Tips Pola Hidup Sehat agar Terhindar dari Serangan Asam Urat

Tips Pola Hidup Sehat agar Terhindar dari Serangan Asam Urat--screnshoot dari web

KORANRM.ID - Asam urat kerap kali menyerang secara tiba-tiba, menimbulkan nyeri hebat, bengkak, dan rasa panas pada persendian, khususnya jempol kaki. Penyakit ini muncul akibat menumpuknya kadar asam urat (uric acid) dalam darah yang kemudian membentuk kristal di persendian. Meski bisa menyerang siapa saja, risiko terkena asam urat meningkat pada orang yang memiliki pola hidup tidak sehat. Karena itu, menerapkan gaya hidup sehat merupakan langkah penting untuk mencegah kemunculan dan kekambuhan penyakit ini.

Asupan makanan merupakan faktor utama pemicu asam urat. Makanan tinggi purin seperti jeroan, daging merah, seafood, serta minuman beralkohol atau berpemanis fruktosa dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sebagai gantinya, perbanyak konsumsi sayuran hijau, buah-buahan segar (terutama yang kaya vitamin C seperti jeruk dan stroberi), serta biji-bijian utuh. Vitamin C terbukti membantu mengurangi kadar asam urat secara alami dan meningkatkan ekskresi melalui urin.

BACA JUGA:Serangan Asam Urat di Malam Hari: Kenali 3 Gejala Utama dan Cara Efektif Mengatasinya

BACA JUGA:Kekurangan Vitamin D, Kenali Gejalanya dan Cegah Sebelum Terlambat!

BACA JUGA:Diabetes Tidak Boleh di Sepelehkan, Ini 7 Gejala diabetes di Pagi Hari

Minum air putih yang cukup juga sangat penting. Air membantu ginjal membuang kelebihan asam urat dan mencegah pembentukan kristal. Idealnya, konsumsi air setidaknya 8–10 gelas per hari, terutama jika Anda memiliki riwayat asam urat atau sedang menjalani pengobatan. Hindari dehidrasi karena kondisi ini memperburuk penumpukan asam urat.

Mengatur berat badan ideal adalah tips berikutnya yang tak boleh diabaikan. Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan produksi asam urat sekaligus mengganggu kemampuan ginjal dalam membuangnya. Penurunan berat badan secara bertahap melalui pola makan seimbang dan olahraga ringan terbukti mampu menurunkan risiko serangan asam urat.

BACA JUGA:Waspada! Ini 5 Gejala Kolesterol Tinggi yang Sering Muncul Setelah Bangun Tidur

Aktivitas fisik rutin seperti berjalan kaki, berenang, atau yoga membantu memperlancar metabolisme tubuh. Namun, hindari olahraga terlalu berat atau berlebihan karena justru bisa memicu peningkatan asam urat sementara akibat kerusakan otot ringan. Kuncinya adalah konsistensi dan intensitas sedang.

Kebiasaan buruk seperti merokok dan mengonsumsi alkohol juga harus dihentikan. Alkohol, terutama bir, mengandung purin tinggi dan mengganggu ekskresi asam urat. Sementara rokok memperburuk kondisi inflamasi tubuh dan mempercepat kerusakan jaringan sendi. Menghindari kedua kebiasaan ini akan sangat membantu dalam menjaga kesehatan sendi dan metabolisme tubuh.

Penting juga untuk memantau kadar asam urat secara rutin, khususnya bagi mereka yang sudah pernah mengalami serangan atau memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini. Pemeriksaan laboratorium bisa membantu mendeteksi peningkatan kadar asam urat sejak dini sebelum memicu gejala.

BACA JUGA:Waspada! Ini 5 Gejala Kolesterol Tinggi yang Sering Muncul Setelah Bangun Tidur

Di sisi lain, manajemen stres juga memiliki peran besar. Stres kronis dapat memicu peradangan dan mengganggu keseimbangan hormonal yang berdampak pada metabolisme asam urat. Teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, dan tidur cukup bisa mendukung proses pemulihan tubuh secara alami.

Konsultasi dengan tenaga medis atau ahli gizi juga dapat menjadi langkah bijak untuk menyusun pola makan dan gaya hidup yang sesuai. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan meresepkan obat seperti allopurinol untuk mengontrol kadar asam urat. Namun, obat hanya bekerja optimal jika didukung dengan gaya hidup sehat secara keseluruhan.

BACA JUGA:Mengenal Demam Berdarah Gejala Awal yang Sering Diabaikan

Dengan komitmen pada pola hidup yang lebih baik, serangan asam urat bisa dicegah dan dikendalikan. Kesadaran terhadap apa yang masuk ke dalam tubuh serta bagaimana tubuh diperlakukan sehari-hari adalah kunci utama. Tak perlu menunggu gejala muncul, pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati—terutama untuk kondisi kronis seperti asam urat.

________________________________________

Referensi

1. Choi, H. K., & Curhan, G. (2005). Lifestyle risk factors for gout. NEJM, 353(11), 1093–1103.

2. Dalbeth, N., Stamp, L. K. (2016). Gout: Practical management. BMJ, 352, h6933.

3. Kementerian Kesehatan RI. (2022). Panduan Hidup Sehat Bebas Asam Urat.

4. Mayo Clinic. (2024). Gout prevention: 7 tips for staying attack-free.

5. Arthritis Foundation. (2023). Diet and Lifestyle Recommendations for Gout Prevention.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan