Lapak Terus Bertambah, Aksi Pencurian Sawit Semakin Marak

Lapak Terus Bertambah, Aksi Pencurian Sawit Semakin Marak--

KORAN DIGITAL RM - Bukan soal pupuk mahal, akan tetapi yang menjadi keluhan petani sawit saat ini terkait dengan praktik pencurian Tandan Buah Segar (TBS). Pencurian sawit terjadi hampir di seluruh desa yang ada di Mukomuko. Namun demikian, ada desa-desa tertentu yang aksi pencurian sawitnya lebih tinggi dibandingkan desa lain. 

Seperti di wilayah Kabupaten Mukomuko, Bengkulu. Sejak beberapa waktu terakhir, petani di daerah ini sering mengalami peristiwa kehilangan buah sawit. Dalam menjalankan asksinya, pelaku nekad melakukan pemananen pada malam hari.  

Entah ada kaitannya atau tidak, maraknya aksi pencurian sawit seiring dengan terus bertambahnya jumlah lapak. Lapak merupakan tempat menerima pembelian sawit dalam jumlah besar. Banyaknya lapak ini membuat petani lebih mudah dalam menjual sawitnya, tidak harus melalui tauke, tidak juga pergi ke pabrik pengolahan sawit.

Belakangan juga banyak warga yang membeli sawit petani secara kontan, dan langsung dijembut ke rumah warga. Hal ini memudahkan warga menjual sawit, dalam jumlah kecil, tidak ada batasan jumlah. Bisa 10 kilogram, 50 kilogram hingga ratusan kilogram. 

BACA JUGA:Jika Terbukti Melanggar Aturan Kades Air Berau Siap Berhenti

BACA JUGA:Program DD Mekar Sari Tahun 2024 Rampung

Ketua Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Mukomuko, Saprin Efendi, S.Pd mengungkapkan, sejak harga sawit terus menanjak, petani sedikit diam soal mahalnya harga pupuk. 

Dibalik itu, kata Saprin, sejak harga sawit mahal petani risih dengan banyaknya kejadian praktik pencurian TBS. Ini tak bisa didiamkan, ia mengajak semua pihak berperan untuk meminimalisir terjadinya praktik pencurian sawit yang dapat merugikan para petani di daerah. 

‘’Membaca isu di masyarakat, sejak sawit mahal petani tak lagi bicara soal pupuk. Mereka risih dengan persolan banyak buah sawit hilang di batang dan hilang di tempat penumpukan,’’ kata Saprin, di Mukomuko, Minggu, 29 Desember 2024. 

Terkait dengan persoalan praktik pencurian sawit ini, kata Saprin, pencegahan yang lebih mengena itu ada di tingkat desa. Menurutnya, para toke sawit keliling dan pengusaha ramp harus komitmen dengan usahanya, tidak menerima atau membeli buah sawit hasil curian. 

BACA JUGA:Lezat dan Praktis: Resep Pangsit Goreng Abon Ebi, Cemilan Simpel untuk Semua Kesempatan!

BACA JUGA:Simak Manfaat Tak Terduga Jamur Kuping , Apa Saja?

‘’Kalau kita mau jujur, para toke sawit keliling dan pengusaha ramp, mereka yang lebih tepat dan mengena dalam melakukan pencegahan praktik pencurian sawit. Persempit langkah pelaku pencurian, dengan tidak membeli buah hasil curian,’’ kata Saprin. 

Lebih lagi di Kabupaten Mukomuko ini, para toke sawit dan pengusaha ramp sawit pada umumnya mereka mengetahui petani yang memiliki lahan perkebunan sawit. 

Tag
Share