Travel 2025: 5 Destinasi ‘Tersembunyi’ yang Kini Jadi Primadona TikTok”

Travel 2025: 5 Destinasi ‘Tersembunyi’ yang Kini Jadi Primadona TikTok” --screenshot dari web.

-Radarmukomukobacakoran.com - Dalam lanskap pariwisata yang terus berevolusi, 2025 menjadi titik balik di mana eksotisme tidak lagi diukur dari kemewahan atau popularitas, melainkan dari keaslian dan kejutan visual yang menggugah emosi. Berkat kekuatan algoritma dan kreativitas konten, TikTok telah menjelma menjadi kompas baru bagi para penjelajah zaman ini. Tanpa peta fisik, tanpa brosur promosi resmi, para pengguna justru menemukan surga-surga tersembunyi yang kini disorot jutaan mata, disukai ribuan kali, dan viral hanya dalam hitungan jam. Tren ini bukan sekadar tentang liburan, tetapi tentang bagaimana generasi digital membentuk kembali peta pariwisata global.

Fenomena ini didorong oleh kebutuhan emosional generasi muda untuk merasakan pengalaman yang autentik dan layak dibagikan. TikTok bukan hanya platform hiburan, tapi juga panggung kolektif untuk eksplorasi budaya, estetika lokal, dan gaya hidup petualangan yang lebih personal. Dengan video berdurasi pendek dan storytelling visual yang kuat, para pembuat konten mengubah sudut-sudut terpencil menjadi magnet wisata yang memesona. Kini, destinasi yang dulunya hanya dikenal oleh warga lokal, menjelma jadi lokasi impian yang ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai negara.

Di tahun ini, setidaknya lima tempat yang sebelumnya tenggelam dalam ketidaktahuan kini mengalami lonjakan popularitas berkat viralitas konten TikTok. Pertama adalah Pantai Mbawana di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Dulu, nama pantai ini nyaris tak pernah terdengar di luar komunitas wisata lokal. Namun sebuah video berdurasi 15 detik yang memperlihatkan lengkungan batu alami di tepi pantai dengan gradasi langit senja membuatnya viral secara global. Dalam beberapa minggu, pencarian Google untuk kata kunci "Mbawana" melonjak lebih dari 600%, dan agensi perjalanan pun mulai merancang paket khusus menuju lokasi ini.

Selanjutnya, Air Terjun Tumpak Sewu di Lumajang, Jawa Timur, mencuri perhatian dunia sebagai "Niagara-nya Indonesia." Dengan visual dramatis dari atas drone yang memperlihatkan formasi setengah lingkaran air terjun berundak, konten ini sukses memikat pengguna TikTok lintas negara. Banyak dari mereka tertarik pada petualangan yang harus dilalui untuk mencapai lokasi ini, termasuk trekking di jalur sempit dan menembus rimbunnya vegetasi tropis. Tantangan ini justru menjadi daya tarik tersendiri, menumbuhkan tren wisata petualangan yang estetis sekaligus memuaskan rasa ingin tahu akan destinasi eksotis di luar radar mainstream.

BACA JUGA:5 Destinasi Wisata Favorit di Solo Untuk Lebaran, Apa Saja?

Di wilayah Sulawesi, Pulau Labengki di Sulawesi Tenggara menjadi destinasi laut yang belakangan kerap muncul di halaman For You Page (FYP). Bentuk pulau yang menyerupai miniatur Raja Ampat, ditambah kejernihan air laut berwarna turquoise, menjadikan pulau ini sebagai ikon visual baru. Banyak pembuat konten menyandingkan Labengki dengan destinasi-destinasi premium Asia Tenggara, namun dengan biaya yang jauh lebih terjangkau. Tak heran, generasi muda dari kalangan digital nomad pun mulai memasukkan Labengki ke dalam daftar destinasi wajib mereka.

