radarmukomukobacakoran.com - Penularan Deman Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Mukomuko terus mengalami meningkatan sepanjang 2024. Bahkan dalam bulan April ini saja tercatat kurang lebih 15 pasien DBD yang sempat dirawat dari puskesmas hingga rumah sakit.
Total penderita DBD sejak Januari hingga saat ini sudah mencapai 242 orang, dimana dua diantaranya meninggal dunia. Kasus DBD jauh meningkat jika dibandingkan dengan data tahun lalu pada periode yang sama. Sekretaris Dinas Kesehatan, Jajat Sudrajat, S.KM mengakui peningkatan kasus DBD di wilayah Mukomuko cukup mengkhawatirkan dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan penderita DBD masih berpeluang terus meningkat. Total kasus yang sudah diketahui 242 orang dengan rincian kasus perbulannya, Januari tercatat ada 54 kasus, Februari 100 kasus dan Maret 73 kasus. Sedangkan kasus DBD di bulan April minggu ketiga sebanyak 15 kasus. "Dari Januari, Februari, Maret hingga April ini masih terus terjadi peningkatan DBD di Mukomuko. Dibanding bulan lalu, April ini sedikit turun, hingga minggu ketiga ada 15 kasus yang tercatat," katanya. Ia mengaku, kasus DBD bukan saja di Mukomuko tapi hampir merata di semua daerah. Buktinya untuk provinsi Bengkulu, Mukomuko nomor 4 terbanyak. BACA JUGA:Wakili ASEAN, Indonesia dan Vietnam Lolos Babak 8 Besar Piala Asia U-23 Berbagai upaya terus dilakukan untuk mengatasi persoalan ini, belum lama ini pihaknya sudah melakukan rapat di internal. Ada beberapa upaya yang segera digerakkan, yaitu Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Upaya ini nanti bukan hanya Dinas Kesehatan saja, namun akan melibatkan beberapa stekholder seperti BPBD, TNI dan Polri dalam penanganan ini. Karena ini tak bisa ditangani sendiri dan perlu adanya gotong-royong dari seluruh lapisan masyarakat. "Kita minta baik dari tingkat dinas, Kecamatan, Kelurahan dan desa juga menggencarkan gerakan 3M plus," ajaknya. Tujuannya untuk memberantas sarang nyamuk, serta melakukan fogging di tempat-tempat yang sudah terdampak oleh nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD. Meski fogging tidak begitu efektif dalam penanganan nyamuk aedes aegypti ini, karena hanya membunuh nyamuk dewasa saja dan sarang nyamuk masih ada. Yang lebih efektif adalah menguras dan menyikat tempat penampungan air secara rutin, menutup rapat semua tempat penyimpanan air, memanfaatkan limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang). BACA JUGA:Nelayan dan Buruh Ditangkap Polisi, Ini Kasusnya Ia juga menganjurkan warga memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Lalu, gotong-royong membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya, melakukan pengecekan di tempat penampungan air. "Masyarakat juga diminta untuk, menanam tanaman yang dapat mengusir nyamuk, meletakkan pakaian bekas diwadah tertutup, Memberikan larvasida pada penampungan air yang dikuras," jelasnya. Pola sebaran demam berdarah memang dinamis. Daerah yang sebelumnya terdapat kasus dengan jumlah banyak cenderung terpacu melakukan pencegahan secara masif. Hal itu menjelaskan mengapa daerah yang terpapar banyak DBD tahun lalu, seperti di Kecamatan Pondok Suguh, Lubuk Sanai dan yang lainnya pada tahun ini relatif terkendali. Ia juga menerangkan, peningkatan kasus DBD tidak terjadi begitu saja. BACA JUGA:Pemda Berencana Pindahkan Jembatan Bailey di Air Manjuto ke Selagan Raya Jajat juga mengakui, sulitnya mengendalikan peredaran nyamuk Aedes aegypti pada musim hujan. Banyaknya genangan air menjadi tempat berkembang biak yang sempurna bagi inang virus dengue. Kondisi itu tidak diiringi oleh tindakan pencegahan yang masif dan ketat, seperti menggalakkan gerakan 3M.*
Kategori :