Harga Gabah Hasil Panen Menggunakan Mesin Lebih Rendah Dibanding Panen Manual

Proses panen padi menggunakan mesin di Kecamatan Selagan Raya.-Sahad-Radar Mukomuko
koranrm.id — Para petani padi di Kecamatan Selagan Raya, Kabupaten Mukomuko, kini semakin banyak yang memanfaatkan mesin pemanen (combine harvester) untuk mempercepat proses panen dan menekan ongkos produksi.
Menurut keterangan petani setempat, penggunaan mesin panen memangkas biaya tenaga kerja secara signifikan dibandingkan metode panen manual yang masih mengandalkan buruh dodos. Jika panen dilakukan secara manual, dibutuhkan waktu sekitar seminggu untuk panen padi seluas 1 Hektare (Ha). Selama panen berlangsung, pemilik sawah harus menyediakan makan bagi buruh panen. Dengan menggunakan mesin, panen 1 Ha hanya butuh waktu kurang dari setengah hari dan jumlah tenaga dua orang.
Namun, efisiensi biaya itu datang bersama konsekuensi lain. Harga gabah basah hasil panen mesin dilepas ke tengkulak lebih rendah sekitar Rp 100 per kilogram dibandingkan gabah yang dipetik manual. Pedagang beralasan butir gabah dari mesin cenderung lebih bercampur jerami halus, sehingga memerlukan proses pembersihan tambahan di penggilingan. Selain itu, padi yang dipanen menggunakan mesin lebih basah. Padi yang secara manual lebih kering dibandingkan padi yang dipanen menggunakan mesin karena secara tidak langsung terjemur matahari sebelum dimasukkan karung.
BACA JUGA:Petani di Selagan Raya Siap Tanam Jagung, Terkendala Cuaca Kemarau
‘’Kalau panen manual, secara tidak langsung padi sudah dijemur selama dua atau 3 hari, karena proses panen manual cukup lama. Sedangkan panen menggunakan mesin, gabah langsung masuk karung,’’ jelas Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Selagan Raya, Idham.
Disampaikan Idham, meski demikian, sebagian besar petani merasa selisih harga tersebut masih tertutupi oleh penghematan ongkos panen. Dengan kata lain, petani lebih diuntungkan dengan panen menggunakan mesin. Pasalnya biaya operasional lebih rendah. Sedangkan upah panen sama, yakni 5:1, yaitu jika ada 5 karung, 4 untuk pemilik sawah dengan 1 karung untuk buruh panen.
“Kalau dihitung keseluruhan, petani masih diuntungkan dengan panen menggunakan mesin,’’ tambah Idham.
Hal senada disampaikan salah seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Juliyanto. Ia mengatakan, jumlah mesin panen yang ada di Selagan Raya, pada musim panen ini berjumlah 3 unit. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan pada awal musim panen. Penggunaan mesin mempercepat proses panen. Dengan luas sawah sekitar 670 Ha, biasanya dibutuh waktu hingga 3 hari dari awal hingga akhir musim panen. Dengan adanya mesin ini, maka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan panen sekitar 15 hari. Dan sejauh ini tidak semua petani menggunakan mesin saat panen. Petani yang memilih panen secara manual masi cukup banyak. Terutama bagi mereka yang lokasi sawahnya jauh dari permukiman dan sulit dijangkau menggunakan mesin.
BACA JUGA:Pemenang Lomba Desa Tingkat Kabupaten Telah Ditetapkan
‘’Dengan adanya mesin ini, waktu panen lebih cepat. Biasanya musim panen bisa berlangsung sampai satu bulan, sekarang paling 15 hari sudah selesai. Itu saja karena waktu tanam yang berbeda,’’ papar Juliyanto.
Pemerintah kecamatan mendorong petani untuk terus meningkatkan efisiensi, salah satunya merubah dari panen manual menjadi menggunakan mesin. Dengan biaya panen yang lebih rendah, dengan sendirinya pendapatan petani meningkat. Pelaksana tugas (Plt) Sekcam Selagan Raya, Sudirman, S.A.P mengaku siap membantu mengadakan mesin panen jika dibutuhkan.
‘’Saya punya teman yang siap mendatangkan mesin panen jika memang diperlukan,’’ ujar Sudirman.