Di SMA Itu, Cinta Tak Terucap Antara Gading Dan Endang

Di SMA Itu.-AI-Meta Ai

SORE itu, lapangan voli di halaman SMA Nusantara ramai oleh teriakan dan tepuk tangan. 

Bola memantul cepat dari satu sisi ke sisi lain, diiringi langkah-langkah penuh semangat. Di tengah lapangan, sosok Gading berdiri tegap, tatapannya tajam mengikuti arah bola. 

Keringat membasahi pelipisnya, namun senyum kecilnya tetap tersungging setiap kali timnya mencetak poin.

Dari tepi lapangan, Endang duduk di bangku penonton. Rambutnya diikat sederhana, seragamnya masih rapi, tapi sorot matanya tak lepas dari Gading. 

Ia bukan penggemar fanatik voli, tapi entah mengapa setiap Gading bermain, ia selalu ingin menonton. 

Mungkin karena Gading adalah teman yang selalu membuatnya nyaman, atau mungkin… karena ada sesuatu yang ia belum berani akui.

Mereka berdua sama-sama anak rantau dari kampung, tinggal di kos-kosan berbeda, tapi sering bertemu di sekolah. 

BACA JUGA:Mengatasi Insomnia: Tips Mendapatkan Tidur yang Nyenyak

Pertemuan pertama mereka terjadi setahun lalu, saat Gading membantu Endang membawa tumpukan buku ke perpustakaan. 

Waktu itu, mereka hanya saling menyapa singkat. Namun, seiring hari berganti, obrolan singkat berubah jadi tawa panjang, lalu tanpa sadar, mereka mulai saling mencari satu sama lain.

“Mainnya keren banget, Din!” seru Endang setelah pertandingan usai.

Gading mengusap keringatnya dengan handuk, tersenyum lebar. “Ah, biasa aja. Tapi kalau kamu yang bilang, jadi kayak juara dunia rasanya.”

Endang memutar bola matanya, tapi pipinya memanas. Gading memang pandai bercanda, tapi di balik itu, ia selalu punya cara membuat Endang merasa istimewa.

Namun, hubungan mereka tak selalu mulus. Ada saat-saat kecil di mana rasa cemburu menyelinap. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan