radarmukomukobacakoran.com-Sebuah tragedi pilu mengguncang Kabupaten Subang, Jawa Barat. ARO (9), seorang siswa kelas 3 SD di SDN Jayamukti, meninggal dunia setelah beberapa hari mengalami perundungan (bullying) oleh kakak kelasnya. Kasus ini mengungkap sisi gelap bullying yang tak hanya berdampak psikologis, tetapi juga berujung maut.
Awal Mula Derita: Sakit Kepala dan Muntah yang Tak Terhenti
ARO, yang dikenal sebagai anak yang ceria, mulai menunjukkan perubahan perilaku setelah mengalami perundungan. Ia mengeluh sakit kepala, mual, dan muntah-muntah. Keluarga ARO, yang awalnya tak menaruh curiga, berusaha mencari tahu penyebabnya. Sarti, saudara korban, mengungkapkan bahwa ARO tidak mau menceritakan apa yang dialaminya karena takut. "Dua hari itu dia muntah terus kalau makan, perutnya sakit, sama uwa nya enggak cerita karena takut," ungkap Sarti.
BACA JUGA:Tol Cipularang, Titik Hitam Maut di Jalur Mudik
BACA JUGA:Misteri Lubang Maut di Blitar, Menelan Air Sungai dan Menakutkan Warga
BACA JUGA:Misteri Cincin Maut Penghancur Kebun Pepaya, Lihat Gejala Dan Efeknya Serta Langka Penyelamatnnya
Kondisi ARO semakin memburuk. Ia kesulitan membuka kelopak mata dan berjalan pun harus merangkak. Barulah saat ARO hendak dilarikan ke rumah sakit, ia akhirnya menceritakan pengalaman buruknya. "Katanya dijedotin ke tembok, ditajong (tendang), pengakuannya (korban) sama tiga orang itu," kata Sarti. Tiga pelaku perundungan tersebut diketahui merupakan siswa kelas 4 dan 5 dengan inisial M, D, dan O.
Perjuangan Tak Berhasil: Meninggal Dunia Setelah 6 Hari Dirawat
ARO dilarikan ke RSUD Ciereng Subang dan mendapat perawatan intensif. Namun, kondisinya terus menurun. "Ini hari ke-6, kondisinya memang tidak stabil, kritis, kondisi koma, kalau dari sisi medis ini udah mati batang otak," ujar Wadirut Pelayanan Medik Syamsu Riza. ARO akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Senin (25/11/2024) malam.
Hasil pemeriksaan medis menunjukkan adanya pendarahan di otak, yang diduga kuat disebabkan oleh benturan. "Diagnosa awal terjadi pendarahan di otak, curiganya ke sana (benturan) kalo tidak ada kecurigaan lain," jelas Syamsu.
Polisi Turun Tangan: Autopsi dan Penyelidikan Mendalam
Meninggalnya ARO membuat polisi turun tangan. Jenazah korban dibawa ke RS Bhayangkara di Losarang Indramayu untuk dilakukan autopsi. "Kami sudah koordinasi dengan pihak dokter, kemungkinan pukul 21.00 akan dilaksanakan autopsi," ujar Kasat Reskrim Polres Subang AKP Gilang Friyana. Autopsi bertujuan untuk mengungkap penyebab kematian ARO dan memastikan apakah ada kekerasan fisik yang menyebabkan kematiannya.
Polisi juga telah melakukan pemeriksaan saksi-saksi. "Kemarin sih dari penyidik sudah tiga orang diperiksa, kemungkinan besok kami dalami lagi bersama Unit PPA," jelas Gilang. Namun, hingga saat ini belum ada tersangka yang ditetapkan. "Tiga saksi masih kita dalami, sementara belum (ada tersangka), nanti (tersangka) kalau udah lengkap semuanya nanti kita rilis lagi," tambahnya.
Dampak Tragis: Kepsek Dinonaktifkan dan Kemarahan Publik
Tragedi ini memicu kemarahan publik dan membuat PJ Bupati Subang Imran murka. Imran langsung menonaktifkan kepala sekolah SDN Jayamukti. "Yang pertama saya sampaikan berulang kali bahwa pemerintah Subang anti bullying. Ingat beberapa lalu saya sampaikan, kalau bully terjadi, kepala sekolah saya pecat atau anaknya pindah, dan hari ini saya buktikan, kepala sekolah saya nonaktifkan sampai pemberkasan pemeriksaan selesai," tegas Imran.
BACA JUGA:Maut! Carry vs Beat, Satu MD Satu Kritis
BACA JUGA:Bayi 1,5 Tahun Lolos dari Laka Maut, 7 Orang Meninggal, TKP Dikenal Angker
Imran juga menegaskan bahwa kasus ini harus diproses hukum. "Polres harus memproses, ini tidak boleh lagi (terjadi) di Subang. Sosialisasi sudah kita lakukan, advokasi sudah kita lakukan anti bullying ini, berarti harus ada penegakan hukum," katanya.
Jeritan Hati: Menghentikan Bullying dan Membangun Kesadaran
Tragedi ARO menjadi pengingat bagi kita semua tentang bahaya bullying. Perundungan tidak hanya berdampak psikologis, tetapi juga dapat berujung fatal. Kasus ini juga mengungkap pentingnya peran orang tua, guru, dan masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bullying.
Orang tua harus lebih peka terhadap perubahan perilaku anak-anak mereka dan berani bertanya jika mereka curiga ada sesuatu yang tidak beres. Guru juga harus aktif menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua siswa, serta memberikan edukasi tentang bahaya bullying. Masyarakat juga harus berperan aktif dalam membangun kesadaran tentang pentingnya menghentikan bullying dan menciptakan lingkungan yang ramah dan toleran.
Meninggalnya ARO menjadi kehilangan besar bagi keluarga dan dunia pendidikan. Semoga kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap anak-anak dan menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari bullying.
Kategori :