Dakwah Zaman Sekarang Seperti Nguyahi Segoro Mereka Sudah Begini Kata Gus Baha

Menghindari Maksiat Tidak Sulit Kata Gus Baha Asalkan Mau, Ini Tips Sederhananya.--ISTIMEWA

radarmukomuko.bacakoran.com –  Baru baru ini kiyai kondang Gus Baha dengan nama lengkap  KH Ahmad Bahauddin Nursalim, kembali melontarkan sentilan tajamnya terkait dakwah zamann sekarang. 

Analogi “nguyahi segoro” (menggarami lautan) yang beliau gunakan untuk menggambarkan fenomena dakwah yang dirasa kurang tepat sasaran, mengundang perdebatan dan diskusi hangat di kalangan masyarakat.

Di satu sisi, banyak yang mengamini pernyataan Gus Baha. Mereka melihat realitas di mana dakwah masa kini terkesan lebih condong kepada mereka yang sudah shalih dan taat beragama. 

Fenomena ini, menurut mereka, ibarat “nguyahi segoro”, sebuah usaha yang sia-sia karena lautan sudah asin. Dakwah seharusnya, menurut mereka, ditujukan kepada mereka yang masih jauh dari agama, yang lebih membutuhkan pencerahan dan hidayah.

Di sisi lain, beberapa pihak melihat sentilan Gus Baha ini terlalu menyederhanakan kompleksitas dakwah. Mereka berargumen bahwa dakwah memiliki banyak tujuan dan sasaran, dan tidak selalu harus terpaku pada mereka yang belum shalih. 

Dakwah kepada orang-orang yang sudah shalih pun bisa bermanfaat untuk memperkuat iman dan ketaqwaan mereka, serta memberikan motivasi dan inspirasi untuk terus meningkatkan kualitas ibadah.

Lebih lanjut, mereka juga menyinggung tentang pentingnya keberagaman metode dan pendekatan dalam berdakwah. 

Tidak semua orang bisa menerima dakwah dengan cara yang sama. Ada yang lebih mudah tersentuh dengan ceramah yang penuh semangat dan humor, ada pula yang lebih meresapi dakwah yang disampaikan dengan tenang dan penuh hikmah. 

Oleh karena itu, penting bagi para pendakwah untuk fleksibel dalam memilih metode dan pendekatan dakwahnya, agar dapat menjangkau lebih banyak orang.

Terlepas dari pro dan kontra yang muncul, sentilan Gus Baha ini patut menjadi bahan refleksi bagi para pendakwah dan umat Islam secara keseluruhan. Dakwah memang bukan ajang mencari popularitas atau pujian, melainkan sebuah tanggung jawab untuk menyampaikan kebenaran dan membimbing umat menuju jalan yang diridhai Allah SWT.

Lalu, di manakah letak keseimbangan antara “nguyahi segoro” dan realitas kebutuhan umat? Jawabannya mungkin tidak sesederhana itu. 

Dakwah yang efektif adalah dakwah yang mampu menyentuh semua kalangan, dengan cara yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. 

Para pendakwah dituntut untuk terus belajar, berinovasi, dan beradaptasi dengan perkembangan zaman, agar dakwah mereka tetap relevan dan bermanfaat bagi umat.

Dakwah adalah nadi kehidupan umat Islam. Ia adalah cahaya yang menerangi jalan menuju keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. 

Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk menjaga kelestarian dan kemurnian dakwah, agar ia terus menjadi sumber rahmat dan hidayah bagi seluruh alam.*

Artikel Ini Dilansir Dari Berbagai Sumber : liputan6.com dan nu.or.id

Tag
Share