radarmukomukobacakoran.com - Kampung Bena adalah salah satu perkampungan megalitikum yang terletak di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Tepatnya di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, sekitar 19 km selatan Bajawa. Kampung yang terletak di puncak bukit dengan view gunung Inerie. Dilansir dari channel youtube Doczon.
Bena merupakan sebuah kampung adat tradisional yang mencerminkan peradaban dan budaya zaman batu. Kampung ini bagaikan sebuah kanvas waktu yang membeku menyodorkan portal waktu dan menceritakan kisah-kisah yang terjaga selama ribuan tahun. Dalam lipatan sejarah masyarakat megaliti, Kampung Adat Bena terletak di pulau Flores provinsi Nusa Tenggara Timur. Kampung ini dikenal karena memiliki keunikan arsitektur rumah adat serta penataan desa yang sangat khas yang semua itu mencerminkan kebudayaan masyarakat Megalitikum di masa lalu. Rumah-rumah di kampung Bena dibangun dari bahan-bahan alami, seperti kayu, bambu serta atap dari ilalang. Kampung Bena menjadi rumah bagi sembilam suku, yaitu Tizi Azi, Tizi Kae, Wato, Deru Lalulewa, Deru Solamai, Ngada, Khopa, Ago, dan Bena. BACA JUGA:Kecamatan Ponsu Monev Tahap Kedua Bulan Depan BACA JUGA:7 Manfaat Daun Binahong , Untuk Kesehatan Hingga Kecantikan Pembeda suku-suku ini dapat dilihat dari tanah yang berjumlah tingkat, dimana masing-masing dari suku tersebut menghuni satu undakan desain dan orientasi rumah di desa ini mengikuti aturan tradisional yang sangat ketat yang semuanya mencerminan kosmologi dan kepercayaan masyarakat. Rerdapat sekitar 45 rumah adat yang berdiri di kampung Bena. Rumah-rumah ini berdiri di atas tanah yang berundak untuk menyesuaikan dengan kontur alaminya. Arsitekturnya dibuat sederhana dengan hanya menyajikan satu pintu gerbang yang digunakan untuk masuk dan keluar. Rumah-rumah ini dibentuk dengan bangunan panggung runcing untuk menghindari kelembaban tanah dan serangan hewan. Atapnya yang tinggi dan meruncing tidak hanya berfungsi sebagai pelindung dari hujan dan panas matahari. Namun juga memiliki nilai sbolis kepercayaan. Masyarakat lokal desain ini mencerminkan keseimbangan antara manusia, alam serta kepercayaan spiritual Mereka. Salah dua bangunan yang sangat penting di kampung Bena adalah baga dan ngadu baga merupakan rumah beratap rumbiauh. Leluhur laki-laki dengan bangunan bertiang tunggal dan beratap rumbia. Kedua bangunan ini berada di halaman tempat upacara adat yang ditujukan untuk berkomunikasi dengan leluhur. BACA JUGA:Masyarakat Lubuk Pinang Keluhkan Pelayanan PT.PLN BACA JUGA:Mukomuko Dapat Bantuan 5000 Al Qur’an Akan Dibagikan untuk MDA dan RA Di samping itu penataan rumah di kampung Bena diatur mengitari area terbuka yang di tengahnya terdapat beberapa formasi batu dan megalit yang memiliki nilai sejarah dan ritual yang mendalam bagi masyarakat. Batu-batu ini digunakan dalam beragam upacara adat yang masih dipraktikkan hingga saat ini. Bahkan batu-batu ini juga dianggap sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan para leluhur serta alam. Semesta memang salah satu ciri khas Kampung Bena adalah kepercayaan terhadap leluhur. Hingga saat ini masyarakat meyakini bahwa leluhur masih berkomunikasi dengan mereka. Kepercayaan masyarakat Kampung Bena merupakan perpaduan unik antara animisme, dinamisme serta elemen-elemen kepercayaan tradisional lainnya yang telah mengalami penyatuan dengan agama-agama yang datang belakangan. Seperti agama Kristen, meskipun banyak warga Kampung Bena telah menganut agama kristen, tetapi di sisi lain mereka tetap mempertahankan praktik dan kepercayaan tradisional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Sampai saat ini, penduduk kampung bena miliki kepercayaan, leluhur dipercaya sebagai penghubung antara dunia fisik serta spiritual leluhur dianggap memiliki penghubung. Mereka sering mengadakan upacara adat dan ritual untuk menghormati dan memohon berkah dari para leluhur. Selain itu kepercayaan terhadap kekuatan alam dan entitas spiritual lainnya juga masih tampak menonjol. Masyarakat percaya bahwa alam semesta dihuni oleh berbagai roh dan kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka menganggap bahwa upaya untuk hidup harmonis dengan alam dan kekuatan-kekuatan ini merupakan bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya upacara adat menjadi sesuatu yang sangat penting dan seringkali dikaitkan dengan siklus kehidupan panen serta peristiwa penting lainnya. Dalam komunitas upacara-upacara ini merupakan manifestasi dari kepercayaan masyarakat di mana doa tawaran dan ritual dilakukan untuk memperoleh perlindungan, berkah dan bimbingan dari leluhur. Serta kekuatan spiritual Kampung Bena juga dikenal dengan kerajinan tenun ikat yang memiliki motif dan warna khas. Tenun ikat merupakan bagian penting dari warisan budaya Bena dengan teknik pembuatan yang diwariskan dari generasi ke generasi Motif pada tenun sering kali menggambarkan tentang alam. Motif atau simbol-simbol yang memiliki makna khusus dalam kepercayaan masyarakat setempat. Bagi mereka, kain tenun ikat tidak hanya dianggap sebagai pakaian sehari-hari tetapi juga memiliki nilai budaya yang mendalam yang sering digunakan dalam upacara adat sebagai simbol status sosial serta identitas etnik. Itulah sebabnya para wanita yang tinggal di kampung Bena diwajibkan untuk memiliki keahlian menenun dan setiap harinya mereka membuat kain tenun dengan teknik tradisional. Selain itu dalam pembuatan tenun ikat mereka juga menggunakan pewarna alami yang hal ini menambah Nilai estetik dan keunikan pada setiap lembar kain. Warna-warna yang dihasilkan dari bahan alami ini tidak hanya indah tetapi juga sangat ramah bagi lingkungan. Keahlian dalam memilih dan mengolah bahan pewarna alami menjadi salah satu keterampilan penting dalam proses pembuatan tenun ikat di kampung Bena. Itulah mengapa tenun ikat dari kampung Bena tidak hanya diapresiasi di tingkat lokal tetapi juga telah mendapatkan pengakuan di tingkat nasional dan internasional sebagai salah satu warisan budaya Indonesia. Kain tenun ikat ini sering dijadikan oleh-oleh bagi wisata yang berkunjung ke kampung Bena, serta menjadi objek studi bagi mereka yang tertarik dengan budaya serta kerajinan tradisional Indonesia.
Kategori :