KORANRM.ID - Di era digital yang semakin maju ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Facebook, Instagram, Twitter, TikTok, dan platform lainnya tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga berfungsi sebagai sumber informasi, hiburan, dan bahkan sarana untuk membentuk identitas diri. Namun, yang sering kali terlupakan adalah bagaimana algoritma media sosial bekerja untuk menentukan apa yang kita lihat dan tidak lihat, serta bagaimana hal ini pada gilirannya membentuk pandangan dunia kita. Algoritma media sosial tidak hanya sekedar memfilter konten, tetapi juga mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan dunia dan sesama pengguna. Dalam artikel ini, kita akan mengupas lebih dalam tentang bagaimana algoritma media sosial membentuk realitas kita.
Algoritma media sosial adalah sekumpulan aturan dan instruksi yang digunakan oleh platform seperti Facebook, Instagram, YouTube, dan Twitter untuk menentukan konten apa yang akan muncul di feed pengguna. Setiap platform memiliki algoritma yang berbeda, tetapi pada dasarnya, algoritma ini menganalisis berbagai faktor seperti interaksi sebelumnya, preferensi konten, waktu penggunaan, dan banyak lagi, untuk memilih konten yang dianggap relevan bagi pengguna. Sebagai contoh, algoritma Instagram mungkin akan lebih sering menampilkan foto atau video dari akun yang sering Anda like atau komentari, daripada akun yang jarang Anda interaksikan.
BACA JUGA:Teknologi Biometrik: Bagaimana Sidik Jari dan Retina Akan Mengganti Kunci Anda
BACA JUGA:Mengapa 2025 Disebut Sebagai Era Keemasan Teknologi Hijau?
Algoritma ini dirancang untuk memaksimalkan waktu yang dihabiskan pengguna di platform tersebut, dengan cara menampilkan konten yang menurutnya paling menarik dan relevan. Ini berarti bahwa konten yang mendapat banyak interaksi atau perhatian akan lebih sering muncul, sementara konten yang kurang mendapatkan perhatian akan terbenam di dalam lautan informasi yang ada.
Bagaimana Algoritma Mempengaruhi Realitas Kita?
1. Filter Bubble dan Echo Chamber
Salah satu dampak terbesar dari algoritma media sosial adalah terjadinya filter bubble dan echo chamber. Filter bubble terjadi ketika algoritma hanya menampilkan konten yang sesuai dengan pandangan dan preferensi kita, sementara konten yang berlawanan atau berbeda pandangan tidak pernah muncul di feed kita. Hal ini mengarah pada terbentuknya pandangan yang sempit dan terbatas, di mana kita hanya terpapar dengan informasi yang sudah kita setujui sebelumnya. Echo chamber lebih lanjut memperburuk kondisi ini, karena di dalam ruang tersebut, ide-ide dan opini yang sama akan terus diulang-ulang, memperkuat keyakinan yang kita miliki, dan mengabaikan pandangan alternatif.
Misalnya, jika seseorang sering mengakses konten yang berfokus pada politik tertentu, algoritma akan terus menampilkan berita atau postingan yang mendukung pandangan politik tersebut, sementara berita yang bertentangan akan tersingkir. Ini bisa membuat individu merasa bahwa pandangan mereka adalah satu-satunya yang benar, padahal dunia di luar sana lebih kompleks dan beragam.
2. Konstruksi Identitas Diri
Algoritma media sosial juga mempengaruhi cara kita membangun dan mempersepsikan identitas diri. Misalnya, aplikasi seperti Instagram mendorong pengguna untuk membagikan gambar dan cerita yang mencerminkan sisi terbaik dari hidup mereka. Ini bisa menciptakan kesan bahwa kehidupan orang lain selalu sempurna dan menyenangkan, yang kemudian memengaruhi persepsi kita tentang diri sendiri. Ketika kita melihat teman-teman kita berbagi foto liburan, prestasi, atau momen bahagia, kita cenderung membandingkan diri dengan mereka, yang dapat menimbulkan perasaan tidak puas atau cemas.
BACA JUGA:Mengapa 2025 Disebut Sebagai Era Keemasan Teknologi Hijau?
Lebih jauh lagi, algoritma memprioritaskan konten yang menonjolkan visual yang menarik dan populer, seperti foto yang mendapat banyak like dan komentar. Ini menciptakan siklus di mana hanya orang-orang atau konten yang “populer” atau menarik yang mendapat perhatian, sementara konten yang lebih personal atau tidak terpolarisasi terabaikan. Oleh karena itu, algoritma turut membentuk apa yang dianggap ‘terlihat baik’ atau ‘layak untuk dibagikan’, yang dapat menciptakan standar kecantikan atau keberhasilan yang tidak realistis.
3. Polarisasi Sosial dan Politik
Algoritma media sosial dapat memperburuk polarisasi sosial dan politik. Ketika individu terus-menerus dibombardir dengan informasi yang mengonfirmasi pandangan mereka, mereka menjadi semakin terpisah dari kelompok lain yang memiliki pandangan berbeda. Ini bisa memperburuk ketegangan sosial, terutama dalam isu-isu sensitif seperti politik, ras, atau agama. Algoritma, dengan memfokuskan pada konten yang cenderung memicu emosi, dapat memperburuk efek ini, dengan menampilkan berita yang menonjolkan perbedaan dan konflik.
Hal ini sering terjadi dalam bentuk berita hoaks atau informasi yang tidak diverifikasi, yang lebih mudah menyebar karena sifat viral dari media sosial. Berita-berita yang mengandung unsur provokatif cenderung mendapatkan perhatian lebih besar karena emosi yang mereka bangkitkan, sementara berita yang lebih objektif dan mendalam sering kali terabaikan. Dalam jangka panjang, ini dapat memperburuk kesenjangan sosial dan politik, membuat individu merasa semakin terisolasi dalam pandangan mereka, dan mengurangi kemampuan untuk melakukan dialog konstruktif dengan orang lain.
BACA JUGA:Google Umumkan Android 15, Apa Saja Kejutan Teknologi Terbarunya?
4. FOMO dan Tekanan Sosial
Media sosial, yang sering kali mengutamakan tampilan ideal kehidupan seseorang, juga menciptakan fenomena FOMO (Fear of Missing Out) atau ketakutan akan ketinggalan. Ketika kita melihat orang lain berlibur, mendapatkan promosi, atau mencapai tujuan besar, kita merasa tertekan untuk mengikuti langkah mereka. Ini mengarah pada tekanan sosial yang besar, terutama di kalangan generasi muda, untuk selalu tampil sempurna dan memiliki hidup yang “terlihat hebat”.
Algoritma membantu memperkuat FOMO dengan menonjolkan konten yang memamerkan gaya hidup mewah, keberhasilan, dan kebahagiaan, yang memengaruhi bagaimana kita memandang dan mengevaluasi diri kita sendiri. Hal ini bisa menimbulkan kecemasan dan stres, karena individu merasa tertekan untuk mencocokkan atau mengungguli standar yang dipresentasikan di media sosial.
5. Keterbatasan Perspektif dan Kurangnya Keragaman
Karena algoritma media sosial sering kali menampilkan konten yang relevan dengan minat kita, kita cenderung terperangkap dalam bubble informasi yang sempit. Hal ini membatasi akses kita pada perspektif yang lebih luas dan beragam. Tidak jarang, kita hanya melihat informasi yang sesuai dengan keyakinan kita, sementara pandangan yang berbeda atau kurang populer hampir tidak muncul sama sekali. Ini mengarah pada terbentuknya pandangan dunia yang sangat terbatas, yang mengurangi kemampuan kita untuk memahami kompleksitas isu-isu sosial, politik, dan budaya yang lebih besar.
Algoritma media sosial memiliki dampak yang sangat besar terhadap cara kita membentuk pandangan tentang dunia. Mereka mempengaruhi cara kita memperoleh informasi, membangun identitas diri, dan berinteraksi dengan orang lain. Meskipun algoritma ini dirancang untuk mempermudah dan menyesuaikan pengalaman pengguna, mereka juga dapat memperburuk polarisasi, menciptakan tekanan sosial, dan mengurangi keragaman perspektif yang kita hadapi. Sebagai pengguna media sosial, kita perlu lebih sadar tentang bagaimana algoritma ini mempengaruhi cara kita berpikir dan berinteraksi, serta berusaha untuk melibatkan diri dengan konten yang lebih beragam dan memperluas wawasan kita.
Referensi:
1. Pariser, Eli. The Filter Bubble: What the Internet Is Hiding from You. Penguin Press, 2011.
2. Zengler, Todd. "How Social Media Algorithms Affect Our Views of the World." Harvard Business Review, 2020.
3. O’Neil, Cathy. Weapons of Math Destruction: How Big Data Increases Inequality and Threatens Democracy. Crown Publishing Group, 2016.
10 Startup Paling Inovatif yang Patut Anda Perhatikan di 2025
-Radarmukomukobacakoran.com- Di tahun 2025, dunia startup akan dipenuhi dengan inovasi yang mengubah berbagai aspek kehidupan, dari teknologi, kesehatan, hingga keberlanjutan. Setiap tahun, ribuan startup bermunculan dengan solusi kreatif dan seringkali revolusioner yang mengusung ide-ide segar yang memecahkan masalah besar di masyarakat. Berikut adalah sepuluh startup paling inovatif yang patut Anda perhatikan di tahun 2025.
1. OpenAI
OpenAI, yang telah berkembang pesat sejak didirikan, terus menjadi pemimpin di dunia kecerdasan buatan (AI). Pada 2025, OpenAI berfokus pada pengembangan sistem AI yang lebih canggih untuk mendukung berbagai sektor, seperti kesehatan, pendidikan, dan industri kreatif. Dengan algoritma pembelajaran mesin yang terus berkembang, OpenAI berpotensi memberikan solusi lebih baik untuk permasalahan kompleks, termasuk dalam bidang perawatan kesehatan dan keamanan siber.
2. SpaceX
SpaceX, yang dipimpin oleh Elon Musk, telah menjadi pemain dominan dalam industri antariksa dan terus mendorong batasan teknologi. Pada tahun 2025, mereka akan semakin dekat untuk membuat perjalanan ke luar angkasa lebih terjangkau dan dapat diakses. SpaceX akan meluncurkan proyek-proyek besar seperti Starship yang dirancang untuk perjalanan ke Mars dan ekspedisi luar angkasa lainnya, sekaligus merevolusi industri antariksa dengan solusi ramah lingkungan dan berkelanjutan.
3. Impossible Foods
Impossible Foods terus menjadi pelopor dalam dunia makanan berbasis tanaman. Mereka telah memperkenalkan produk-produk inovatif seperti burger nabati yang menyerupai daging. Pada 2025, Impossible Foods berencana memperkenalkan lebih banyak produk baru yang berfokus pada keberlanjutan dan mengurangi jejak karbon dunia. Dengan semakin banyak konsumen yang beralih ke pilihan makanan berbasis tumbuhan, startup ini akan menjadi salah satu kekuatan utama dalam industri makanan global.
4. Neuralink
Neuralink, yang juga didirikan oleh Elon Musk, bertujuan untuk menghubungkan otak manusia dengan komputer. Pada 2025, perusahaan ini berharap dapat mengembangkan teknologi implan otak yang lebih canggih, memungkinkan manusia untuk mengakses informasi digital langsung dengan pikiran. Ini bisa membawa kemajuan besar dalam bidang medis, misalnya dalam mengobati penyakit saraf atau meningkatkan kemampuan kognitif manusia.
