal di co-living space daripada membeli rumah. Tren ini juga terlihat di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang, di mana kaum muda lebih memilih gaya hidup urban yang dinamis.

Platform teknologi seperti Airbnb, WeWork, dan aplikasi transportasi online semakin mendukung gaya hidup Generasi Kangguru. Mereka memberikan solusi bagi milenial untuk berpindah tempat dengan mudah, tanpa harus khawatir tentang kepemilikan aset.

Meskipun gaya hidup Generasi Kangguru terlihat menarik dan bebas, bukan berarti tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah ketidakstabilan finansial. Dengan memilih pekerjaan freelance atau kontrak jangka pendek, mereka sering menghadapi risiko pendapatan yang tidak menentu.

Selain itu, kurangnya tabungan atau investasi jangka panjang juga menjadi perhatian. Banyak Generasi Kangguru yang mengabaikan pentingnya perencanaan keuangan untuk masa depan, yang dapat menjadi masalah serius di kemudian hari, terutama ketika mereka memasuki usia tua.

Namun, Generasi Kangguru juga memiliki keunggulan. Fleksibilitas mereka memungkinkan untuk lebih cepat beradaptasi dengan perubahan, baik dalam karier maupun gaya hidup. Mereka juga lebih terbuka terhadap peluang baru dan mampu mengelola tekanan hidup dengan cara yang kreatif.

Perubahan gaya hidup dari Generasi Roti Lapis ke Generasi Kangguru memiliki dampak jangka panjang yang signifikan, baik secara sosial maupun ekonomi. Di sisi sosial, perubahan ini mencerminkan pergeseran nilai-nilai tradisional, seperti pentingnya memiliki rumah atau menikah di usia muda. Generasi Kangguru lebih mengutamakan kebebasan individu dan pengalaman hidup, yang dapat memengaruhi struktur keluarga dan komunitas di masa depan

Dari sisi ekonomi, peningkatan jumlah Generasi Kangguru dapat mengubah pola konsumsi. Mereka lebih cenderung menghabiskan uang untuk pengalaman seperti bepergian atau mencoba restoran baru, daripada membeli barang-barang mahal seperti mobil atau properti. Hal ini menciptakan peluang bagi industri pariwisata, hiburan, dan teknologi, tetapi juga bisa menjadi tantangan bagi sektor properti dan investasi tradisional.

Generasi Kangguru mencerminkan transformasi gaya hidup milenial yang berorientasi pada kebebasan, fleksibilitas, dan pengalaman hidup. Perubahan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi, kemajuan teknologi, dan perubahan nilai budaya. Meskipun gaya hidup ini menawarkan banyak keuntungan, seperti kebebasan dan peluang eksplorasi, ada tantangan yang perlu diatasi, terutama dalam hal stabilitas finansial dan perencanaan masa depan.

Dengan memahami fenomena ini, kita dapat lebih baik merespons kebutuhan dan preferensi generasi muda, baik sebagai individu, masyarakat, maupun negara. Pada akhirnya, Generasi Kangguru adalah cerminan dari bagaimana perubahan zaman memengaruhi cara hidup kita, sekaligus membuka peluang baru untuk menciptakan masa depan yang lebih dinamis dan inklusif.

Referensi

1. Pew Research Center. (2023). "Millennial Trends: A Shift in Lifestyle and Priorities."

2. Liputan6.com. (2023). "Generasi Roti Lapis dan Tantangan Multigenerasi di Era Modern."

3. Kompas.com. (2023). "Mengapa Milenial Lebih Memilih Sewa daripada Beli Rumah?"

4. Detik Finance. (2023). "Dampak Ekonomi dari Perubahan Gaya Hidup Generasi Muda."

5. Business Insider. (2023). "Digital Nomads and the Rise of Kangaroo Generation."

Tag
Share