Minim Bahan Baku, Petani Selagan Raya Belum Tertarik Gunakan Pupuk Organik
Petani Selagan Raya.--ISTIMEWA
radarmukomuko.bacakoran.co - Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan terus-menerus akan berdampak buruk terhadap tanah. Untuk mengembalikan kesuburan tanah, salah satu solusinya adalah menggunakan pupuk organik.
Di Kabupaten Mukomuko, penggunaan pupuk organik sudah mulai digunakan oleh petani, terutama di Kecamatan Teras Terunjam, Air Manjuto, dan Lubuk Pinang.
Ada 2 jenis pupuk organik, pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik padat disebut Bokashi atau singkatan dari Bahan Organik Kaya Sumber Hayati.
Sedangkan pupuk organik cair (POC) yakni larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur.
Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Selagan Raya, Idham, menyampaikan bahwa sawah di Selagan Raya, sudah ditanami padi selama berpuluh-puluh tahun. Penggunaan pupuk kimia yang selama ini dilakukan, berpengaruh terhadap kesuburan tanah.
BACA JUGA:PT Bank Syariah Indonesia Tbk Salurkan 9.390 Hewan Qurban, Kanca Mukomuko Kebagian 1 Ekor Sapi
"Penggunaan pupuk kimia oleh petani selama ini ada dampaknya terhadap kesuburan tanah. Tapi hal ini sepertinya belum sepenuhnya disadari oleh petani," ujar Idham.
Idham juga menyampaikan selama ini petani sawah di Selagan Raya belum familier dengan pupuk organik. Meskipun dengan secara tidak langsung banyak dari mereka menggunakannya. Salah satu contohnya, mengubur sisa batang padi atau rumput yang ada di sawah, saat olah tanah.
"Kalau yang membuat Bokashi secara langsung sepertinya belum ada. Tapi kebanyakan petani mengubur batang padi sisa panen. Itu juga jadi pupuk," jelas Idham.
Dikatakan Idham, salah satu kendala belum ada petani yang membuat Bokashi adalah keterbatasan bahan baku. Bahan baku utama untuk pembuatan Bokashi adalah kotoran ternak. Baik kotoran ayam, kambing, maupun sapi.
BACA JUGA:Desa Diminta Segera Menyusun Perencanaan Tahun 2025
"Kita kesulitan membuat Bokashi karena terkendala bahan baku. Di Selagan Raya, ternak banyak, tapi masih dilepas sehingga kotorannya tidak terkumpul," ungkap Idham.*