Demokrasi Rusak karena Alat Kampanye Tambahan Lebih Besar Nilainya dari Caleg

Muslim Chaniago.--ISTIMEWA

KORAN DIGITAL RM - Pesta demokrasi Pemilu legislatif baru saja berlalu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah selesai melakukan rapat pleno terbuka rekapitulasi penghitungan perolehan suara. Dan sudah diketahui bersama 25 Caleg yang akan dilantik menjadi anggota dewan periode 2024-2029. 

Masing-masing individu memiliki cerita tersendiri. Caleg terpilih membuat cerita indah. Caleg gagal memiliki cerita duka. Rakyat, bukan hanya menentukan kemenangan, tapi juga sebagai pemenang dalam Pemilu juga memiliki cerita masing-masing.

Muslim Chaniago, SH, MH selaku pemerhati pemerintahan sekaligus advokat, memiliki pandangan tersendiri terkait jalannya pesta demokrasi 2024 ini. Disampaikan Muslim, demokrasi di Kabupaten Mukomuko, sudah rusak. Penyebabnya adalah, alat kampanye tambahan (Uang, red) nilainya lebih tinggi dari Caleg itu sendiri. 

"Banyak Caleg yang tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk menjual nilai dirinya. Untuk menutupi kekurangan dirinya, digunakanlah alat kampanye tambahan yang nilainya lebih besar dari Caleg itu sendiri," ujar Muslim. 

BACA JUGA:PKK Sumber Mulya, Olah Buah Naga untuk Meningkatkan Nilai Jual

BACA JUGA:Muslim Chaniago: APH Perlu Tuntaskan Kasus Dugaan Korupsi Perda RTRW

Lebih lanjut Muslim menambahkan, ketika kursi DPRD Mukomuko diisi oleh orang-orang yang dipilih karena alat bantu tambahan (Politik uang, red) kemampuan mengatur pemerintah sudah bisa diukur. 

"Akan terjadi ketidakseimbangan kekuatan antara legislatif dengan eksekutif," tambah Muslim. 

Sebagai salah satu kontestan dalam Pemilu legislatif 2024, Muslim, tahu bahkan paham dengan proses yang ada. 

Tidak sedikit Caleg yang lebih mengandalkan alat kampaye tambahan, ketimbang menjual kemampuan diri. Ironisnya, masyarakat lebih tertarik dengan alat kampaye tambahan, dan terkesan mengesampingkan kualitas dari Caleg yang bersangkutan. 

"Saya berpendapat, yang merusak demokrasi ya para elit. Misalnya tidak ada seleksi (Pendidikan, red) bagi yang mau nyaleg. Ada kepala daerah yang berisik dengan keras kepada ASN, agar tidak memilih Caleg tertentu," demikian Muslim.*

Tag
Share