radarmukomukobacakoran.com – Seiring berjalannya waktu, penggunaan F1 Embio di Kabupaten Mukomuko terus meluas. Berbagai jenis tanaman, khususnya tanaman pangan, padi, dan holtikultura ditanam dengan menggunakan F1 Embio. F1 Embio juga bisa digunakan di berbagai jenis lahan. Tidak terkecuali lahan gambut, bahan tanah lempung.
Widono (43) warga Desa Sungai Rengas, Kecamatan V Koto, saat ini menanam sekitar 2000 batang cabai. Lahan tanam berupa lempung putih yang awalnya rawa. Tanaman cabai yang berumur 65 hari tersebut tumbuh nyaris sempurna. Hal tersebut tidak lepas dari penggunaan organic. Mulai dari pupuk hingga insektisida. Kepada wartawan Koran ini, Widono menyampaikan bahwa dirinya mulai menanam cabai sejak 2010, sudah 14 tahun. Selama ini tanam cabai menggunakan kimia penuh. Mulai dari pupuk hingga insektisida. ‘’Kalau tanam cabai kimia, untuk 2000 batang dibutuhkan modal antara Rp40 juta hingga Rp50 juta,’’ ujar Widono. Dikatakan Widono, berdasarkan pengalaman yang ada, sedikit-demi sedikit mulai menggunakan pupuk organic, dalam hal ini Bokasi. Bokashi merupakan pupuk yang dihasilkan dari fermentasi bahan-bahan organik seperti sekam, serbuk gergajian, jerami, kotoran hewan dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut difermentasikan dengan bantuan mikroorganisme aktivator yang mempercepat proses fermentasi. Campuran mikroorganisme yang digunakan untuk mempercepat fermentasi dikenal sebagai effective microorganism (EM). Penggunaan EM tidak hanya mempercepat proses fermentasi tetapi juga menekan bau yang biasanya muncul pada proses penguraian bahan organik. BACA JUGA:Gagal Pada Leg 1, Timnas Voli Siap Bangkit di Leg 2 BACA JUGA:Pengukuhan Penambahan Masa Jabatan Kades Diagendakan September ‘’Kalau menggunakan Bokasi sudah lama saya lakukan. Tapi untuk F1 Embio, mulai menggunakan belakangan ini,’’ tambah Widono. Dikatakan Widono, saat ini sedang menanam 2000 batang cabai di lahan eks rawa, lahan berupa lempung putih. 60 persen menggunakan pupuk kimia, Bokasi dan F1 Embio, sisanya pupuk kimia. Sedangkan untuk perawatan atas, 90 persen menggunakan insektisida dan fungisida organic. Hasilnya tanaman tumbuh dengan sangat baik. ‘’Sedikit demi sedikit saya menggunakan organic, baik untuk bawah (Pupuk, red) maupun perawatan atas daun, batang dan buah. Perbedaannya yang paling terasa dari modal dan pertumbuhan tanaman,’’ ungkap Widono. Disampaikan Widono, tanam organic jauh lebih hemat dari segi modal. Pasalnya bahan-bahan yang digunakan bisa diambil dari lingkungan dan pupuk organic bisa dibuat sendiri. Jika belum mampu membuat sendiri, ada orang yang menyediakan produk jadi dengan harga sangat terjangkau. ‘’Saya belajar organic dari pak Yansen (Edri Yansen, ketua Poktan Tani Taman, Desa Karang Jaya, Kecamatan Teras Terunjam,’’ jelas Ketua Poktan Tunas Baru ini.
Kategori :