Kenaikan Harga Sawit tak Diikuti Upah Panen
Kenaikan Harga Sawit tak Diikuti Upah Panen --screnshoot dari web
radarmukomukobacakoran.com - Harga Tandan Buah Segar (TBS) di Kabupaten Mukomuko, terbilang cukup tinggi. Harga sawit di tingkat petani berkisar antara Rp2.700 hingga Rp2.850 per kilogram. Diperkirakan harga sawit masih tetap tinggi hingga awal Maret 2025.
Namun demikian, kenaikan harga sawit ini tidak diikuti dengan kenaikan upah panen. Upah panen sawit berkisar Rp200 hingga Rp300 per Kilogram, tergantung kondisi lahan.
Salah seorang tukang panen sawit, Juremi, mengatakan upah panen sebesar Rp200 per Kilogram sudah sejak beberapa tahun terakhir. Upah tersebut tetap berlaku tanpa menghitung hari sawit.
BACA JUGA:Harga Sawit Tembus Rp3 ribu per Kilogram
BACA JUGA:Harga Sawit Terus Meroket, Petani tak Sepenuhnya Gembira
"Harga sawit rendah atau tinggi, upah panen tetap. Kalau harga sedang tinggi seperti sekarang ini, biasanya kami dikasih uang minyak tambahan," ujar Juremi.
Dikatakan Juremi, upah panen setiap orang tidak sama. Satu dengan yang lain, biasanya ada selisih, meskipun tidak banyak. Kondisi lahan juga berpengaruh. Semakin sulit lahan, upah panen semakin besar. Jarak lahan dengan jalan, juga berpengaruh.
"Kalau lahannya jauh dan mobil nggak bisa masuk, biasanya ada biaya langsing. Kebetulan, lahan yang saya panen mobil bisa masuk semua, jadi ya hanya Rp200 itu upahnya," ungkap Juremi.
Masih Juremi, bahwa harga sawit tidak stabil. Kadang mendekati angka Rp3 ribu per kilogram, kadang juga berada di bawah Rp2 ribu per kilogram. Dan upah panen tetap. Salah satu pertimbangannya adalah tingkat kesulitan juga tetap.
BACA JUGA:Harga Mahal, Sawit Rawan Hilang
Disampaikan Juremi, waktu bagi tukang panen mendapatkan uang banyak, bukan saat harga sawit tinggi, tapi ketika sedang buah agung. Pada waktu buah agung, 1 hektare lahan bisa menghasilkan 1-2 ton sawit.
"Kalau harga sedang tinggi, biasanya buah langka, ini paceklik bagi buruh dodos," demikian Juremi.