Berhias Layaknya Kerbau, Tradisi Kebo-Kaboan Banyuwangi Sarat Akan Nilai-Nilai Kehidupan
Tradisi kebo kaboan Bunyuangi sarat dengan nilai kehidupan.--istimewa
radarmukomuko.bacakoran.com-Indonesia merupakan bangsa beragam, kaya akan kebudayaan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. karena itu, ini menjadi krusial buat tetap dilestarikan dan membawa kebanggan buat tanah air tercinta. Budaya hasil berasal warisan nenek moyang yg sarat akan nilai-nilai serta makna.
Kebudayaan merupakan suatu sistem gagasan, kebiasaan, yg diturunkan secara turun temurun diwariskan kepada warga pada suatu daerah.
lebih kurang terdapat 3 wujud berasal kebudayaan yaitu, yang pertama kebudayaan menjadi nilai- nilai atau norma-adat, yg kedua artinya tindakan atau tingkah laku , serta yg ketiga sebagai hasil karya cipta insan.
Adapun budaya itu sendiri didefinisikan menjadi segala sesuatu yang berkaitan dengan akal insan yg membentuk suatu karya cipta yg diwariskan secara turun temurun pada generasi selanjutnya. Indonesia merupakan negara yg populer dengan keanekaragaman budaya yang mana setiap daerah memiliki kesenian dan tradisi yg dijunjung tinggi dan masih dilestarikan sampai kini .
umumnya tradisi pada Indonesia pasti mempunyai nilai-nilai yang terkandung pada setiap upacara adatnya. poly di antara masyarakat yg mengikuti aturan norma masih tergolong orang tradisional. pengaruh animisme dan dinamisme yg kuat masih terlihat pada warga penganut tata cara di desa ini. kepercayaan akan benda-benda serta jiwa-jiwa yg sudah tewas sangat memengaruhi pola pikir mereka. dapat dibuktikan menggunakan kentalnya ritual-ritual yang dilakukan.
Banyuwangi merupakan galat satu kabupaten yg ada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. pada sana terdapat sebuah etnik yg bernama Using. di kalangan suku Using, khususnya yang berdiam di Dusun Krajan, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, sebuah upacara tradisional yang sangat erat kaitannya menggunakan bidang pertanian yg dikenal menjadi “kebo-keboan”.
Ritual Kebo-Keboan Banyuwangi artinya keliru satu upacara tata cara yang ada pada Banyuwangi serta sudah berlangsung sejak ratusan tahun yg lalu tepatnya diabad ke-18. Ritual Kebo-Keboan dilaksanakan sang warga Banyuwangi terkhusus pada Desa Alasmalang serta Desa Alian setiap 1 tahun sekali di awal bulan Suro dalam almanak Jawa, menjadi pertanda syukur kepada ilahi yang maha esa atas yang akan terjadi panen selama satu tahun.
Awal mula dilaksanakan upacara norma Kebo-Keboan berkisah ihwal terjadinya endemi penyakit serta hama panen pada Desa Alasmalang, Banyuwangi yang mana sangat sulit buat diatasi dengan kemampuan insan.
Disaat itulah galat satu tokoh yg terdapat pada desa Desa Alasmalang, Banyuwangi yakni Buyut Karti melakukan semedi disuatu daerah buat mendapatkan solusi atas endemi yang menimpa. Ditengah persemedian Buyut Karti mendapatkan ide, yg mana isi asal ilham tersebut menyarankan buat menggelar upacara higienis desa. selesainya selesai bersemedi, Buyut Karti mengarahkan para petani untuk melakukan ritual bersama dengan berdandan menyerupai seekor kerbau yg sedang membajak sawah. sehabis ritual dilakukan, wabah penyakit serta hama panen yg sangat sulit diatasi oleh kemampuan manusia perlahan mulai berangsur menghilang.
sejak ketika itu ritual adat tersebut terus diadakan hingga saat ini, serta menjadi warisan tradisi yang masih dilaksanakan sang rakyat Alasmalang setiap awal bulan Suro, sesuai penanggalan Jawa. dalam pelaksanaan ritual beberapa masyarakat akan dirias mirip binatang kerbau, menggunakan tubuh dicat hitam, serta menggunakan tanduk serta pendengaran kerbau sintesis menjadi pelengkapnya. selesainya itu, mereka akan menari-nari di tengah sawah sambil mengelilingi penonton. P
enonton yg dikelilingi akan ditarik menuju kubangan sawah sampai berlumuran lumpur. Ritual ini akan dilakukan sampai seluruh penonton yang berada pada dekat penari terlumuri oleh lumpur asal sawah. masyarakat percaya bahwa hewan kerbau serta pertanian tak mampu terpisahkan, serta masing-masing hal tersebut memiliki hubungan yg erat.karena, kerbau artinya hewan yg membantu pekerjaan petani waktu mengelola sawah.
Bagi sebagian warga Osing, upacara adat kebo-keboan tidaklah hanya sekedar tontonan, tetapi juga menjadi tuntunan, upacara adat kebo-keboan bukan hanya sekadar hiburan bagi warga namun juga menjadi media komunikasi, penyuluhan, serta pendidikan khususnya buat mengajak, menolak, membina, serta mengembangkannya.
pada proses ritual upacara adat kebo-keboan poly menyampaikan fungsi dan nilai. Keberagaman nilai yang terdapat pada budaya atau kultur manusia, sesuai arah dan tujuan serta fungsi nilai bagi kehidupan insan bisa digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu (1) nilai hayati ketuhanan insan, (dua) nilai sosial kehidupan insan, (3) nilai kehidupan eksklusif insan. Keberagaman nilai pada atas memiliki cakupan arti yg begitu luas, sang karena itu secara garis akbar akan dibahas pada bagian berikut, terutama yg berkaitan menggunakan mitos pada upacara kebo-keboan.