KORAN DIGITAL RM - Prevalensi stunting di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu dua tahun terakhir masih di posisi lebih tinggi dari yang ditargetkan secara nasional sebesar 14 persen di tahun 2024. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022, dapat diketahui bahwa prevalensi stunting di kabupaten Mukomuko pada tahun tersebut di angka 22,1 persen.
Di tahun 2023, angka prevalensi stunting di daerah ini diketahui kembali mengalami kenaikan. Ini dapat diketahui dari hasil survei kesehatan Indonesia yang mencatat angka prevalensi stunting di Mukomuko tahun 2023 masih naik menjadi 27,1 persen. Menyikapi hal ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mukomuko, dalam hal ini Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Mukomuko kembali melaksanakan rembuk stunting. Rembuk stunting TPPS yang digelar di aula Bappelibang Mukomuko, Rabu, 10 Juli 2024, bertujuan untuk menyatukan komitmen bersama dalam program upaya percepatan penurunan dan pencegahan stunting di daerah.
BACA JUGA:Desa Mundam Marap Kembali Tambah Bibit Sapi Program Ketahanan Pangan
Wakil Bupati Mukomuko, Wasri menyampaikan, pelaksanaan rembuk stunting bersama TPPS kali ini merupakan konvergensi ketiga dalam penyampaian program intervensi dalam pencegahan stunting di daerah.
‘’Rembuk stunting kali ini tahapan aksi konvergensi dari delapan aksi rembuk stunting. Rembuk stunting ini aksi ketiga," kata Wakil Bupati Mukomuko, Wasri.
Wakil Bupati Wasri menyampaikan hal itu seusai menggelar rapat koordinasi rembuk stunting bersama TPPS tingkat Kabupaten Mukomuko tahun 2024. Dimana, rembuk stunting tahun ini dengan mengangkat tema "Dengan Semangat Rembuk Mari Kita Tingkatkan Konvergensi Untuk Percepatan Penurunan Stunting 2024".
BACA JUGA:Sungai Rumbai Siap Semarakkan HUT Kemerdekaan RI Tahun 2024
Kegiatan rakor rembuk stunting ini diikuti oleh sejumlah pejabat organisasi perangkat daerah (OPD), camat, kepala desa, puskesmas, dan masyarakat di daerah ini. Wabup mengatakan, tujuan rembuk stunting untuk melaksanakan dan menyampaikan komitmen bersama seluruh OPD, camat, kades, stakeholder, dan keterlibatan kelompok pentahelix dalam percepatan penurunan stunting.
Wakil Bupati Wasri juga menyampaikan, posisi prevalensi stunting di Kabupaten Mukomuko masih cukup tinggi di angka 27,1 persen. Sementara, di tahun 2024 ini target secara nasional di angka 14 persen.
Dalam percepatan penurunan kasus dan pencegahan stunting di daerah membutuhkan butuh kerja keras, kerja sama sistem keroyokan. Ini harus dilaksanakan secara bersama dalam mewujudkan generasi emas di tahun 2045.
‘’Penurunan dan pencegahan stunting harus benar-benar dilaksanakan bersama-sama. Tentunya ini menjadi tanggung jawab kita semua stakeholder dan seluruh masyarakat," pintanya.
Selain dalam bentuk rancangan program TPPS, upaya pencegahan stunting juga dimulai dari diri pribadi masyarakat. Dikatakan Wakil Bupati Mukomuko, pencegahan stunting dimulai dari usia remaja, calon pengantin, ibu hamil, pra nipas, balita, dan Baita. Bagi para remaja perempuan, disiapkan layanan posyandu remaja, dan dianjurkan mengonsumsi tablet tambah darah. Perempuan penting mengonsumsi tablet tambah darah, karena nantinya melahirkan anak, untuk itu diharapkan tidak ada lagi kelahiran anak yang stunting.
‘’Mengapa mulai dari remaja mengonsumsi tablet tambah darah agar darah stabil, dan tidak anemia,’’ katanya.
Upaya pencegahan anak stunting juga diingatkan kepada calon pengantin (Catin). Kata Wakil Bupati Wasri, para Catin perempuan dianjurkan mengonsumsi tablet tambah darah agar mereka tetap sehat.