Caleg Dihadang Pasar Gelap Pembisnis Data Pemilih
ILUSTRASI PEMILU 2024--ISTIMEWA
MONEY Politic atau politik uang menjadi ancaman nyata pesta demokrasi pemilihan umum serentak 2024. Isu bakal terjadinya politik transaksional ini bukan sekedar isapan jempol. Para calon anggota legislatif (Caleg) dihadang pasar gelap pembisnis suara pemilih.
----------------------------
Oleh: Amris Tanjung
---------------------
KAMPANYE Pemilu menjadi ajang peserta Pemilu memberi gagasan dan harapan kepada para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program sejitu mungkin. Tujuannya supaya masyarakat tertarik, bersimpati dan bersedia memberi dukungan hingga dipilih sebagai wakil rakyat dalam pemilihan nanti.
BACA JUGA:Hari Juang TNI AD ke-78, Bupati Bersama Dandim Melakukan Sesuatu yang Tidak Biasa
Namun, kini seakan visi misi dan program sudah tidak begitu penting. Hal ini dapat dilihat dari minimnya alat peraga kampanye calon yang terpasang walau masa kampanye sudah berjalan. Pada spanduk, baliho, stiker maupun kartu nama Caleg juga minim ditulis visi misi dan program, tapi lebih mengedepankan gambar, nama calon dan posisi nomor urut untuk dicoblos.
Politik transaksional bakal menjadi lebih dominan dipraktekkan pada pemilu untuk mendapat suara. Isu Caleg akan bagi-bagi amplop atau uang sudah santer berhembus di tengah masyarakat. Bahkan satu suara bisa dibayar Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu.
Hasil penelusuran penulis, ada kabar yang lebih mengejutkan dan lucu. Apakah memang diminta Caleg tertentu atau inisiatif sendiri, beberapa oknum masyarakat, bahkan tergolong tokoh dalam kelompoknya melakukan pendataan mata pilih dalam satu keluarga, baik tetangga maupun anak keponakannya.
BACA JUGA:Buka Pintu Irigasi DI Kiri, Ini Pesan Bupati Mukomuko
Dalam hal ini ada banyak kemungkinan yang akan terjadi. Pertama data masyarakat bisa di jual lewat "pasar gelap" pada calon tertentu. Kedua data pemilih yang dikumpul akan dijual pada lebih dari satu calon, hingga oknum pelaku bisa untung lebih banyak dan Caleg menanggung ruginya.
Kemungkinan lain, sesuai data warga akan diarahkan memilih salah satu calon dengan imbalan janji politik dan diberi barang atau uang.
Salah seorang Caleg dari Partai Golkar Muslim Chaniago,SH,MH mengharamkan cara tersebut, namun ia mengaku sudah mendengar isu ini, bahkan pernah didatangi salah seorang oknum yang menawarkan suara. Ia meyakini, oknum tersebut sengaja mencari keuntungan pribadi dengan maraknya isu politik yang terjadi.
BACA JUGA:Pemdes Dituntut Begini Selama Pemilu
"Kita tidak akan lakukan itu, memang banyak terdengar, bahkan saya pernah didatangi orang yang mengaku bisa mencari suara ratusan. Saya pikir kalau dia bisa mencari suara sebanyak itu untuk orang lain, lebih dia nyalon sendiri saja," kata Muslim.
Maka terkait dengan hal ini masyarakat harus waspada dan tidak sembarangan memberi data. Ada baiknya hindari politik uang dan pilih calon sesuai dengan visi misi dan program yang terbaik.
Sebab Pemilu merupakan proses demokratis untuk memilih para pemimpin pemerintahan dan mewakili warga dalam lembaga-lembaga pemerintahan. Maka pemilu menjadi satu di antara unsur terpenting untuk mewujudkan pemimpin dan wakil rakyat yang lebih kompeten dari periode ke periode.*