Ini Salah Satu Alasan Pasar Pagi Lubuk Sanai Kian Ramai Pengunjung Setiap Pagi

Ini Salah Satu Alasan Pasar Pagi Lubuk Sanai Kian Ramai Pengunjung Setiap Pagi.-Ahmad Kartubi-Radar Mukomuko

koranrm.id - Setiap akhir pekan,  Ibu Meiry menuju Pasar Koto Jaya seolah menjadi bagian dari rutinitas mingguan   yang tak pernah berubah di Bandar Ratu, Kecamatan Kota Mukomuko. 

Dari sana ia membawa pulang sayur mayur, lauk pauk, dan kebutuhan harian keluarganya. Namun belakangan rutinitas itu tak lagi hanya berhenti pada satu pasar. Ada daya tarik lain yang mendorongnya untuk berlanja lebih jauh, yaitu Pasar Lubuk Sanai III yang buka setiap hari Rabu. 

Di sana, menurutnya, harga-harga terasa lebih bersahabat dibandingkan Koto Jaya. “Selisihnya memang tidak banyak, tapi terasa. Apalagi kalau belanja untuk kebutuhan seminggu,” ujar Meiry.

Ketertarikan itu tak berhenti pada dua pasar. Ia juga rutin menyambangi Pasar Pagi Lubuk Sanai III, pasar kecil yang berada di samping SMKN 03 Lubuk Sanai. Pasar ini unik: buka setiap hari hingga siang, kecuali pada hari Rabu ketika pasar induk beroperasi penuh. 

Jaraknya bahkan tak sampai satu kilometer dari pasar induk, namun geliatnya justru semakin kuat. “Anehnya, pasar pagi ini bisa buka tiap hari. Sayurnya lengkap, pilihannya banyak, segar, dan lebih murah dari dua pasar sebelumnya. Sekarang juga lebih rapi dan bersih,” kata Meiry dengan nada puas.

Keterangan Meiry menggambarkan kenyataan yang kini tampak jelas di wilayah 14 Koto Mukomuko. Pasar Pagi Lubuk Sanai tak lagi sekadar tempat warga sekitar menjual hasil kebun. Ia telah tumbuh pelan-pelan menjadi simpul ekonomi kecil yang hidup, teratur, dan memikat banyak pengunjung dari berbagai titik Mukomuko. 

Deretan lapak tersusun lebih rapi, sementara alur keluar masuk pengunjung tertata sehingga pasar kecil itu tampak lebih nyaman bagi siapa pun yang datang pada pagi hari.

Halimah, yang akrab dipanggil Bik Halimah, menjadi saksi perjalanan panjang pasar itu. Lima tahun terakhir ia berdagang sayur keliling dengan menjadikan Pasar Pagi Lubuk Sanai sebagai pusat belanja sebelum ia berkeliling dari rumah ke rumah. 

Baginya, denyut pasar ini adalah gambaran perubahan yang tumbuh dari bawah. “Awalnya hanya petani sayur dan ibu-ibu yang pandai membuat kue datang ke pinggir jalan untuk menjual hasil kebun dan kue mereka. Panen sore, paginya langsung dijual,” tuturnya sambil mengingat masa-masa awal yang sederhana.

Pada mulanya, pembeli pasar ini hanya warga sekitar yang ingin mendapatkan sayur dari kebun tetangga sendiri. Namun waktu mengubah arah pasar. Berita mengenai kesegaran barang, keragaman pilihan, dan harga yang murah perlahan menyebar. 

Tak butuh waktu lama hingga warga dari Kota Mukomuko dan Lubuk Pinang pun mulai berdatangan. “Sekarang banyak sekali yang datang. Sayur segar itu nilai jual utama. Karena dipanen sore, pagi-pagi sudah ada di pasar,” ucap Halimah.

Selain sayur, keberadaan kue dan kuliner khas Jawa turut memeriahkan suasana. Deretan penganan rumahan mulai dari jajanan pasar hingga gulai khas Jawa menambah alasan bagi warga untuk datang lebih awal. 

Harga yang murah membuat pedagang keliling seperti Halimah dapat membeli dalam jumlah besar untuk kemudian dijual kembali dari kampung ke kampung hingga Kota Mukomuko. 

“Yang bikin pasar makin hidup itu pedagang keliling. Kami belanja di sini karena harganya cocok dan barangnya segar. Cabe, bawang, ikan, ayam, daging semua lebih murah dan masih dapat kami jual lagi,” ungkapnya.

Pertumbuhan Pasar Pagi Lubuk Sanai tak lepas dari dinamika masyarakat 14 Koto Mukomuko yang melihat peluang ekonomi di tengah kedekatan antarperkampungan. Pasar kecil yang awalnya hanya tempat singgah para petani kini menjadi ruang pertemuan antara produsen dan pembeli yang datang dari berbagai kecamatan. 

Keteraturan pasar juga tampak meningkat. Lapak-lapak mulai ditata lebih baik, kebersihan lebih terjaga, dan pengunjung mulai terbiasa mengikuti alur yang dibentuk oleh pengelola setempat.

Keberhasilan pasar ini memperlihatkan bagaimana ruang-ruang ekonomi rakyat mampu tumbuh ketika kebutuhan bertemu kreativitas. Dari para petani kecil yang memanen sayur setiap sore, hingga para pedagang keliling yang menggantungkan rezeki pada keramaian pasar, semuanya ikut menyumbang denyut kehidupan baru bagi Lubuk Sanai. 

Di tengah arus perubahan harga kebutuhan pokok, keberadaan pasar yang menyediakan pilihan lengkap dan murah menjadi jawaban sekaligus harapan bagi banyak keluarga.

Kini, setiap pagi, hiruk pikuk Pasar Lubuk Sanai terasa seperti ritme yang semakin kuat: suara pedagang menawarkan barang, langkah ibu-ibu yang memilih sayur segar, aroma kue hangat yang baru keluar dari dapur rumahan, hingga kedatangan pedagang keliling yang menyiapkan dagangan untuk dibawa berkeliling desa. 

Geliat itu menandai bahwa pasar kecil ini bukan hanya tempat jual beli, tetapi juga bukti bagaimana sebuah komunitas membangun kehidupan dari kebiasaan sehari-hari.

Pasar Pagi Lubuk Sanai mungkin tak besar, namun denyutnya meluas jauh melampaui ukurannya. Ia tumbuh dari kesederhanaan, hidup dari kebiasaan warga, dan kini menjadi salah satu pusat pergerakan ekonomi yang semakin ramai, semakin rapi, dan semakin dicari warga Mukomuko.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan