Perlu di Luruskan! 5 Anggapan yang Sering Salah Tentang Kelapa Sawit

Perlu di Luruskan! 5 Anggapan yang Sering Salah Tentang Kelapa Sawit--istimewa

radarmukomuko.bacakoran.co  -Sejatinya perkebunan kelapa sawit bisa dimanfaatkan secara maksimal, baik hasil minyaknya maupun potensi lainnya semisal kayu sawit. Apalagi berdasarkan catatan Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO, 2009), luas areal pertanian Indonesia hanya mencapai 53,6 juta ha atau sekitar 30 persen dari total luas lahan daratan. Padahal jumlah penduduk Indonesia mencapai  lebih dari 230 juta.Artinya pengembangan areal pertanian termasuk perkebunan kelapa sawit masih kecil ketimbang luas total areal lahan yang tersedia. Bilamana dibandingkan dengan Australia, memiliki lahan pertanian seluas 409 juta ha atau setara 53 persen dari total lahan daratan. Dengan jumlah penduduk lebih kurang 22 juta.Atau di bandingkan dengan Brazil yang telah memiliki lahan pertanian seluas 264 juta ha atau sekitar 31 persen dari total lahan daratan. Dengan jumlah penduduk lebih kurang 193 juta. Nah, bila ada anggapan Indonesia masih membuka hutan primer untukkepentingan pembukaan perkebunan bisa jadi tudingan itu salah sasaran.

Lantaran menurut catatan Kementerian Kehutanan, dari total lahan hutan Indonesia seluas 130,68 juta ha, luas tutupan hutan primer mencapai 41,3 juta ha dan tutupan hutan sekunder seluas 45,5 juta ha.Sementara luas hutan tanaman mencapai 2,8 juta ha dan tutupan non hutan seluas 41 juta ha. Dengan demikian seandainya ada pengembangan pertanian dan perkebunan pun bisa menggunakan lahan non hutan yang masih tersedia sangat luas itu. Terlebih perkebunan karet, kelapa sawit dan kelapa masih memiliki sejumlah potensi yang perlu dimaksimalkan, salah satunya guna memenuhi pasokan kebutuhan kayu nasional.Apalagi untuk kelapa sawit adalah salah satu pohon tanaman keras yang memiliki batang berkayu, yang bila dilakukan treatment tertentu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kayu Lantas, melalui pengaturan replanting yang baik, potensi kayu dari batang kelapa sawit dapat memenuhi sebagian kebutuhan kayu nasional.Memperhatikan kondisi hutan saat ini, pohon kelapa sawit sepantasnya  dapat direkomendasikan sebagai tanaman untuk keperluan reboisasi lahanlahan terbuka yang tidak memiliki nilai konservasi, semak belukar dan hutan terlantar, seperti halnya tanaman karet/ HTI karet.Penulis sepakat pembukaan areal hutan yang memiliki nilai konservasi  untuk keperluan non kehutanan patut dihindari. Berdasarkan data penutupan kawasan hutan, Malaysia memperlakukan perkebunan tanaman  keras sebagai kawasan hutan.

anggapan yang sering salah (mitos) tentang kelapa sawit yang perlu diluruskan:

BACA JUGA:Peluang Bisnis Lewat Dunia Online Mencari Uang Tambahan 100 Ribu Rupiah Setiap Hari
1. Kelapa sawit adalah penyebab utama deforestasi

Fakta:
Kelapa sawit memang berkontribusi terhadap deforestasi, namun bukan satu-satunya atau penyebab utama secara global.Menurut data FAO dan studi ilmiah, pertanian subsisten, peternakan, dan urbanisasi juga menyumbang besar terhadap deforestasi. Selain itu, kelapa sawit menghasilkan minyak paling efisien per hektare dibandingkan tanaman lain seperti kedelai dan bunga matahari.


2. Minyak sawit tidak sehat

Fakta:
Minyak sawit mengandung lemak jenuh dan tak jenuh, serta vitamin A (karoten) dan E (tokoferol).Masalah kesehatan biasanya muncul bukan karena minyak sawit mentahnya, tapi karena proses industri seperti pengolahan berulang, penggorengan suhu tinggi, dan oksidasi, yang juga bisa terjadi pada minyak lain.


3. Kelapa sawit hanya merugikan lingkungan

Fakta:
Walaupun ada dampak negatif, perkebunan kelapa sawit juga memberikan kontribusi ekonomi besar, terutama di Indonesia dan Malaysia. Jutaan petani kecil bergantung pada industri ini.Penerapan praktik berkelanjutan seperti ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil) dan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) terus dikembangkan.

BACA JUGA:Strategi Sukses Memasarkan Produk Lokal di Marketplace
4. Kelapa sawit hanya bisa ditanam oleh perusahaan besar
Fakta:
Sekitar 40% produksi sawit di Indonesia berasal dari petani kecil (smallholders). Banyak program yang mendukung mereka agar bisa meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan.

5. Semua produk sawit merusak habitat orangutan

Fakta:
Perlu dibedakan antara sawit yang ditanam secara legal di lahan yang sesuai, dan yang membuka lahan secara ilegal di kawasan hutan lindung. Tidak semua kebun sawit berada di habitat orangutan.*

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan