Begini Sejarah Kelapa Sawit Hingga Masuk ke Indonesia

Foto/Dedi/RM: Hasil panen salah satu petani sawit pemula di kabupaten Mukomuko --

Begini Sejarah Kelapa Sawit
Hingga Masuk ke Indonesia

RADAR MUKOMUKO.COM - Mayoritas masyarakat di Kabupaten Mukomuko Bengkulu, sejak beberapa tahun terakhir terlihat cukup antusias budidaya kelapa sawit. Tidak heran jika minat masyarakat Kabupaten Mukomuko Bengkulu terus meningkat dan berlomba-lomba dalam budidaya kelapa sawit. Pasalnya, harga jual Tandan Buah Segar (TBS) sekarang ini 29 Mei 2024 lumaiyan menjanjikan. Dimana harga jual TBS sawit saat ini tembus Rp 2.200 hingga Rp 2.400 per Kilogram. Namun masyarakat Kabupaten Mukomuko belum banyak yang tahu asal usul kelapa sawit hingga saat ini menjadi komoditas andalan Indonesia. Artikel berikut ini sedikit menambah wawasan terkait dengan asal usul kelapa sawit dan negara pertama budidaya kelapa sawit.

Dihimpun dari beberapa sumber, saat ini Indonesia dijuluki sebagai salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 16 juta hektar dari total 43 juta hektar lahan agrikultur Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), perkebunan yang paling banyak di Indonesia ini adalah perkebunan sawit. Diketahui pada tahun 2020 saja, jumlahnya naik signifikan hingga mencapai 8,9 juta hektare dari tahun sebelumnya. Daerah yang memiliki kebun sawit terbesar di Indonesia yaitu Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah kemudian Sumatera Selatan. Petani sawit Indonesia wajib tahu bahwa kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia. Lalu kenapa kelapa sawit menjadi komoditas andalan Indonesia. Yuk baca artikel ini hingga selesai.

Dihimpun dari beberapa sumber. Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Dan kelapa sawit pertama kali dibawa masuk ke Indonesia sekitar tahun 1848 oleh seorang warga Belanda, Dr. DT Price. Awalnya, ia membawa empat bibit sawit sebagai hadiah untuk ditanam di Kebun Raya Bogor sekitar bulan Februari tahun 1848. Kemudian sekitar tahun 1853, buah kelapa sawit yang dihasilkan dari empat bibit tersebut didistribusikan ke Jawa, Madura, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. Saat itu masyarakat Indonesia menggunakan tanaman sawit sebagai tanaman hias. Mulai sekitar tahun 1910, kelapa sawit dibudidayakan secara komersial dan meluas di Sumatera. Tepatnya ketika dibangun dua perkebunan sawit berskala besar pertama yang dibuka di Indonesia, yaitu Kebun Pulo Raja dan Kebun Tanah Itam Ulu di Sumatera Utara milik PTPN IV. Perusahaan ini didiirikan oleh Adrian Hallet asal Belgia dan K. Schadt di Pantai Timur Sumatera.

Perkembangan komersialisasi sawit di Indonesia juga mengalami naik turun. Hal tersebut diakibatkan gejolak politik Perang Dunia Pertama dan The Great Depression (Depresi Besar) 1923-1939. Pada tahun 1919, perkebunan di Pesisir Timur Sumatera melakukan ekspor kelapa sawit untuk pertama kali. Namun, memasuki perang dunia pertama, produksi kelapa sawit berjalan lambat. Hingga tahun 1980 an, luas kebun sawit di Indonesia baru sekitar 200.000 an hektar dan kebanyakan adalah tanaman warisan pemerintah kolonial Belanda.

Mulai pada tahun 1977-1989, direktorat Jenderal Perkebunan mulai menyusun kebijakan pembangunan perkebunan swasta nasional (PBSN). Pembangunan perkebunan inti rakyat (PIR), meliputi PIR-BUN, PIR-TRANS, dan PIR-KKPA. Kebijakan kredit PBSN untuk perkebunan kelapa sawit ini mengakibatkan pesatnya perkembangan kelapa sawit di Indonesia. Singkat cerita hingga tahun 2009, total perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai 7,2 juta hektar, atau sudah mencapai 50 kali lipat dari tahun 1970 an. Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat luas perkebunan minyak kelapa sawit mencapai 15,08 juta hektar. Perkembangannya signifikan.

Sejauh ini industri kelapa sawit telah mempekerjakan kurang lebih 2,8 juta tenaga kerja. Dari jumlah tersebut 1,6 juta diantaranya merupakan petani atau pekebun. Jika setiap tahun di Indonesia ada sebanyak 200.000 angkatan kerja baru yang masuk pasar tenaga kerja, maka sekitar 30 persennya bisa diserap di sektor perkebunan kelapa sawit. Adapun di luar perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit, jutaan orang Indonesia juga menanti berbagai hasil olahan kepala sawit untuk dikonsumsi digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sekarang ini, industri sawit merupakan salah satu industri penting bagi negara Indonesia, yang dapat meresap banyak angkatan kerja dan mendatangkan berbagai bentuk penerimaan negara, baik berbentuk pajak maupun pendapatan ekspor. 

Selain itu, industri kelapa sawit Indonesia juga memiliki kontribusi positif dalam hal pengembangan daerah. Kemajuan perkebunan kelapa sawit ikut andil dalam peningkatan pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, sekolah, dan fasilitas publik lainnya. Contohnya di Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Setelah 20 tahun, wilayah areal perkebunan di Mamuju membentuk kabupaten baru yaitu Kabupaten Mamuju Utara. Hal ini tidak lepas dari daya dorong kemajuan perkebunan kelapa sawit di daerah tersebut. Saat ini, banyak perusahaan kelapa sawit yang telah bergabung dalam asosiasi untuk memperkuat kerja sama dan kemitraan bisnisnya, misalnya GAPKI, MAKSI, APROBI, GPPI, AIMMI, DMSI, dan yang lain-lain. Sejarah perkembangan sawit ini menunjukkan adanya permintaan dan prospek yang baik terhadap industri kelapa sawit di Indonesia. 

Inilah sejarah singkat tentang asal usul kelapa sawit masuk ke Indonesia dan prospek bisnisnya.(*)

Tag
Share