Lalu ada Desa Wae Rebo di Flores, sebuah pemukiman adat yang terletak di atas pegunungan berkabut dan hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki selama berjam-jam. Pemandangan rumah adat berbentuk kerucut yang bersisian dengan awan pagi menjadi visual favorit yang banyak digunakan untuk narasi “escape from modern life.” TikTok mengangkat sisi spiritual dan kontemplatif dari tempat ini, menampilkan momen-momen hening bersama warga desa atau menyesap kopi lokal di tengah keheningan pegunungan. Banyak pengguna mengaku menemukan ketenangan hanya dengan menonton video singkat Wae Rebo, lalu bertekad untuk merasakannya secara langsung.

Yang terakhir, dan tak kalah mengejutkan, adalah Danau Kaco di Kerinci, Jambi—sebuah danau kecil yang bersinar biru terang, bahkan di malam hari. Keunikan warnanya yang tampak seperti cahaya dari dalam bumi membuat danau ini dijuluki “the natural neon pool.” Sebuah video dengan caption sederhana “kaya di luar negeri, padahal di Jambi” telah dibagikan ulang ribuan kali dan membuka mata banyak orang akan pesona alam Indonesia yang belum dieksplorasi maksimal. Tak lama setelah viral, permintaan tur ke kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat meningkat signifikan, menunjukkan betapa masif pengaruh media sosial terhadap arus wisatawan.

Pergeseran ini juga mengubah perilaku pelaku industri wisata. Agen perjalanan, pengelola homestay, hingga UMKM kuliner lokal mulai aktif mempromosikan layanan mereka lewat TikTok. Mereka menyadari bahwa viralitas konten bukan hanya alat promosi, tetapi juga kekuatan yang bisa mengangkat ekonomi lokal secara nyata. Muncul pula tren kolaborasi antara travel vlogger dan warga lokal untuk menghasilkan konten yang lebih autentik, mendorong pariwisata yang berkelanjutan dan memberi manfaat langsung pada masyarakat setempat.

Tidak hanya dari segi jumlah kunjungan, destinasi yang viral di TikTok juga mengalami peningkatan dalam bentuk investasi infrastruktur. Pemerintah daerah mulai membenahi akses jalan, fasilitas penunjang wisata, hingga konektivitas digital di lokasi-lokasi terpencil. TikTok bahkan menjadi salah satu rujukan utama dalam laporan tren pariwisata tahunan karena dinilai berhasil mengungkap potensi destinasi non-tradisional yang selama ini luput dari radar biro pariwisata resmi.

Namun demikian, euforia ini tak lepas dari tantangan. Lonjakan pengunjung yang tiba-tiba bisa menyebabkan tekanan lingkungan jika tak dikelola dengan hati-hati. Beberapa komunitas lokal juga menyuarakan kekhawatiran akan hilangnya nilai sakral atau budaya karena arus wisata yang terlalu cepat dan masif. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak—dari pembuat konten, wisatawan, hingga pemerintah—untuk menjaga keseimbangan antara promosi dan konservasi.

Fenomena travel viral di TikTok 2025 tidak hanya menciptakan bintang-bintang destinasi baru, tetapi juga menata ulang paradigma pariwisata menjadi lebih inklusif, visual, dan terkoneksi secara emosional. Ini adalah era ketika video berdurasi kurang dari satu menit mampu menghidupkan ekonomi lokal, memperkenalkan budaya minoritas, dan menginspirasi ribuan orang untuk merasakan dunia dengan cara baru. TikTok telah membuktikan bahwa peta dunia bisa digambar ulang melalui layar ponsel, dan bahwa surga bisa ditemukan di tempat yang paling tak terduga.

 

Referensi:

    Hootsuite. (2025). Digital Trends Report: TikTok’s Influence on Global Travel Choices.

    UNWTO. (2024). Tourism and the Digital Generation: Shifts in Travel Decision-Making.

    Rahmawati, D. (2023). Social Media and Rural Tourism Growth in Indonesia: Case of Hidden Destinations on TikTok. Journal of Digital Society, 8(1), 45–63.

    Traveloka Insights. (2024). Emerging Destinations in Indonesia: Impact of Social Video Platforms.

    Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI. (2025). Laporan Perkembangan Wisata Domestik dan Digitalisasi Promosi 2024–2025.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan