"Sleep Divorce" Kian Populer, Mengapa Banyak Pasangan Modern Memilih Tidur Terpisah?

Sleep Divorc Kian Populer, Mengapa Banyak Pasangan Modern Memilih Tidur Terpisah.--screnshoot dari web

radarmukomukobacakoran.com-Fenomena "sleep divorce" atau perceraian tidur menjadi sorotan di kalangan pasangan modern. Istilah ini merujuk pada keputusan pasangan untuk tidur terpisah meskipun masih bersama dalam hubungan pernikahan. 

Dalam beberapa tahun terakhir, praktik ini semakin umum dan diadopsi oleh berbagai pasangan, menimbulkan pertanyaan mendasar: Mengapa banyak pasangan memilih untuk tidur terpisah? Untuk memahami fenomena ini, kita perlu menelusuri latar belakang, penyebab, dan dampak dari keputusan tidur terpisah dalam hubungan.

Sleep divorce adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keputusan pasangan yang sudah menikah untuk tidak tidur dalam satu ranjang. Meskipun istilah ini mengandung konotasi negatif yang berkaitan dengan perpisahan, sebenarnya sleep divorce tidak selalu mencerminkan masalah serius dalam hubungan. 

Banyak pasangan yang memilih untuk tidur terpisah sebagai solusi untuk mengatasi masalah tidur yang mereka hadapi, seperti kebisingan, perbedaan kebiasaan tidur, atau masalah kesehatan yang mempengaruhi kualitas tidur mereka.

BACA JUGA:Adu Kekuatan Massa Huda Vs Sapuan

BACA JUGA: Kontroversi Retreat Kabinet Merah Putih, Prabowo Klaim Biayai Sendiri Guna Akmil Di Magelang

BACA JUGA:Cegah Pikun Dini dengan 8 Kebiasaan Sederhana untuk Otak Sehat!

Fenomena sleep divorce melibatkan pasangan yang telah menjalin hubungan serius, baik yang baru menikah maupun yang telah bersama selama bertahun-tahun. 

Berbagai kelompok usia dan latar belakang terlibat dalam praktik ini, dan data menunjukkan bahwa semakin banyak pasangan yang mengadopsi keputusan tidur terpisah. Menurut survei, sekitar 12% pasangan di Amerika Serikat melaporkan bahwa mereka tidur terpisah, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat.

Sleep divorce mulai mendapatkan perhatian lebih luas dalam beberapa tahun terakhir, khususnya selama pandemi COVID-19. Ketika banyak pasangan terpaksa menghabiskan lebih banyak waktu bersama di rumah, masalah yang biasanya tersembunyi mulai muncul ke permukaan. 

Kebiasaan tidur yang tidak sinkron menjadi masalah bagi banyak pasangan, sehingga keputusan untuk tidur terpisah dianggap sebagai solusi yang lebih baik untuk menjaga kesehatan mental dan fisik masing-masing.

Beberapa alasan di balik keputusan pasangan untuk tidur terpisah meliputi:

1. Perbedaan Kebiasaan Tidur: Setiap individu memiliki kebiasaan tidur yang berbeda. Beberapa orang lebih suka tidur dalam suasana hening, sementara yang lain mungkin terbiasa tidur dengan lampu menyala atau mendengarkan musik. Ketidakcocokan ini dapat mengganggu kualitas tidur masing-masing pasangan.

2. Kebisingan dan Gangguan: Suara berisik dari pasangan, seperti mendengkur atau bergerak di tempat tidur, dapat menyebabkan gangguan tidur yang signifikan. Dalam beberapa kasus, individu memilih untuk tidur terpisah agar bisa mendapatkan tidur yang lebih nyenyak.

BACA JUGA:Fungsi otak tak menurun di usia lanjut,Lakukan 5 cara ini untuk menjaga kesehatan otak

BACA JUGA:Ajaibnya Dongeng Sebelum Tidur! Ini Cara Memicu Imajinasi dan Kreativitas Anak

3. Masalah Kesehatan: Beberapa pasangan mungkin menghadapi masalah kesehatan tertentu yang mempengaruhi tidur mereka. Misalnya, seseorang yang menderita insomnia atau gangguan tidur lainnya mungkin merasa lebih baik tidur sendiri.

4. Mengurangi Stres dan Meningkatkan Kualitas Tidur: Tidur terpisah dapat membantu mengurangi stres dalam hubungan. Ketika pasangan bisa tidur dengan nyaman, mereka cenderung merasa lebih segar dan memiliki energi lebih untuk berinteraksi satu sama lain di siang hari.

