Fenomena Virtual Influencer Apakah Selebriti Digital Akan Mengambil Alih

Jumat 07 Feb 2025 - 16:00 WIB
Reporter : Fahran
Editor : Ahmad Kartubi

KORANRM.ID - Virtual influencer adalah sosok digital yang diciptakan menggunakan teknologi animasi komputer dan kecerdasan buatan untuk berperan sebagai tokoh publik di dunia maya. Mereka memiliki karakteristik layaknya manusia nyata, termasuk kepribadian, gaya berpakaian, serta interaksi dengan pengikut di media sosial. Beberapa contoh terkenal adalah Lil Miquela, Imma, dan Noonoouri, yang memiliki jutaan pengikut dan berkolaborasi dengan merek-merek besar di industri fashion, kecantikan, dan teknologi.

BACA JUGA:5 Inovasi Teknologi Canggih yang Bikin Hidup Lebih Mudah dan Mewah

Popularitas virtual influencer didorong oleh berbagai faktor, termasuk kontrol penuh yang dapat diberikan oleh penciptanya dalam membangun citra dan narasi. Berbeda dengan influencer manusia, selebriti digital ini tidak memiliki skandal pribadi, tidak menua, dan selalu dapat disesuaikan dengan tren terbaru. Selain itu, kemajuan teknologi kecerdasan buatan memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan audiens secara lebih realistis, menciptakan pengalaman unik yang semakin menarik bagi merek dan pengikut.

Konsep virtual influencer mulai berkembang pada awal 2010-an, tetapi baru mendapatkan perhatian luas dalam lima tahun terakhir. Lil Miquela, yang diciptakan oleh Brud pada tahun 2016, menjadi salah satu pionir fenomena ini dengan menghadirkan persona digital yang realistis dan membangun interaksi seperti manusia asli. Seiring dengan meningkatnya ketertarikan terhadap dunia digital dan metaverse, popularitas mereka semakin meningkat dan mulai bersaing dengan influencer manusia dalam berbagai kampanye pemasaran global.

BACA JUGA:Toyota Fortuner Dilengkapi TSS, Begini Cara Pindahkan Teknologi Ini ke Tipe Non-TSS!

BACA JUGA:Ilmuwan Kembangkan Teknologi Pembersih Karbon Cepat, Lensa Kotor Jadi Kinclong Seketika

Virtual influencer banyak beraktivitas di platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, di mana mereka berbagi konten layaknya manusia nyata. Industri yang paling sering menggunakan virtual influencer adalah fashion, kecantikan, teknologi, dan hiburan. Beberapa perusahaan bahkan mulai mengadopsi karakter digital ini sebagai duta merek, mengingat daya tarik mereka yang unik dan konsistensi dalam membangun citra perusahaan.

Banyak merek besar telah bekerja sama dengan virtual influencer untuk kampanye pemasaran mereka. Contohnya, Lil Miquela telah berkolaborasi dengan Prada dan Calvin Klein, sementara Noonoouri menjadi duta untuk Dior dan Balenciaga. Pengguna virtual influencer bukan hanya perusahaan besar, tetapi juga industri kreatif, seperti musik dan film, yang menggunakan karakter digital ini untuk memperluas daya jangkau mereka di dunia maya.

Virtual influencer diciptakan melalui gabungan teknologi grafik komputer, kecerdasan buatan, dan animasi 3D. Tim kreatif di balik mereka merancang setiap aspek karakter, termasuk tampilan fisik, kepribadian, dan gaya komunikasi. Beberapa dari mereka menggunakan teknologi deep learning untuk mempelajari dan meniru pola interaksi manusia agar dapat berkomunikasi dengan lebih alami. Selain itu, strategi pemasaran mereka disusun secara hati-hati agar dapat menjangkau audiens dengan cara yang menarik dan relevan.

BACA JUGA:Teknologi Elektrolisis Mengubahnya Air Hujan Menjadi Air Minum Berkualitas Tinggi, Begini Prosesnya

Meskipun virtual influencer semakin populer, mereka masih memiliki keterbatasan dibandingkan dengan selebriti manusia. Koneksi emosional yang dibangun dengan pengikut mereka cenderung kurang mendalam dibandingkan dengan influencer manusia yang memiliki pengalaman hidup nyata. Selain itu, masih ada tantangan etika terkait transparansi dan keaslian dalam interaksi mereka. Namun, dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya integrasi dunia digital dalam kehidupan sehari-hari, virtual influencer kemungkinan besar akan terus berkembang dan memiliki peran yang semakin signifikan di masa depan.

Fenomena virtual influencer menunjukkan bagaimana teknologi dapat mengubah lanskap pemasaran dan hiburan secara drastis. Meskipun mereka menawarkan keuntungan seperti kontrol penuh atas citra dan interaksi yang stabil, mereka belum sepenuhnya dapat menggantikan keunikan dan daya tarik manusia nyata. Namun, dengan semakin canggihnya kecerdasan buatan dan animasi digital, peran mereka dalam industri digital diprediksi akan semakin besar dalam beberapa tahun ke depan.

Referensi

1. Fuchs, C. (2021). Social Media: A Critical Introduction. SAGE Publications.

2. Khamis, S., Ang, L., & Welling, R. (2017). Self-branding, ‘micro-celebrity’ and the rise of Social Media Influencers. Celebrity Studies.

3. Schleicher, M. (2020). Virtual Influencers: The Future of Digital Marketing? Journal of Digital Branding.

4. Lee, K., & Cho, H. (2022). Artificial Influencers and Their Impact on Consumer Engagement. Journal of Interactive Marketing.

5. Westerman, D., Spence, P. R., & Van Der Heide, B. (2020). Social Media Credibility and the Role of AI in Influencer Marketing. Communication Research Trends.

Kategori :