Teh Biru dari Bunga Telang: Minuman Cantik Kaya Antioksidan yang Viral Lagi

Teh Biru dari Bunga Telang: Minuman Cantik Kaya Antioksidan yang Viral Lagi--screenshot dari web.

KORANRM.ID - Dalam gelombang tren minuman sehat yang silih berganti, teh biru dari bunga telang kembali merebut panggung di tahun 2025. Warnanya yang memesona—biru pekat yang bisa berubah menjadi ungu saat ditetesi jeruk nipis—kembali menjadi bintang di media sosial, menghiasi layar TikTok, Instagram, hingga kanal wellness YouTube. Namun lebih dari sekadar tampilan yang fotogenik, teh bunga telang menghadirkan manfaat kesehatan nyata yang kini mulai digali lebih dalam oleh para ahli gizi, herbalist, hingga pelaku industri makanan sehat.

Bunga telang atau Clitoria ternatea telah lama dikenal dalam pengobatan tradisional Asia Tenggara. Di Indonesia, tanaman ini tumbuh liar dan sering dijadikan pewarna alami pada nasi, kue, atau minuman. Tetapi kini posisinya telah naik kelas. Ia bukan lagi sekadar pelengkap estetika makanan, melainkan telah menjelma menjadi ikon gaya hidup sehat yang seimbang antara manfaat dan keindahan. Kemunculannya dalam kemasan premium sebagai teh herbal, bubuk instan, hingga infused water botolan menjadi bukti bahwa bunga telang kini dipandang sebagai komoditas bernilai tinggi.

Popularitas ulang minuman ini tak bisa dilepaskan dari meningkatnya kesadaran konsumen urban terhadap makanan alami yang tidak hanya enak tetapi juga berkhasiat. Teh telang dikenal memiliki kandungan antioksidan tinggi, terutama antosianin, flavonoid, dan proantosianidin, yang dipercaya dapat melawan radikal bebas, menjaga kesehatan kulit, serta membantu memperlambat proses penuaan. Selain itu, sejumlah riset juga menyebutkan kemampuannya dalam membantu meredakan stres, meningkatkan daya ingat, hingga mendukung pengelolaan kadar gula darah secara alami.

Di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Denpasar, café-café sehat mulai mengkreasikan teh bunga telang menjadi berbagai varian minuman kekinian. Blue latte, butterfly pea lemonade, hingga kombucha telang menjadi menu andalan yang disukai anak muda. Warna birunya yang berubah menjadi ungu atau merah muda saat bercampur dengan asam sitrat dari jeruk menjadi daya tarik visual yang sulit diabaikan. Minuman ini tidak hanya dikonsumsi untuk kesehatan, tetapi juga untuk mempercantik feed media sosial.

BACA JUGA:Ramuan Herbal Penghilang Bau Badan Daun Sirih Jeruk Nipis

Pasar produk turunan bunga telang pun berkembang pesat. Petani di berbagai daerah mulai serius membudidayakan tanaman ini sebagai komoditas hortikultura. Di Bantul, Yogyakarta, dan Gianyar, Bali, kelompok tani mulai mengeringkan kelopak bunga telang secara higienis dan mengemasnya dalam bentuk celup atau curah untuk pasar lokal dan ekspor. Produk-produk ini dijual melalui marketplace herbal dan platform e-commerce, yang kini menjadi sarana utama distribusi teh telang ke seluruh Indonesia bahkan luar negeri.

Sejumlah produsen jamu dan minuman kesehatan turut menangkap peluang ini dengan meluncurkan produk berbasis bunga telang dalam kemasan modern. Dari teh instan tanpa gula, kapsul ekstrak telang, hingga campuran minuman kolagen rasa telang, semuanya disambut antusias oleh konsumen yang haus akan inovasi sehat. Estetika alami yang ditawarkan oleh kelopak bunga ini menjadi nilai tambah di tengah pasar yang semakin jenuh oleh produk seragam berbahan sintetis.

