Resep Sop Belanak , favorit Nelayan Karena Sifatnya Begini
Resep Sop Belanak , favorit Nelayan Karena Sifatnya Begini --screenshot dari web.
Koranrm.id - Di balik riak ombak dan desir angin laut yang setia menemani pagi para nelayan, ada kehangatan sederhana yang selalu dinanti: semangkuk sop ikan belanak yang mengepul dalam panci logam di atas tungku kecil.
Di antara jaring dan dayung, hidangan ini tak sekadar penawar lapar, tetapi juga pengikat cerita, penghangat tubuh, dan penjaga semangat dalam kehidupan yang bersetia pada laut.
Bagi para nelayan di pesisir Sumatra, Jawa, dan Sulawesi, ikan belanak bukan hanya hasil tangkapan yang lazim ia adalah bagian dari ritme hidup yang nyaris ritual.
Ikan dengan sisik perak mengilap dan tubuh ramping ini mudah dikenali, kerap berenang bergerombol di perairan dangkal dan muara.
Dagingnya tidak terlalu tebal, tapi lembut, gurih alami, dan tidak amis, menjadikannya favorit untuk dimasak menjadi sop bening nan segar.
Saat fajar belum sepenuhnya merekah dan udara masih menggigit kulit, nelayan yang baru kembali dari laut akan merebus air, menambahkan irisan bawang merah, jahe, serai, dan sejumput garam.
Belanak segar yang baru ditangkap langsung dicemplungkan tanpa bumbu berlebih.
BACA JUGA:Resep Soto Banjar Kalimantan: Sebuah Perjalanan Kuliner ke Negeri Seribu Sungai
Kadang-kadang ditambah potongan tomat atau daun kemangi untuk sentuhan asam dan harum yang khas. Tak ada resep pasti, hanya insting dan pengalaman yang membentuk cita rasa.
Alasan sop belanak menjadi primadona sederhana itu tidak hanya terletak pada rasanya, melainkan pada sifatnya yang praktis dan fungsional.
Proses memasaknya cepat dan tidak membutuhkan banyak bahan, sangat cocok untuk kondisi di atas perahu atau di pondok nelayan yang serba terbatas.
Kuah bening yang kaya rasa memberi kehangatan instan bagi tubuh yang lelah diterpa angin laut.
Dan karena daging belanak mudah matang dan tidak alot, ia sangat cocok dijadikan hidangan pertama setelah lelah menjaring ikan semalaman.
Ada juga alasan kebiasaan yang terbangun secara turun-temurun.
Banyak nelayan meyakini bahwa ikan belanak, terutama yang dimasak tanpa santan dan minyak, lebih ramah bagi perut yang kosong setelah melaut.
Kandungan proteinnya yang tinggi namun mudah dicerna menjadikannya pilihan alami untuk pemulihan energi.
Tak heran, sop belanak telah menjadi bagian dari pola makan harian mereka, jauh sebelum diet tinggi protein menjadi tren di kota.
Sop ikan belanak pun tak berhenti di atas kapal. Di rumah-rumah nelayan, belanak tetap dimasak dengan cara yang hampir sama.
Sederhana, namun penuh makna. Makan bersama di beranda rumah, dengan nasi hangat dan sambal terasi, menjadi momen kebersamaan yang tak tergantikan.
Hidangan ini merayakan kesegaran laut, kesederhanaan hidup, dan keakraban keluarga.
Di tengah gempuran makanan instan dan cita rasa modern, sop ikan belanak tetap bertahan sebagai simbol kejujuran rasa dan kearifan lokal yang tidak lekang oleh waktu.**