Curacao: Negeri Yang Sangat Indah, Tapi Tidak Beruntung Seperti Indonesia

Curacao Negeri Yang Sangat Indah, Tapi Tidak Beruntung Seperti Indonesia--screnshoot dari web

radarmukomukobacakoran.com-Di daerah nan jauh disana, ternyata ada tempat yang memiliki keindahan, namun tak seberuntung Indonesia. Dilansir dari channel youtube Doczon. Di tengah birunya laut Karibia terhampar pulau kecil bernama Curacao. Sebuah pulau yang menyimpan pesona luar biasa dengan pantai putih, bersih, laut biru kehijauan serta deretan bangunan bergaya Belanda. Yang berdiri dengan megah berada penjajahan Belanda layaknya Indonesia yang pernah merasakan hal yang sama.

Kendati demikian, saat Indonesia berhasil meraih kemerdekaan sejak tahun 1945 Curacao masih terjalin dalam ikatan dengan kerajaan Belanda. 

BACA JUGA:Menjelajah Kuliner Halal di Negeri Tirai Bambu Panduan Wisatawan Muslim di China

BACA JUGA:Negeri Ajaib di Ujung Dunia, Mengungkap Fakta Unik Negara Chili

Suatu hubungan Komplek yang menandai identitasnya sebagai negara konstituen yang belum merdeka sepenuhnya. Ada tanggal 17 Agustus tahun 1945 Indonesia meraih kemerdekaan dari penjajahan Kolonial Belanda.

Soekarno dengan suara yang bergema membacakan tek proklamasi yang kemudian mengubah sejarah bangsa menyatakan kemerdekaan Indonesia. 

Rakyat Indonesia yang telah lama berjuang dengan darah dan air mata menyambut hari itu dengan sukacita. Mereka bersatu membebaskan diri dari belenggu penjajahan untuk kemudian mengambil alih nasib bangsa mereka sendiri.

Kendati demikian di tengah kegembiraan Indonesia yang meluap di Asia Tenggara. Nan jauh di sana, di tengah hamparan biru laut Karibia, Curacao masih dihantui oleh bayang-bayang penjajahan. 

Pada tahun yang sama, yaitu tahun 1945 pulau ini belum merasakan Angin perubahan meskipun terdapat desakan dan impian akan Keban. Dengan semangat kera yang berkobar di Indonesia, Pulau ini dengan segala keindahan dan keragaman budayanya  harus menunggu untuk mendeka. 

Pada abad ke15 bangsa Eropa menjelajahi dunia, membawa benda dan ambisi mereka ke setiap yang disinggahi. kuras yang pert diku Spanyol akhirnya jatuh ke tangan belanda. Pada tahun 1634 di bawah kekuasaan Belanda, kurasau menjadi pusat perdagangan. 

BACA JUGA:Wisata Negeri Atas Awan Indonesia, Petualangan di Atas Kabut

Dari Brazil menemukan swaka dan kekuasaan pada perkebunan-perkebunan pulau ini. Namun kekurangan tenaga kerja memaksa, Belanda untuk mengimpor budak hitam yang tidak berdaya dari benua Afrika yang diculik dari tanah air mereka serta dikirim melintasi samudera dalam kondisi yang sangat buruk.

Pada tahun 1795 Angin perubahan mulai berhembus kencang. Tulari gaud, Luis marsir, Bastian karpata dan Pedro wakau adalah empat budak yang menjadi pahlawan memimpin pemberontakan budak yang bersejarah. Guna menyalakan api kebebasan, mereka bersama ribuan budak yang berani menentang belenggu penindasan dengan tekad sekuat baja. Maka pertempuran yang sengit pun terjadi dengan Gema tembakan serta desingan peluru yang mengguncang wilayah barat laut di Pulau ini. 