Di balik geliat tren ini, riset ilmiah terus mendukung khasiat bunga telang. Studi yang dilakukan oleh sejumlah universitas di Indonesia dan Malaysia menunjukkan bahwa konsumsi rutin teh telang dalam dosis tepat dapat meningkatkan kapasitas antioksidan dalam tubuh. Efeknya pada kesehatan kulit, fungsi kognitif, dan sistem saraf mulai dibuktikan melalui uji laboratorium dan observasi klinis awal. Hal ini memperkuat posisi bunga telang sebagai salah satu superfood lokal dengan potensi global.

Peran perempuan dan komunitas ibu rumah tangga juga sangat kuat dalam perkembangan teh telang sebagai minuman herbal. Banyak di antara mereka yang menjadi pelaku utama dalam produksi rumahan bunga telang, mulai dari pembibitan, panen, pengeringan, hingga pengemasan. Gerakan ini tidak hanya memperkuat ekonomi keluarga, tetapi juga memperkenalkan produk berbasis tanaman lokal ke ranah komersial modern. Bahkan di beberapa daerah, teh telang telah menjadi produk unggulan desa wisata herbal.

Sektor pariwisata juga turut mengangkat pamor teh telang. Di beberapa destinasi seperti Ubud dan Batu, turis diajak untuk mengikuti kelas membuat teh telang sendiri, memetik bunga dari kebun, dan mencicipi kreasi minuman warna-warni yang menenangkan jiwa. Pengalaman ini bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang kembali terkoneksi dengan alam. Teh telang menjadi simbol baru dari slow living, mindfulness, dan kearifan lokal yang kini mulai dihargai oleh generasi muda global.

Meskipun tampak ideal, perlu kehati-hatian dalam mengonsumsi teh telang secara berlebihan. Beberapa studi memperingatkan bahwa konsumsi dalam jumlah besar dan terus-menerus tanpa jeda bisa memengaruhi tekanan darah atau memicu reaksi alergi pada individu tertentu. Karena itu, pendekatan bijak dan sesuai anjuran tetap dibutuhkan, seperti dalam penggunaan herbal lainnya. Konsumen juga harus memilih produk yang bersertifikat, bebas pestisida, dan diproses secara higienis untuk menghindari risiko kontaminasi.

Tahun 2025 memperlihatkan bagaimana kekuatan tradisi bisa bersinergi dengan inovasi, estetika, dan ilmu pengetahuan. Teh biru dari bunga telang bukan hanya tren sesaat, tetapi bagian dari arus balik ke alam dengan sentuhan modernitas. Dalam cangkir kecil berwarna biru keunguan itu, tersimpan filosofi keseimbangan antara keindahan dan manfaat, antara warisan budaya dan kebutuhan masa kini. Ia bukan sekadar minuman, tapi cerita tentang bagaimana tanaman sederhana bisa menjadi jembatan antara kesehatan, ekonomi, dan gaya hidup berkelanjutan.

Referensi:

    Zakaria, L., & Zainal, M. (2023). Phytochemical and Pharmacological Properties of Clitoria ternatea: A Review. Journal of Herbal Medicine, 15(2), 102-110.

    Nurjanah, S., & Hartati, R. (2022). Pengaruh Konsumsi Teh Bunga Telang terhadap Kapasitas Antioksidan Plasma Tikus Putih. Jurnal Farmasi Indonesia, 8(4), 210–217.

    Kementerian Pertanian RI. (2024). Pengembangan Hortikultura Fungsional: Laporan Tahunan Bunga Telang sebagai Komoditas Alternatif. Jakarta: Badan Litbang Pertanian.

    Pratiwi, D., & Mahendra, R. (2025). Kreasi Produk Minuman Herbal Berbasis Warna Alami: Studi Kasus pada Café Kesehatan di Bali. Jurnal Inovasi Kuliner Nusantara, 3(1), 45–58.

    World Health Organization (WHO). (2021). Guidelines on the Safety and Use of Herbal Medicines. Geneva: WHO Publications

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan