Disini Tato Tidak Hanya Sebagai Seni, Tapi Jadi Warisan Budaya Yang Kaya Akan Makna
Disini Tato Tidak Hanya Sebagai Seni, Tapi Jadi Warisan Budaya Yang Kaya Akan Makna.--ISTIMEWA
radarmukomukobacakoran.com - Tato atau tato di tubuh sudah menjadi bagian dari kebudayaan dunia sejak lama, sejarah mencatat tato sudah dibuat sejak tahun 3000 SM. Awalnya, tato ditemukan pada mumi di Mesir. Pada masa ini, tato mulai menyebar ke berbagai suku di seluruh dunia, termasuk salah satunya yang menyebar ke suku-suku di Indonesia. Tato juga masuk dalam budaya tato Dayak di Kalimantan, tato Mentawai di Sumatera Barat, dan Moi. suku di Papua. Ketiganya membentuk budaya tato di Indonesia
Jadi dapat dijelaskan bahwa tato tradisional merupakan budaya asli Indonesia tertua di dunia. Hal ini menjadikan tato sebagai tanda dan kelas sosial bagi penduduk Kepulauan Mentawai, suku Dayak dan Moi. Seiring berjalannya waktu, tato tradisional mulai dilupakan karena adanya doktrin sosial dari luar. Saat ini Anda hanya bisa melihat tato tradisional yang masih menempel di tubuh generasi sebelumnya.
Suku Mentawai percaya bahwa tato tradisional mempunyai hubungan erat dengan roh-roh yang terkandung dalam kepercayaan agama asli suku Mentawai. khususnya Arat Sabulungan. Jadi, sebelum membuat tato di tubuh, terlebih dahulu harus melakukan ritual menato yang disebut “Punen Patiti”. Pahu mengatakan Punen merupakan aspek penting dalam kehidupan masyarakat Mentawai. Menurut Burger, Punen merupakan suatu proses yang mencakup beberapa ritual keagamaan. Selama acara berlangsung, masyarakat dilarang bekerja atau berhubungan intim karena merupakan bagian dari kepercayaan Arat Sabulungan.
Bagi suku Mentawai, pembuatan tato merupakan hal yang wajib karena merupakan identitas, tanda pengenal, dan hiasan fisik. Oleh karena itu, upacara adat Punen Patiti berlangsung sebagai persembahan kepada “Tai Kabagatkoa” (dewa laut), “Tai Kaleleu” (roh hutan), “Tai Kamanua” (roh angkasa).
Keterkaitan mitos dengan motif-motif tato
Menurut Sikirei, Sipatiti, dan seniman tato, di dapatkan suatu pengelompokkan terhadap mitos-mitos motif tato. Sebagai berikut:
1. Desain tato bunga atau pohon seperti “Lokpok” atau biasa kita sebut daun dan pohon saur “Pulagiania”. Dalam agama Arat Sabulungan, daun merupakan tempat peristirahatan Tai Kaleleu, dewa pembawa kesuburan bumi, penolak mara bahaya, dan pembawa kesejahteraan.
2. Desain tato binatang yang digunakan oleh “muurorou” atau pemburu seperti “sakkole” (babi), “joja” (monyet), “sinancura” (rusa) adalah cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada dewa Penguasa Hutan atau Tai Kaleleu.
Kemudian motif yang digunakan antara lain “Laita” (ikan), “saggesagei” (kepiting), yang menyatakan rasa terima kasih kepada penguasa laut atau Tai Kabagatkoa. Penggunaan motif “seguk” (burung) merupakan salah satu cara mengungkapkan rasa terima kasih kepada penguasa langit, khususnya Tai Kamanua. Oleh karena itu, terlihat bahwa desain tato tradisional Mentawai erat kaitannya dengan berbagai mitos. Inilah sebabnya mengapa beberapa desain tidak bisa dipakai oleh semua orang. Mirip dengan desain tato yang digunakan oleh Sikirei. Letak atau bagian tubuh untuk meletakkan motif tidak boleh sembarangan karena dianggap melegenda. Jika tidak mengikuti aturan, pemilik tato diyakini telah menyimpang dari kepercayaan tradisionalnya.
Proses dan Bahan untuk Membuat Tato Tradisional
Pada hakikatnya alat dan bahan yang digunakan untuk membuat tato tradisional Mentawai bersumber dari alam. Jarum suntik hanya diperoleh melalui sistem barter dengan pendatang. Jauh sebelum jarum ada atau dikenal, masyarakat Mentawai menggunakan jarum yang terbuat dari kayu Karai (pohon asli Mentawai) atau menggunakan gigi atau tulang ikan hiu saat berburu dengan cara diasah ujungnya. Masyarakat Mentawai memproduksi sendiri pewarna dan obat pereda nyeri. Biasanya obat penawar pereda nyeri terbuat dari abu. Abu yang dihasilkan biasanya disebarkan pada bagian tubuh yang akan ditato.
Pada masa itu, alat-alat yang digunakan suku Mentawai untuk membuat tato adalah:
Alat-alat yang digunakan masyarakat untuk membuat tato berbentuk seperti jarum. Jarum digunakan untuk menoreh area kulit yang akan ditato.
1. Tongkat kayu, digunakan untuk bertumpu pada jarum, tongkat kayu ini sebenarnya menentukan kedalaman jarum masuk ke dalam kulit.
2. Gunakan palu kayu untuk memberikan tekanan agar jarum dapat menembus kulit
3. Tongkat yang sering dibuat dari tulang daun kelapa berguna untuk dibentuk sebelum ditato. Mulailah dengan sebatang tongkat yang dicelupkan ke dalam pewarna yang terbuat dari campuran bubuk kulit tebu dan air perasan. Kemudian tekan stick tersebut ke permukaan kulit hingga membentuk bentuk atau pola yang diinginkan. Penggunaan tongkat jenis ini didasari karena tongkat jenis ini mempunyai sifat lentur.
Bahan yang digunakan untuk membuat tradisional Mentawai. Tato biasanya sebagai berikut:
1. Sari tebu digunakan sebagai pewarna, sari tebu kemudian dimasukkan ke dalam tubuh untuk mencegah darah mengalir atau bocor. Zat pewarna sari tebu mempunyai sifat kental dan lengket.
2. Daun pisang digunakan untuk membuat pewarna dengan mencampurkan abu daun pisang dengan air tebu.
3. Batok kelapa digunakan untuk membuat pewarna dengan cara mencampurkan arang dari tempurung kelapa dengan air tebu dan juga dapat digunakan sebagai bahan pengaduk.
Cara Membuat Tato Tradisional Mentawai
Awalnya, tubuh akan Untuk membuat tato, Anda harus membuat pola tribal terlebih dahulu dengan menggunakan tongkat, sedangkan pola ini menggunakan garis lengkung. Kemudian, setelah selesai dibentuk, jarum yang sudah dicampur arang atau abu daun pisang bisa dimasukkan ke dalam badan. Dahulu, suku Mentawai awalnya menato dirinya dengan menggunakan duri berwarna oranye sebagai jarumnya. Terakhir, setelah ditemukannya logam, suku Mentawai menggunakan jarum dengan cara disadap menggunakan tangan. Kemudian diukir pada kulit sesuai dengan pola yang sudah ada sebelumnya.
Garis-garis yang tercipta saat membuat pola seringkali disesuaikan dengan rangkaian ritme pada tulang. Biasanya pembuatan tato dimulai dari bawah dan memakan waktu sekitar satu atau setengah hari. Bagian belakang adalah bagian selanjutnya dari tato. Pada punggung memerlukan waktu satu hingga dua hari, lalu tunggu seminggu atau hingga luka benar-benar kering atau sembuh. Kemudian ditato di bagian dada, pembuatan tato di bagian dada berlangsung selama tiga hari. Kemudian dilanjutkan dengan membuat tato di jari tangan dan lengan, proses ini memakan waktu tiga hari. Setelah pembuatan tato selesai, maka pembuatan tato dilakukan dengan cepat atau lambat tergantung banyaknya Sipatiti yang dilakukan.*