Harga TBS di Mukomuko Terlalu Rendah Dibanding Daerah Lain

Harga TBS di Mukomuko Terlalu Rendah Dibanding Daerah Lain--screnshoot dari web

KORANRM.ID - Turun naiknya harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit merupakan hal biasa, karena banyak faktor yang mempengaruhi harga. Mulai dari harga global, kebijakan ekspor pemerintah, stok, hingga problem lainnya.

Namun yang mengecewakan dan menjadi pertanyaan Wakil Gubernur Bengkulu, H. Mian saat sidag di pabrik yang ada di Mukomuko adalah, rendahnya harga beli pabrik terhadap buah petani dibanding dengan harga TBS di daerah lain. Dibanding dengan harga di Bengkulu Utara saja Mukomuko jauh lebih rendah, apalagi dibanding dengan harga di provinsi lain, seperti Sumut, Jambi dan Riau yang mana harga TBS diatas Rp 3.500 per-kg.

BACA JUGA:Siswa SMKN 3 Mukomuko Lulus SNBP 2025, Ada di UNIB dan UNP

Dikatakan wakil Gubernur saat Sidag di pabrik PT. Surya Andalam Primata (SAP) pada Rabu 23 April 2025, semua bisa memahami untuk harga CPO senantiasa terjadi penurunan dan kenaikan, karena dipangruhi berbagai faktor.

Yang menjadi pertanyaan besarnya terhadap pabrik di daerah ini, mengapa membeli buah terlalu rendah, padahal Mukomuko penghasil TBS terbesar di Bengkulu.

"Kalau harga naik turun itu biasa, tapi mengapa harga di Mukomuko terlalu rendah, itu yang kita minta disesuaikan. Jangan menyalahkan masyarakat terus," kata Mian.

BACA JUGA:Pemdes Luged Bentuk Koperasi Desa Merah Putih, Ini Daftar Nama Pengurusnya

BACA JUGA:Over Tonase Bos! Dum Truk Muatan TBS Sawit Terguling

Ia menegaskan, sebelumnya sesuai kesepakatan provinsi sudah menetapkan harga Rp 3.140 per-kg. Sampai sekarang di Mukomuko harga masih berkisar di Rp 2.600 hingga Rp 2700 per-kg, jaraknya terlalu jauh dengan ketetapan. 

Di kabupaten lain seperti di Bengkulu Utara, harga juga belum sesuai dengan ketetapan provinsi, tapi jaraknya tidak terlalu jauh dari ketetapan bersama. Dimana harga TBS di Bengkulu Utara masih diharga hingga Rp 2.920 per-kg.

BACA JUGA:Heboh Harga TBS Turun, Adakah Peran Bupati?

"Jangan terlalu jauh jaraknya dari ketetapan dalam membeli buah masyarakat," tuturnya.

Mian juga meminta pabrik seperti PT. SAP membuang atau mengelola limbah sesuai dengan ketentuan. Ia menilai kondisi yang ada sekarang belum sesuai.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan