Ekado, hidangan mungil nan menggugah selera, telah mencuri hati banyak orang di radarmukomuko@bacakoran.co - Indonesia. Keunikannya terletak pada perpaduan tiga bahan utama: telur puyuh, udang, dan kembang tahu.
Telur puyuh utuh yang sudah direbus, dibalut dengan daging udang yang telah dihaluskan dan dibumbui, lalu dibungkus dengan kembang tahu dan diikat dengan daun kucai. Rasanya yang gurih dan lezat, serta teksturnya yang lembut dan renyah, menjadikan Ekado sebagai camilan favorit bagi semua kalangan, dari anak-anak hingga dewasa.
Namun, tahukah Anda bahwa Ekado sebenarnya berasal dari negeri sakura, Jepang? Perjalanan kulinernya pun menarik untuk ditelusuri.
Jejak Ekado di Negeri Sakura
Ekado, dalam bahasa Jepang dikenal sebagai "Tamagoyaki," merupakan hidangan tradisional yang telah ada sejak zaman Edo (1603-1868). Nama "Tamagoyaki" sendiri berasal dari kata "tamago" (telur) dan "yaki" (panggang).
Dahulu, Tamagoyaki merupakan makanan yang sederhana dan mudah dibuat. Bahan utamanya adalah telur ayam yang dicampur dengan sedikit gula dan garam, lalu digoreng tipis-tipis dalam wajan khusus yang disebut "makiyakinabe."
Seiring berjalannya waktu, Tamagoyaki mengalami berbagai modifikasi. Variasi rasa dan bentuk pun bermunculan, seperti Tamagoyaki yang diisi dengan daging ikan, sayuran, atau bahkan keju.
Ekado: Adaptasi yang Menggugah Selera
Ekado, yang merupakan adaptasi dari Tamagoyaki, diperkenalkan ke Indonesia pada masa kolonial Belanda. Di Indonesia, Ekado mengalami modifikasi yang menarik. Telur ayam diganti dengan telur puyuh, yang lebih kecil dan mudah dibalut. Daging udang yang dihaluskan dan dibumbui, menjadi bahan pelengkap yang menambah cita rasa gurih. Kembang tahu, yang merupakan bahan khas Indonesia, dipilih sebagai pembungkus yang memberikan tekstur renyah.
Penggunaan daun kucai sebagai pengikat, juga merupakan ciri khas Ekado di Indonesia. Daun kucai memberikan aroma yang khas dan menambah cita rasa segar pada Ekado.
Resep Ekado: Menggugah Selera di Rumah