Bahaya Oli Palsu yang Mengintai Banyak Mobil Di Mukomuko Jadi Korban

Bom Waktu di Mesin, Bahaya Menunda Ganti Oli Motor Anda--screnshoot dari web

koranrm.id - Banyak pemilik mobil, terutama tipe keluarga seperti Toyota Avanza keluaran 2012, mengeluhkan mesin yang tiba-tiba macet atau “ngejim” setelah  mobilnya di ganti oli. 

Dedi, pemilik bengkel yang sudah lebih dari 15 tahun menekuni dunia perbengkelan, menyebut bahwa sebagian besar kasus bermula dari penggunaan oli palsu. “Sudah banyak mobil Avanza tahun 2012 yang datang ke sini mesinnya ngejim. 

Setelah dicek, ternyata masalahnya sama: oli palsu. Filter oli  yang  kasar  tersumbat karena oli membeku, akhirnya mesin macet total,” ujarnya dengan nada prihatin.

Fenomena ini bukan sekadar masalah teknis. Banyak pemilik kendaraan membeli oli dengan keyakinan bahwa mereka mendapatkan produk asli, padahal kenyataannya mereka sedang terjebak dalam praktik curang para penjual nakal. 

Informasi yang dihimpun dari sejumlah mekanik menunjukkan bahwa tidak jarang penjual mengetahui barang yang mereka tawarkan adalah tiruan, tetapi tetap dijual demi mengejar keuntungan. Akibatnya, mesin pelanggan menjadi korban.

Seorang pemilik mobil, SN, menceritakan pengalamannya. Ia baru saja mengganti oli di sebuah toko kenalannya di Mukomuko. 

Awalnya tidak ada yang aneh, tetapi dalam hitungan minggu mesin Avanza miliknya tiba-tiba mati total saat melaju di jalan lintas. “Saya kira mobil saya baik-baik saja. Begitu masuk bengkel, kata mekanik olinya beku dan filter tertutup kotoran. Saya harus keluar uang  jutaan untuk bongkar mesin,” katanya dengan wajah kecewa.

Dedi, sang pemilik bengkel, menjelaskan bahwa oli palsu umumnya lebih kental dan tidak mampu melumasi mesin dengan sempurna. Kandungan kimianya tidak stabil sehingga saat suhu mesin meningkat, oli berubah menjadi gumpalan padat. “Bayangkan, mesin itu butuh pelumas yang halus agar komponen tidak bergesekan langsung. 

Kalau olinya malah membeku, ya otomatis piston, ring, dan komponen lain akan terkunci. Itulah yang membuat mesin ngejim,” jelasnya.

Kasus ini menunjukkan betapa rapuhnya perlindungan konsumen ketika pengawasan distribusi pelumas tidak ketat. 

Di tingkat lokal, tidak semua pemilik kendaraan mampu membedakan oli asli dan palsu. Kemasan tiruan dibuat begitu mirip, lengkap dengan segel dan label hologram yang tampak meyakinkan.

 Kondisi ini semakin diperparah dengan harga jual yang lebih murah, membuat konsumen tergiur tanpa menyadari risiko jangka panjang.

Pemerintah daerah sebenarnya sudah beberapa kali mengingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati, namun peredaran oli palsu seakan sulit dibendung. Para pelaku memanfaatkan celah distribusi dan kurangnya sosialisasi. 

Di sisi lain, masyarakat sendiri kerap tergoda pada harga miring tanpa memeriksa kualitas. Bagi sebagian orang, selisih puluhan ribu rupiah dianggap lumayan, meski akhirnya mereka harus mengeluarkan biaya perbaikan hingga belasan juta.

Dari sudut pandang sosial, masalah oli palsu ini tidak hanya menimpa pemilik kendaraan pribadi. Sopir angkutan umum dan pelaku usaha transportasi di Mukomuko juga merasakan dampaknya. 

Kendaraan yang seharusnya menjadi sumber penghidupan justru berubah menjadi beban karena rusak mendadak. Kerugian materi berlipat ganda: biaya perbaikan besar, kehilangan pendapatan harian, hingga risiko keselamatan penumpang.

Beberapa bengkel kini mulai mengambil langkah pencegahan dengan memberikan edukasi kepada pelanggan. Mereka menyarankan agar pembelian oli dilakukan langsung di toko resmi atau distributor yang memiliki sertifikat keaslian. 

Selain itu, konsumen juga diimbau untuk selalu memperhatikan nomor seri produk, tekstur, dan bau oli sebelum digunakan. “Kami ingin masyarakat sadar. Lebih baik keluar uang sedikit mahal untuk oli asli daripada nanti mobil rusak total,” tambah Dedi.

Kondisi ini sesungguhnya menjadi peringatan serius bagi semua pihak. Peredaran oli palsu tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga berpotensi menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pasar pelumas di daerah. 

Tanpa adanya tindakan tegas dari aparat terkait, pelaku bisnis curang akan terus merajalela dan korban akan terus bertambah.

Gelombang kasus mesin ngejim di Mukomuko adalah gambaran nyata bagaimana sebuah tindakan tidak jujur mampu menciptakan kerugian berantai. 

Dari penjual yang sengaja menutup mata demi laba, hingga konsumen yang akhirnya harus menanggung kerusakan berat. Pada akhirnya, masalah ini menegaskan pentingnya kesadaran kolektif: berhati-hati dalam memilih, teliti sebelum membeli, dan menolak praktik yang jelas-jelas merugikan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan