Petani di Air Manjuto Kewalahan Hadapi Serangan Ulat Grayak pada Tanaman Jagung

Ulat pada tanaman jagung.-Sahad-Radar Mukomuko

koranrm.id — Para petani jagung di Kecamatan Air Manjuto mengaku kewalahan menghadapi serangan ulat grayak yang terus mengganas di lahan pertanian. Serangan hama ini tidak hanya merusak tanaman, tetapi juga membuat biaya perawatan semakin membengkak.

Eko, petani asal Desa Sido Makmur, mengungkapkan bahwa upaya pengendalian hama membutuhkan penyemprotan pestisida hingga dua kali dalam seminggu. Selain melelahkan, harga pestisida yang cukup mahal membuat kondisi petani semakin terbebani.

“Awal saya tanam jagung, hampir putus asa. Misalnya sekarang disemprot, dua hari kemudian sudah ada ulatnya lagi,” ujar Eko, Sabtu (15/11).

Serangan ulat grayak diketahui menimbulkan kerusakan berat, mulai dari daun hingga tongkol jagung. Pada fase awal, daun menunjukkan lubang-lubang tidak beraturan bahkan tersisa tulang daun saja. Ulat juga sering menggerek pucuk sehingga tanaman layu atau mati. Pada kondisi lebih parah, batang menjadi lemah dan tongkol ikut rusak akibat serangan populasi yang tinggi.

Selain merusak bagian tanaman, ulat grayak meninggalkan feses berupa serbuk berwarna coklat muda hingga kehijauan pada permukaan daun, menandakan tingkat infestasi yang serius.

Kerusakan tersebut berdampak langsung pada penurunan produksi. Petani melaporkan turunnya berat tongkol, jumlah gabah, serta komponen hasil lainnya. Jika serangan tidak dikendalikan, risiko gagal panen total dapat terjadi.

Kondisi ini bukan hanya merugikan petani secara ekonomi, tetapi juga dapat mengancam ketahanan pangan lokal apabila serangan ulat grayak terus meluas. Para petani berharap adanya dukungan berupa solusi pengendalian hama yang lebih efektif dan terjangkau agar produksi jagung di wilayah Air Manjuto dapat kembali stabil.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan