6 Kekurangan Furniture Dari Pohon Kelapa Yang Mesti Anda Diketahui
Furnitur Dari Pohon Kelapa.--ISTIMEWA
radarmukomuko.bacakoran.co - Pohon serba guna, terkenal dengan airnya yang menyegarkan dan daging buahnya yang lezat yaitu poho kelapa.
Tapi, benarkah pohon kelapa ideal untuk dijadikan furniture? Di balik keunikannya, terdapat beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan sebelum Anda memutuskan untuk menggunakannya.
1. Ketahanan Terhadap Air yang Rendah: Musuh Utama Furniture Kayu Kelapa
Kekurangan utama kayu kelapa sebagai bahan furniture adalah ketahanannya terhadap air yang rendah. Sifat alami kayu kelapa yang mudah lapuk dan memuai saat terkena air menjadikannya tidak cocok untuk furniture luar ruangan atau area yang lembab.
Hal ini berbeda dengan kayu jati, mahoni, atau akasia yang terkenal tahan air, sehingga ideal untuk berbagai kondisi cuaca.
Penggunaan kayu kelapa pada area basah seperti dapur atau kamar mandi tanpa perawatan ekstra seperti pelapisan anti air yang tepat, akan membuatnya mudah lapuk dan keropos dalam waktu singkat.
Bayangkan kursi kayu kelapa di teras rumah yang terpapar hujan dan sinar matahari secara langsung. Kayu akan memuai dan melengkung, bahkan patah, dan keindahan furniturnya pun sirna.
2.Tekstur Kasar dan Sulit Diolah: Tantangan Bagi Pengrajin Furniture
Tekstur kayu kelapa yang kasar dan berserat menjadi tantangan tersendiri bagi para pengrajin furniture. Serat kayu yang tajam berpotensi melukai tangan pengolah dan membutuhkan teknik khusus untuk menghaluskannya.
Hal ini berbeda dengan kayu jati atau mahoni yang memiliki tekstur halus dan mudah diolah, sehingga proses pembuatan furniturnya pun lebih mudah dan presisi.
Membuat furniture dengan kayu kelapa membutuhkan waktu dan keahlian yang lebih tinggi, serta peralatan yang memadai untuk menghaluskan permukaan kayunya.
Biaya produksi pun berpotensi lebih tinggi dibandingkan dengan kayu lain yang lebih mudah diolah.
3. Hama dan Jamur: Ancaman Tersembunyi di Balik Keindahan Kayu Kelapa
Kayu kelapa memiliki kerentanan terhadap serangan hama dan jamur. Kandungan air yang tinggi pada kayu kelapa menjadikannya tempat ideal bagi hama dan jamur untuk berkembang biak. Hal ini tentu tidak diinginkan, karena dapat merusak struktur kayu dan membuat furniture menjadi tidak kokoh.
Dibandingkan dengan kayu ulin atau bangkirai yang memiliki ketahanan alami terhadap hama dan jamur, kayu kelapa membutuhkan perawatan ekstra seperti pengawetan kayu secara berkala. Perawatan ini membutuhkan biaya dan waktu tambahan, dan tidak selalu efektif dalam jangka panjang.
4. Proses Pengeringan Lama: Hambatan Menuju Furniture Impian
Kayu kelapa memiliki kadar air yang tinggi, sehingga membutuhkan waktu lama untuk dikeringkan sebelum diolah menjadi furniture.
Proses pengeringan yang lama ini berisiko menyebabkan kayu melengkung, retak, dan bahkan berjamur.
Dibandingkan dengan kayu jati atau mahoni yang memiliki kadar air yang lebih rendah, kayu kelapa membutuhkan waktu dan tempat yang lebih luas untuk proses pengeringan.
Hal ini dapat menjadi kendala bagi pengrajin furniture dalam memenuhi permintaan pasar secara tepat waktu.
5.Variasi Motif Terbatas: Membatasi Kreasi Desain Furniture
Motif kayu kelapa umumnya polos dan tidak memiliki banyak variasi. Hal ini membatasi pilihan desain furniture yang dapat dibuat dengan kayu kelapa. Bagi pecinta furniture dengan desain unik dan berkarakter, kayu kelapa mungkin bukan pilihan yang ideal.
Dibandingkan dengan kayu jati atau mahoni yang memiliki variasi motif yang lebih kaya, kayu kelapa menawarkan pilihan desain yang lebih terbatas. Desainer furniture pun perlu lebih kreatif dalam mengeksplorasi potensi kayu kelapa agar dapat menghasilkan karya yang menarik dan sesuai dengan selera pasar.
6. Harga yang Tergantung Kualitas: Pertimbangan Ekonomis yang Perlu Diperhatikan
Harga kayu kelapa untuk furniture bervariasi tergantung pada ukuran dan kualitasnya. Kayu kelapa dengan diameter besar dan kualitas tinggi umumnya lebih mahal.
Dibandingkan dengan kayu karet atau sengon yang memiliki harga yang lebih terjangkau, kayu kelapa bisa menjadi pilihan yang kurang ekonomis bagi sebagian orang. Pertimbangan biaya produksi dan nilai estetika perlu ditimbang dengan cermat sebelum memutuskan untuk menggunakan kayu kelapa sebagai bahan dasar furniture.
Pemanfaatan batang pohon kelapa untuk furniture dapat berdampak pada kelestarian lingkungan jika tidak dilakukan dengan cara yang berkelanjutan.
Penebangan pohon kelapa secara berlebihan tanpa diimbangi dengan penanaman kembali dapat menyebabkan kerusakan hutan dan hilangnya habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna.
Dibandingkan dengan bambu atau rotan yang merupakan bahan furniture ramah lingkungan dan mudah diperbaharui, kayu kelapa membutuhkan waktu lama untuk tumbuh dan tidak dapat dipanen secara terus menerus tanpa merusak lingkungan.*
Artikel Ini Dilansir Dari Berbagai Sumber : furniturejogja.com dan id.quora.com