5. QuantumScape
QuantumScape, startup yang berfokus pada teknologi baterai solid-state, berpotensi untuk mengubah industri kendaraan listrik. Dengan tujuan untuk mengembangkan baterai yang lebih efisien dan lebih tahan lama, QuantumScape berencana untuk meningkatkan kemampuan kendaraan listrik dengan daya jangkau yang lebih jauh, pengisian yang lebih cepat, dan umur baterai yang lebih panjang. Pada tahun 2025, teknologi mereka bisa menjadi bahan bakar baru bagi industri otomotif yang semakin beralih ke kendaraan listrik.
6. Lilium
Lilium adalah startup yang berfokus pada pengembangan kendaraan terbang listrik. Dengan pesawat eVTOL (electric vertical take-off and landing), mereka bertujuan untuk merevolusi transportasi perkotaan. Pada 2025, Lilium diharapkan dapat meluncurkan kendaraan udara yang dapat mengangkut orang di kota-kota besar dengan cara yang lebih cepat, lebih efisien, dan ramah lingkungan, mengurangi kemacetan di jalanan dan mempercepat perjalanan.
7. Stripe
Stripe adalah salah satu platform pembayaran digital yang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dikenal karena kemudahan integrasi dan skalabilitas untuk bisnis kecil hingga besar, Stripe telah mengubah cara perusahaan menerima pembayaran di seluruh dunia. Pada 2025, mereka berencana untuk terus memperluas jangkauan layanan dan menciptakan lebih banyak inovasi dalam dunia pembayaran digital, memperkenalkan teknologi baru yang dapat memfasilitasi transaksi internasional dengan biaya lebih rendah dan lebih aman.
8. Hims & Hers
Hims & Hers adalah startup kesehatan yang berfokus pada menyediakan solusi medis secara online, termasuk produk perawatan kesehatan untuk kesehatan seksual, kecantikan, dan kesehatan mental. Dengan semakin populernya layanan kesehatan jarak jauh, startup ini siap memanfaatkan teknologi untuk memberikan perawatan kesehatan yang lebih mudah diakses dan terjangkau, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil atau memiliki keterbatasan akses ke perawatan medis tradisional.
9. Rivian
Rivian, perusahaan mobil listrik yang berfokus pada kendaraan off-road dan utilitas, diperkirakan akan menjadi pesaing utama bagi Tesla di tahun 2025. Dengan model kendaraan seperti R1T (truk pikap) dan R1S (SUV), Rivian menawarkan solusi kendaraan listrik yang kuat, cocok untuk petualang dan konsumen yang lebih aktif. Mereka juga berencana untuk memperkenalkan teknologi ramah lingkungan dalam kendaraan mereka, menjadikannya pilihan utama bagi konsumen yang peduli dengan keberlanjutan.
10. DeepMind
DeepMind, anak perusahaan Alphabet yang berfokus pada penelitian kecerdasan buatan, berkomitmen untuk mengembangkan AI yang lebih cerdas dan lebih efektif dalam memecahkan masalah dunia nyata. Pada 2025, DeepMind diharapkan bisa menerapkan AI dalam berbagai bidang, mulai dari pengobatan hingga pengelolaan energi, dan memperkenalkan terobosan dalam bidang ilmu komputer dan riset medis yang dapat mengubah cara kita menyelesaikan tantangan besar di dunia.
Tahun 2025 akan menjadi tahun yang penuh dengan inovasi, dan startup-startup yang ada di atas akan memainkan peran penting dalam perkembangan teknologi dan keberlanjutan global. Dari kecerdasan buatan hingga kendaraan terbang, startup-startup ini tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial, tetapi juga membawa dampak positif dalam menghadapi tantangan dunia modern. Dengan teknologi yang terus berkembang, kita dapat mengharapkan perubahan besar yang akan memengaruhi cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.
Referensi:
1. "The 10 Most Innovative Companies in Artificial Intelligence," Fast Company, 2024.
2. "SpaceX and the Future of Space Exploration," Forbes, 2024.
3. "Impossible Foods: The Future of Plant-Based Meat," Business Insider, 2024.
4. "How Neuralink Is Rewiring the Human Brain," Wired, 2024.
5. "QuantumScape's Battery Breakthrough Could Change the EV Market," The Verge, 2024.
Kategori :