Operasi Lasik Solusi Cepat untuk Mata Minus atau Risiko Jangka Panjang

Operasi Lasik Solusi Cepat untuk Mata Minus atau Risiko Jangka Panjang.--screnshoot dari web
KORANRM.ID - Operasi LASIK (Laser-Assisted In Situ Keratomileusis) telah menjadi salah satu prosedur paling populer dalam dunia medis untuk mengatasi kelainan refraksi mata seperti miopia (mata minus), hipermetropia (mata plus), dan astigmatisme. Dengan waktu pemulihan yang relatif cepat dan tingkat keberhasilan yang tinggi, LASIK menawarkan solusi instan bagi mereka yang ingin terbebas dari kacamata atau lensa kontak. Namun, di balik kecepatan dan kenyamanan yang ditawarkan, penting untuk memahami juga potensi risiko jangka panjang yang mungkin timbul, serta mempertimbangkan apakah prosedur ini benar-benar sesuai untuk kondisi mata seseorang.
BACA JUGA:Solo Pesona Kota Budaya yang Memikat Jiwa
BACA JUGA:Anthurium, Pesona Tropis yang Memikat Hati Para Pecinta Tanaman
Secara teknis, LASIK bekerja dengan cara mengubah bentuk kornea—bagian transparan mata yang membantu memfokuskan cahaya ke retina. Dokter bedah menggunakan laser untuk membuat flap tipis di permukaan kornea, lalu mengangkatnya dan memancarkan sinar laser pada jaringan kornea di bawahnya. Dengan membentuk ulang kurva kornea, cahaya yang masuk dapat difokuskan dengan lebih tepat ke retina, sehingga menghasilkan penglihatan yang lebih jelas. Proses ini biasanya hanya memakan waktu sekitar 10 hingga 15 menit untuk kedua mata, dan kebanyakan pasien melaporkan peningkatan signifikan dalam penglihatan mereka hanya dalam waktu 24 jam setelah operasi.
Namun demikian, meskipun hasil LASIK sangat menjanjikan, prosedur ini bukan tanpa risiko. Beberapa efek samping yang umum terjadi setelah LASIK meliputi mata kering, sensasi seperti ada pasir di mata, penglihatan ganda atau bayangan, hingga gangguan visual di malam hari seperti silau dan halo. Dalam kebanyakan kasus, gejala ini bersifat sementara dan mereda dalam beberapa minggu atau bulan. Akan tetapi, pada sebagian kecil pasien, efek samping tersebut bisa bertahan lama atau bahkan permanen.
Salah satu kekhawatiran terbesar dalam jangka panjang adalah kemungkinan terjadinya ektasia kornea, yakni pelemahan struktur kornea yang menyebabkan penipisan dan penonjolan abnormal. Kondisi ini dapat memburuk seiring waktu dan mengharuskan pasien menjalani perawatan tambahan seperti cross-linking atau bahkan transplantasi kornea. Risiko ini memang sangat jarang, tetapi penting untuk disampaikan secara transparan sebelum pasien memutuskan menjalani operasi.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah perubahan penglihatan akibat penuaan. Meskipun LASIK mampu mengoreksi penglihatan jarak jauh, seiring bertambahnya usia, seseorang tetap bisa mengalami presbiopia, yaitu penurunan kemampuan melihat objek dekat karena lensa mata yang mulai mengeras. Ini berarti seseorang yang telah menjalani LASIK di usia muda mungkin tetap memerlukan kacamata baca saat memasuki usia 40-an ke atas.
Ada pula pertimbangan dari sisi psikologis dan kualitas hidup. Beberapa pasien yang tidak puas dengan hasil LASIK melaporkan penyesalan mendalam karena mengalami penurunan kualitas penglihatan yang justru tidak bisa diperbaiki dengan kacamata atau lensa kontak. Oleh karena itu, sangat penting bagi pasien untuk menjalani pemeriksaan menyeluruh sebelum operasi, termasuk uji ketebalan kornea, riwayat kesehatan mata, serta stabilitas ukuran minus selama minimal satu hingga dua tahun.
Namun, tak bisa disangkal bahwa bagi sebagian besar orang, LASIK memberikan hasil yang luar biasa. Tingkat keberhasilan prosedur ini terus meningkat berkat kemajuan teknologi laser seperti femtosecond laser dan wavefront-guided LASIK yang memungkinkan koreksi lebih presisi dan personal. Prosedur ini juga dinilai lebih aman dan efektif dibanding metode bedah refraksi yang lebih tua seperti PRK (Photorefractive Keratectomy).
Dalam hal biaya, LASIK memang tergolong mahal, namun banyak yang menganggapnya sebagai investasi jangka panjang dibanding harus terus-menerus membeli lensa kontak atau mengganti kacamata. Di Indonesia, harga operasi LASIK berkisar antara 15 hingga 30 juta rupiah tergantung klinik dan teknologi yang digunakan.
BACA JUGA:Kehadiran Lumut di Toren Air Membuat Air Terlihat Kurang Bersih, Ini 3 Penyebab Toren Air Berlumut
Kesimpulannya, LASIK adalah solusi efektif dan cepat bagi masalah penglihatan akibat kelainan refraksi. Namun, bukan berarti tanpa risiko. Keputusan untuk menjalani LASIK sebaiknya tidak dibuat tergesa-gesa. Konsultasi menyeluruh dengan dokter spesialis mata, pemahaman akan risiko jangka panjang, serta ekspektasi yang realistis sangat penting agar prosedur ini benar-benar membawa manfaat maksimal. Bagi mereka yang memenuhi syarat medis dan menginginkan kebebasan dari alat bantu visual, LASIK tetap menjadi opsi menarik dalam dunia oftalmologi modern.
Referensi:
• American Academy of Ophthalmology. (2021). LASIK Eye Surgery. www.aao.org
• National Eye Institute. (2022). Facts About Refractive Surgery. www.nei.nih.gov
• Moshirfar, M., et al. (2020). "Laser in Situ Keratomileusis." StatPearls Publishing.
• Schallhorn, S. C., et al. (2016). "Outcomes of Wavefront-Guided LASIK for Myopia Using a New-Generation Femtosecond Laser." Journal of Cataract & Refractive Surgery.
• Reinstein, D. Z., et al. (2019). "LASIK complications and their management." Eye.