Meskipun akhirnya pemberontakan itu berhasil dipadamkan, tetapi semangat mereka tetap berkobar menjadi mercusuar bagi perjuangan melawan penjajah Belanda yang kejam di wilayah Hindia Barat. Pada tahun 1863, langit kurasau menyaksikan Fajar kebebasan yang baru berhembus Belanda dengan langkah yang berat. Namun pasti menghapuskan sistem perbudakan. 

Kendati demikian penghapusan sistem perbudakan ini justru menimbulkan masalah selanjutnya. Dimana banyak penduduk kurasau yang meskipun merdeka berjalan sempoyongan tanpa arah dan kepastian terdorong untuk mencari kehidupan baru di pulau-pulau. Seperti kuba agar dapat bekerja keras di perkebunan tebu yang lebih luas. Sementara itu para mantan budak yang lain  terjebak dalam sebuah sistem yang menggelikan di mana mereka menanam dan memanen.

Namun sebagian besar hasil kerja mereka masih mengalir ke kantong pemilik tanah. Sistem ini meski tidak sekejam perbudakan tetap saja merupakan bayang-bayang dari masa lalu yang suram yang terus bertahan hingga awal abad ke-20. Pada awal abad ke-2 minyak bumi ditemukan di cekungan marasaibo yang kemudian dari bayang-bayang perbudakan masaal raksasa-raksasa industri sepertiel dan exon dengan tangan yang terbuka mengaman konsesi pengeboran di Venezuela memompadi ekonomi kurasau dengan aliran minyak mentah yang tidak pernah kering

 Kilang-kilang di aruba dan kuras mengaum dengan kekuatan penuh. 

Kilang-kilang itu berdiri dengan megah menantang langit dengan asap serta api.

Sementara margin keuntungan yang sangat besar mengisi pundi-pundi pulau dengan kekayaan yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Selain itu kurasau berdiri sebagai benteng kekuatan maritim dengan fasilitas dok King dan bker yang megah dan modern.

Pulau ini bertransformasi menjadi salah satu pelabuhan terbesar di dunia yang menahan ton kapal yang tidak terhitung jumlahnya.

Pelabuhan kurasau dapat menampung kapal tangker besar dan pulau ini terletak di persimpangan rute perdagangan yang melewati Terusan Panama yang memberikan posisi strategis bagi industri minyak di Pulau itu. 

Pada pertengahan dekade 80-an, kurasau menyaksikan sebuah babak pemilukan dalam kanal sejarahnya. Raksasa minyak yang telah lama berkuasa melepaskan kekuasaannya atas kilang yang telah menua di Pulau itu dengan harga sat Golden antil Land penjualan ini telah membawa Harapan. Disatu sisi tetapi juga menyebabkan ketidakpastian.

Disisi lain, kilang minyak yang pernah menjadi jantung ekonomi di pulau ini kini menjadi sumber kesulitan yang kemudian menyeret kurasau ke dalam pusaran kemelaratan ekonomi yang berkepanjang.

Pada Penghujung abad ke-20, banyak warga kurasau dengan hati berdebar dan penuh harapan berlayar menuju Belanda.

Mencari peluang baru serta kehidupan yang lebih baik. pada tanggal 15 Desember tahun 2008 kurasau dijadwalkan untuk menjadi negara terpisah di bawah kerajaan Belanda.

Dalam sebuah referendum yang diadakan pada tanggal 15 Mei tahun 2009, suara rakyat kurasau bergema di mana sebanyak 52% mendukung langkah bersejarah tersebut.

Pulau itu kini siap untuk mengibarkan benderanya sendiri untuk menulis bab baru dalam buku sejarahnya yang panjang meski di bawah bayang-bayang kerajaan Belanda.

Kerajaan Belanda mempertahankan tanggung jawab atas pertahanan dan kebijakan luar negeri dari kurasau serta mengawasi keuangan Pulau itu di bawah pengaturan keringanan utang yang telah disepakati dan semua ini menandai awal dari babak baru dari perjalanan sejarah kurasau yang abadi.

Tag
Share