Mauritania, Negara Dengan Tradisi Perempuan Harus Gemuk

Mauritania, Negara Dengan Tradisi Perempuan Harus Gemuk.--Sceenshot
koranrm.id - Umumnya para wanita di dunia banyak yang mengidamkan bentuk tubuh ramping. Sebab dengan memiliki tubuh ramping mereka akan dianggap sebagai wanita seksi. Mereka pun melakukan beragam upaya termasuk olahraga rutin hingga mengonsumsi obat tertentu. Dilansir dari channel youtube Doczon.
Namun demikian hal ini tidak berlaku untuk wanita mauritania. Dimana mereka kustru berlomba-lomba untuk menjadi gemuk. Karena tubuh yang gemuk menjadi standar seksi untuk menjadikan kaum pria tertarik untuk menikahinya.
Afrika memang selalu kaya dengan tradisi unik yang dianut masyarakatnya. Salah satunya adalah suku mauritania. Para wanita suku ini akan melakukan apa saja demi menaikkan berat badan mereka. Karena bagi para pria di mauritania, lemak adalah sesuatu yang sangat seksi. Obesitas bahkan menjadi cita-cita kecantikan para gadis suku mauritania.
Sementara bagi seorang istri, tubuh gemuk menjadi cerminan kemakmuran suaminya karena itu gadis dipaksa makan dengan porsi besar untuk mencapai apa yang dinamakan gemuk.
BACA JUGA:Jual Produk Rumah Tangga Impor Secara Online dengan Mudah, Strategi Sukses di Era Digital
Mauritania adalah negara terbesar ke-11 di Afrika dan terbesar ke-28 di dunia dan 90% wilayahnya berbentuk Sahara. Sekitar 3/4 wilayah mauritania merupakan gurun atau semi gurun akibat kekeringan yang berkepanjangan. Gurun tersebut telah meluas sejak pertengahan tahun 1960-an terletak di wilayah barat benua Afrika. Mauritania memiliki luas 1.30.700 km² yang membentuk daratan luas serta gersang dan sesekali terdapat bukit juga tebing. Mauritania berbatasan dengan samudraa Atlantik Utara antara Senegal dan Sahara barat Mali juga Aljazair.
Sebagian besar penduduk mauritania yang berjumlah 4,4 juta jiwa tinggal di daerah beriklim sedang di bagian selatan negara ini dengan sekitar sepertiganya terkonsentrasi di ibukota. Dan kota terbesar, yaitu noakot yang terletak di pantai Atlantik. Meskipun memiliki sumber daya alam yang berlimpah termasuk biji besi dan minyak bumi, tetapi nyatanya mauritan tergong negara miskin yang perekonomian utamanya didasarkan pada pertanian, peternakan serta perikanan.
BACA JUGA:Voice Commerce 2.0: Belanja Lewat Suara Semakin Mendekati Realitas
Termasuk hal yang unik di mauritania adalah terkait soal standar kecantikan yang berbeda dibandingkan dengan negara-negara Arab pada umumnya. Bertubuh gendut merupakan simbol dari kecantikan kesejahteraan dan status sosial yang tinggi. Sementara perempuan yang bertubuh langsing apalagi kurus dianggap lemah dan mempermalukan keluarganya. Standar ini kemudian mendorong para gadis untuk selalu tampil gemuk dan pria mauritania akan selalu berusaha untuk menyediakan makan siang untuk istrinya agar mendapatkan rasa hormat dari masyarakat dan menyampaikan pesan bahwa dia menjaga istrinya dengan segala cara.
Selain syarat untuk cepat mendapatkan suami, memiliki tubuh gemuk juga bisa menjadi lambang kemakmuran bagi wanita yang sudah bersuami.
Sejak berusia 8 tahun, wanita di mauritania sudah mengonsumsi lemak tinggi agar badan mereka menjadi gemuk dan terkadang orang tua mereka akan memasukkan anak-anak perempuannya ke panti yang khusus mengurus penggemukan anak-anak perempuan.
Di Panti para gadis akan disugguhkan beragam makanan yang berlemak sehingga menciptakan tubuh gemuk seperti yang orang tua inginkan. Biasanya para gadis akan disuguhi banyak makanan kurma dan makanan-makanan lain yang memiliki efek menggemukkan dengan cara itu gadis-gadis yang dititipkan ke panti bisa mencapai berat antara 60 hingga 100 kg dengan timbunan lemak yang sangat padat.
BACA JUGA:Digital Products with Expiry: Menjual Produk Digital Sekali Pakai atau Sementara
Meski sebenarnya dalam proses penggemukan ini tidak jarang gadis-gadis tersebut sampai muntah karena kekenyangan dan dihantui rasa takut tetapi hal ini dianggap sebagai hal yang wajar.
Jikapun nantinya ada gadis yang menolak pihak Panti akan melaporkan mereka kepada orang tuanya. Sehingga orang tua si gadis sendiri yang turun tangan dan menghukumnya sampai ia bersedia makan. Terkait dengan budaya ini juga ada tradisi makan besar untuk para gadis di mauritania yang dikenal dengan istilah leblo. Disebutkan bahwa gadis-gadis di mauritania banyak yang harus menjalani penderitaan karena tradisi lebloh ini. Dalam tradisi ini mereka dipaksa untuk untuk makan bertumpuk-tumpuk makanan dan minum semangkuk besar susu unta atau susu kambing. Gadis yang tidak menghabiskan makanan yang disuguhkan akan mendapatkan hukuman. Terkadang gadis-gadis itu diikat jari-jari kakinya dan jika mereka tidak mau makan jarinya akan dipelintir agar dia merasa kesakitan dan selanjutnya mau meneruskan makan.
Tradisi leploh ini memang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat mauritania saat ini.
Demikian ini karena standar kecantikan di negara ini sudah mulai bergeser ke arah barat seiring dengan masuknya berbagai hiburan dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
BACA JUGA:AI + Dropshipping: Automasi Total Toko Online dari Desain hingga Pengiriman
Namun demikian jika di kota-kota besar tradisi leploh sudah tidak terlalu populer, maka lain halnya dengan kota-kota kecil dan pedesaan yang penduduknya masih Kukuh memelihara tradisi ini.
Menjadikan para gadis bertubuh gemuk masih dianggap sebagai hal yang penting dalam komunitas masyarakat mauritania pedesaan. Terutama jika gadis-gadis muda tersebut ingin mendapatkan suami yang panta.
Pemerintah mauritania telah melakukan sosialisasi agar mereka mengakhiri praktik ini. Karena risiko kesehatan dari obesitas bisa mengancam kesehatan sebagian masyarakat. Mauritania modern telah meninggalkan persepsi ini, tetapi masih ada di antara mereka yang masih meyakini obesitas sebagai kecantikan meski proses untuk mencapai gemuk dilakukan dengan cara yang berbeda dan terlihat modern.