Dijuluki Kota Seribu Sungai, Banjarmasin Juga Punya Pasar Unik

Dijuluki Kota Seribu Sungai, Banjarmasin Juga Punya Pasar Unik.--ISTIMEWA

radarmukomuko.bacakoran.co - Indonesia mempunyai banyak pulau, salah satu pulau yang ada di Indonesia adalah Pulau Kalimantan. Pulau Kalimantan Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia. Banjarmasin adalah sebuah kota di Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin juga dikenal dengan sebutan seribu sungai. 

Sungai Kalimantan Selatan mempunyai potensi yang besar bagi masyarakat Banjar terutama untuk kehidupan sehari-hari, dimana masyarakat tidak pernah lepas dari pemanfaatan sungai, apalagi daerah ini memang demikian adanya. Dikelilingi oleh banyak cabang sungai besar. Kalimantan Selatan mempunyai sungai terbesar dan terpanjang yaitu Sungai Barito. 

Dalam kehidupan masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai, masyarakat tepi sungai harus berada dekat dengan sungai. Hubungan ini mirip dengan pepatah Melayu yang mengatakan “alam menjadi guru”. Alam dan manusia saling mendukung dan saling bergantung.

Pada zaman dahulu, catatan sejarah menunjukkan bahwa sungai menjadi jalur transportasi manusia di beberapa wilayah di Kalimantan Selatan. Ada bukti bahwa sungai itu merupakan jalur pelayaran, istilahnya “Jukung”. Saat itu, kondisi darat dan transportasi belum banyak sehingga masyarakat memanfaatkannya untuk mengembangkan perekonomiannya. Dahulu Jukung digunakan untuk menjalankan perekonomian masyarakat Banjar di sungai. Karena di masa lalu, sungai merupakan infrastruktur transportasi yang paling efisien. Karena Banjarmasin merupakan daerah rawa, maka perahu menjadi alat transportasi yang paling mudah untuk mengangkut barang. 

Berdagang merupakan hal yang telah dilakukan masyarakat Banjar sejak dahulu kala dan menjadikan masyarakat Banjar terkenal sebagai pedagang. Peraturan bahwa profesi pedagang merupakan profesi yang mempunyai ciri khas tersendiri secara turun temurun. Oleh karena itu, pasar terapung masih ada hingga saat ini, namun tidak lagi seperti dulu yang banyak pedagang yang berdagang di sungai. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah pedagang di sungai karena saat ini masyarakat banyak mengeksploitasi lahan untuk tujuan komersial. 

Awal terbentuknya pasar terapung ini bergantung pada kondisi geografis Kalimantan Selatan yang terdapat banyak sungai atau sering disebut sungai seribu. Pasar terapung khas Kalimantan Selatan merupakan pasar tradisional dimana kegiatan perdagangan berlangsung di sungai dengan menggunakan Jukung (perahu). Pasar terapung muncul secara alami pada abad ke-14, sebelum berdirinya Kerajaan Banjar (1959). Pasar terapung Banjarmasin terletak di muara Sungai Kuin. Menurut penjelasan salah satu keturunan ulama yaitu Khatib Dayan dari keraton atau kerajaan Banjar bernama Syarif Bistamy, lokasi pasar terapung tidak terlepas dari berdirinya kerajaan Banjar sekitar tahun 1595. Namun ia meyakini bahwa Kronik peristiwa yang dilakukan keluarganya adalah pasar terapung ini didirikan sebelum berdirinya Kerajaan Banjar. Menurut Syarif Bistamy, pasar terapung itu bagian dari sungai dan pelabuhan sungainya disebut Bandarmasih. Penyeberangan sungai mengikuti aliran Sungai Barito, aliran Sungai Kuin hingga muara Sungai Kelayan, sebelah selatan Banjarmasin.

Saat itu, pengelolaan pelabuhan sungai diberikan kepada Patih Kuin dan Patih Still. Kedua orang berkuasa ini dinilai Syarif dan masyarakat Kuin lainnya menghasilkan anak dari hasil perkawinan campur (asimilasi) antara suku Melayu yang tinggal di pesisir pantai (tepian sungai) dengan suku Dayak, khususnya suku tetangga Ngaju. Saat itu tempat persinggahan Kuin bernama Bandarmasih. Dengan hadirnya pasar terapung, perekonomian kerajaan Banjar Islam pertama yang berdiri pun ikut berkembang. 

Dengan berdirinya pasar terapung yang terletak di aliran muara Kuin dan terus berkembang. , bertepatan dengan adanya pemukiman perkotaan permanen di sekitarnya. Di muara Sungai Kuin dan sekitarnya, lima suku hidup berdampingan secara damai. Terjadilah komunitas dan kontak antar kelompok yang menempati tempat yang menjadi cikal bakal kota kerajaan Banjar. Berdirinya pasar di muara Sungai Kuin ini disebut dengan pasar terapung. 

Pasar Sungai Muara Kuin semakin ramai ketika lahirnya Kerajaan Banjar dengan diangkatnya Pangeran Samudera menjadi raja oleh masyarakat Patih yang dipimpin oleh Patih masih pada tahun 1595. Padahal saat itu Kerajaan Banjar dilanda perang saudara. Pasar Terapung Aliran Sungai Muara Kuin masih ada dari zaman dahulu hingga saat ini. Bahkan sejak jatuhnya Kesultanan Banjar, kawasan di tepian Sungai Barito ini masih dihuni oleh reruntuhan Masjid Sultan Suriansyah.

Pada zaman dahulu, pasar terapung dijadikan bagian utama Banjar . Kerajaan tersebut merupakan tujuan perekonomian (hub) di wilayah Kalimantan. Itu merupakan tanda kerajaan, selain keraton, masjid bahkan pasar terapung yang selalu mempertemukan produsen dan konsumen dalam jumlah besar dari berbagai daerah kerajaan. Pasar terapung ini dikenal juga dengan nama pasar terapung, sudah ada sejak dahulu kala, namun keberadaan pasar terapung ini semakin ramai tergantung dari jenis produk yang dikelola dan dihubungi oleh pemerintah daerah setempat untuk menciptakan dan mengembangkan pasar terapung ini tujuan pariwisata. Meski kini banyak terdapat pasar di darat, namun pasar terapung telah menjadi arena perdagangan masyarakat di wilayah aliran sungai Barito dan Martapura. Sehingga sangat unik dan menarik perhatian masyarakat luar kota Banjarmasin. 

Bagi masyarakat Banjar khususnya yang tinggal di sepanjang muara Sungai Barito dan sekitarnya, sebagian besar melakukan aktivitas jual beli hasil pertanian dan barang kebutuhan sehari-hari melalui prasarana transportasi air, sehingga Jalur Asal Kehidupan ini akan semakin berkembang. masih ada sampai saat ini, kegiatan ini dilakukan oleh nenek moyang. 

Pasar terapung sudah dikenal masyarakat dalam dan luar Kalimantan Selatan, ibu kota Banjarmasin. Sebuah desa bernama Lok Baintan, di Kabupaten Banjar, terletak di sebuah tempat bernama pasar terapung atau pasar terapung. Selama beroperasi di pasar maju, masyarakat banyak melakukan transaksi bisnis dengan masyarakat lokal dan masyarakat di luar kawasan Lok Baintan. 

Pasar menjadi tradisi masyarakat setempat dimana pasar ini terletak di atas Jukung (perahu) dan kemudian masuk ke kawasan Bandar Masih, jantung Kerajaan Banjar sebagai pusat perekonomian wilayah Kalimantan. . Keberadaan pasar terapung di Kalimantan Selatan terletak di permukaan sungai Barito, Banjarmasin, dan Martapura. Jadi ada Pasar Terapung Muara Kuin dan Pasar Terapung Siring. 

Saat ini pasar terapung dijadikan sebagai destinasi wisata bahari di Banjarmasin. Pariwisata pasar terapung merupakan industri baru yang membantu mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, sekaligus meningkatkan pendapatan, standar hidup dan mendorong sektor produktif lainnya.*

Tag
Share