Tradisi Lebaran: Antara Kegembiraan dan Larangan yang Terlupakan
Perayaan Idul Fitri.--ISTIMEWA
radarmukomukobacakoran.com - Di tengah hiruk-pikuk perayaan Idul Fitri, terdapat sebuah tradisi yang telah lama dijaga, namun sering terlupakan. Tradisi ini bukan hanya sekedar adat, tetapi juga merupakan pantangan yang dianggap tabu dan harus dijauhi selama hari raya Idul Fitri di Indonesia.
Salah satu pantangan yang sangat dihindari adalah tradisi 'nyekar' atau ziarah kubur pada hari raya Idul Fitri itu sendiri. Meskipun ziarah kubur merupakan bagian dari tradisi lebaran di Indonesia, banyak yang berpendapat bahwa kegiatan ini sebaiknya tidak dilakukan tepat pada hari raya, melainkan beberapa hari setelahnya. Alasannya, hari raya Idul Fitri seharusnya menjadi momen kebahagiaan dan perayaan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa, bukan untuk berduka atau mengenang kesedihan.
Pantangan ini mungkin tidak tertulis secara eksplisit dalam aturan agama, namun telah menjadi kesepakatan sosial yang dihormati. Di beberapa daerah, ada kepercayaan bahwa ziarah kubur pada hari raya dapat mengganggu ketenangan arwah. Oleh karena itu, masyarakat memilih untuk melaksanakan tradisi ini sebelum atau setelah hari raya, sebagai bentuk penghormatan dan untuk menjaga esensi dari Idul Fitri itu sendiri.
Perayaan Idul Fitri adalah waktu yang spesial, di mana setiap individu berusaha untuk menyucikan diri dan memulai lembaran baru. Pantangan dan tabu yang ada, pada hakikatnya, adalah upaya kolektif untuk menjaga kesucian dan kegembiraan hari yang paling dinanti oleh umat Muslim di Indonesia. Lebaran bukan hanya sekedar perayaan, tetapi juga momen introspeksi dan pembaruan diri. Dalam nuansa kebersamaan, pantangan-pantangan ini mengingatkan kita pada nilai-nilai yang lebih dalam dari sekedar kumpul keluarga, yakni nilai-nilai spiritual dan kebersamaan yang harmonis.*
Artikel ini dilansir dari berbagai sumber :
https://www.cermati.com/artikel/11-tradisi-lebaran-yang-dikangenin-warga-ri-sebelum-pandemi.