5. Menyelamatkan Hubungan: Dalam beberapa kasus, pasangan merasa bahwa tidur terpisah dapat menyelamatkan hubungan mereka. Dengan memberikan ruang satu sama lain, mereka bisa mengurangi ketegangan dan konflik yang sering muncul akibat masalah tidur.

Sementara sleep divorce dapat memberikan manfaat tertentu, keputusan ini juga memiliki dampak yang perlu diperhatikan. 

Salah satunya adalah pergeseran dalam dinamika hubungan. Tidur terpisah bisa menyebabkan pasangan merasa terasing satu sama lain, dan dalam beberapa kasus, dapat memperburuk komunikasi dan kedekatan emosional.

Namun, banyak pasangan melaporkan bahwa keputusan untuk tidur terpisah justru meningkatkan kualitas hubungan mereka. 

Dengan tidur yang lebih baik, pasangan merasa lebih bahagia dan lebih mampu berkomunikasi dengan efektif. Hal ini menunjukkan bahwa sleep divorce bisa menjadi strategi yang efektif untuk mengatasi masalah dalam hubungan, asalkan diiringi dengan komunikasi yang baik.

Para ahli hubungan mengakui bahwa sleep divorce bukanlah solusi untuk semua masalah dalam pernikahan, tetapi dapat menjadi alternatif yang valid bagi pasangan yang menghadapi masalah tidur. Dr. Michael Breus, seorang psikolog dan pakar tidur, menekankan pentingnya komunikasi dalam menentukan apakah tidur terpisah adalah pilihan yang tepat. Dia merekomendasikan agar pasangan berbicara terbuka tentang kebiasaan tidur dan mencari solusi yang saling menguntungkan.

Selain itu, Dr. Breus juga mencatat bahwa tidur terpisah tidak berarti bahwa cinta pasangan berkurang. Sebaliknya, pasangan yang tidur terpisah sering kali menemukan cara baru untuk mendekatkan diri dan menikmati waktu bersama di luar jam tidur mereka.

Bagi pasangan yang mempertimbangkan sleep divorce, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan kualitas tidur mereka tanpa harus berpisah secara fisik. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu:

1. Berkomunikasi Secara Terbuka: Diskusikan masalah tidur dengan pasangan dan cari tahu kebiasaan tidur masing-masing. Berbagi informasi ini bisa membantu menemukan solusi yang tepat.

2. Menciptakan Lingkungan Tidur yang Nyaman: Pastikan kamar tidur nyaman dan bebas dari gangguan. Gunakan penutup telinga atau mesin suara putih untuk membantu mengurangi kebisingan.

3. Mencoba Tempat Tidur yang Berbeda: Jika memungkinkan, cobalah tidur di tempat tidur yang berbeda di rumah untuk melihat apakah itu membantu meningkatkan kualitas tidur.

4. Menjaga Rutinitas Tidur yang Konsisten: Cobalah untuk tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari untuk membantu mengatur siklus tidur.

5. Berfokus pada Kualitas Waktu Bersama: Luangkan waktu berkualitas bersama di luar waktu tidur untuk menjaga kedekatan emosional.

Fenomena "sleep divorce" mencerminkan perubahan dalam cara pasangan modern menangani masalah tidur dan hubungan. Meskipun tidur terpisah mungkin terdengar ekstrem bagi sebagian orang, banyak pasangan menemukan bahwa praktik ini dapat membantu mereka mengatasi masalah tidur tanpa merusak hubungan. 

Dengan komunikasi yang baik dan pemahaman yang mendalam tentang kebiasaan masing-masing, pasangan dapat menemukan solusi yang bekerja untuk mereka.

Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya tidur yang berkualitas, sleep divorce mungkin akan terus menjadi pilihan bagi pasangan di masa depan. Seiring waktu, cara kita memahami dan menjalani hubungan juga akan terus berkembang, dan sleep divorce bisa menjadi bagian dari evolusi tersebut.

Referensi

1. Breus, M. (2021). The Power of When: Discover Your Chronotype. Little, Brown and Company.

2. "Sleep Divorce: When Sleeping Apart Can Save Your Marriage," Healthline, 2022.

3. "The Rise of Sleep Divorce: Why More Couples Are Choosing to Sleep Apart," Psychology Today, 2023.

4. "Couples Sleeping Apart: Benefits and Drawbacks," Verywell Mind, 2024.

5. "Communication and Relationships: How to Make It Work," The Gottman Institute, 2023.

 

 

Tag
Share