Sungkeman Lebaran, Tradisi Mulia yang Mengikat Tali Silaturahmi

Sungkeman Lebaran, Tradisi Mulia yang Mengikat Tali Silaturahmi.--screnshoot dari web

KORANRM.ID - Lebaran, hari kemenangan setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan, tak hanya dirayakan dengan penuh sukacita dan hidangan lezat.  Di balik kemeriahannya, terdapat tradisi luhur yang sarat makna, yaitu sungkeman.  Sungkeman Lebaran merupakan tradisi meminta maaf dan bermaaf-maafan kepada orang tua, keluarga yang lebih tua, atau tokoh masyarakat yang dihormati.  Tradisi ini menjadi simbol penting dalam mempererat tali silaturahmi dan membersihkan hati menjelang hari raya.

Lebih dari sekadar ritual formal, sungkeman Lebaran menyimpan nilai-nilai luhur yang patut dijaga dan dilestarikan.  Artikel ini akan mengupas tuntas makna, prosesi, dan pentingnya tradisi sungkeman dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya dalam konteks perayaan Idul Fitri.

Makna Filosofis Sungkeman:

BACA JUGA:Lontong Daun Pisang Anti Ribet, Resep Simpel untuk Rasa Istimewa

BACA JUGA:Lezatnya Lebaran, Waspadalah Kolesterol Tinggi!

Sungkeman, dalam bahasa Jawa, berasal dari kata "sungkem," yang berarti mencium kaki atau tangan orang yang lebih tua sebagai tanda hormat dan meminta maaf.  Gerakan fisik ini melambangkan kerendahan hati, rasa hormat, dan pengakuan atas jasa dan pengorbanan orang tua serta keluarga yang lebih tua.  Lebih dari sekadar tindakan fisik, sungkeman mengandung makna spiritual yang mendalam.  Ia merupakan perwujudan dari pengakuan atas kesalahan dan kekurangan yang telah dilakukan selama setahun terakhir.  Dengan sungkem, kita memohon ampun dan restu dari orang tua dan keluarga yang lebih tua agar langkah kita di masa mendatang senantiasa diridhoi Allah SWT.

Dalam konteks Lebaran, sungkeman memiliki makna yang lebih spesial.  Setelah sebulan penuh berpuasa dan beribadah, sungkeman menjadi puncak dari proses penyucian diri.  Dengan meminta maaf dan memaafkan, kita membersihkan hati dari segala dosa dan kesalahan, sehingga dapat menyambut hari raya dengan hati yang suci dan tenang.  Tradisi ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga hubungan baik dengan keluarga dan orang-orang di sekitar kita.

BACA JUGA:Benteng Diri di Pagi dan Petang, Keutamaan Zikir dan Doa Pagi-Petang

Prosesi Sungkeman:

Prosesi sungkeman biasanya dilakukan setelah sholat Idul Fitri atau pada saat berkumpul keluarga di rumah.  Anak-anak dan anggota keluarga yang lebih muda akan bergantian mendekati orang tua atau keluarga yang lebih tua.  Mereka akan mencium tangan atau kaki orang yang lebih tua sambil mengucapkan kata-kata maaf, seperti:  "Minal aidzin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin."  Orang tua atau keluarga yang lebih tua akan memberikan restu dan mendoakan anak-anak dan keluarga mereka.  Suasana haru dan penuh kasih sayang biasanya menyelimuti prosesi sungkeman ini.  Di beberapa daerah, prosesi sungkeman juga dilakukan dengan cara yang sedikit berbeda, tergantung pada adat istiadat setempat.  Namun, inti dari prosesi sungkeman tetap sama, yaitu meminta maaf dan bermaaf-maafan.

BACA JUGA:Membuka Pintu Rezeki dan Kebebasan dari Hutang, Doa dan Usaha yang Sejalan

BACA JUGA:Berjalan Khidmat, Masyarakat Desa Arah Tiga Gelar Sholat Idul Fitri 1446 H di Lapangan Studion Mini

Pentingnya Melestarikan Tradisi Sungkeman:

Di era modern ini, dengan segala kecanggihan teknologi dan perubahan gaya hidup, tradisi sungkeman terkadang mulai luntur.  Namun, penting bagi kita untuk tetap melestarikan tradisi ini sebagai warisan budaya yang berharga.  Sungkeman mengajarkan kita nilai-nilai penting, seperti:

* Kerendahan Hati:  Sungkeman mengajarkan kita untuk selalu rendah hati dan mengakui kesalahan.

* Hormat kepada Orang Tua:  Tradisi ini memperkuat ikatan kasih sayang dan rasa hormat kepada orang tua dan keluarga yang lebih tua.

* Permohonan Maaf:  Sungkeman memberikan kesempatan bagi kita untuk meminta maaf atas segala kesalahan yang telah kita perbuat.

* Silaturahmi:  Tradisi ini mempererat tali silaturahmi dan hubungan kekeluargaan.

* Pengampunan:  Sungkeman mengajarkan kita untuk saling memaafkan dan melupakan kesalahan masa lalu.

BACA JUGA:Hampers Lebaran Anti-Mainstream, Ide Unik dan Berkesan untuk Sanak Saudara

Dengan melestarikan tradisi sungkeman, kita tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda.  Generasi penerus perlu memahami makna dan pentingnya sungkeman agar tradisi ini tetap hidup dan lestari dari generasi ke generasi.

Sungkeman di Era Digital:

Meskipun tradisi sungkeman idealnya dilakukan secara langsung, perkembangan teknologi juga memungkinkan kita untuk tetap menjalin silaturahmi dan meminta maaf kepada keluarga yang jauh.  Video call atau pesan singkat dapat menjadi alternatif untuk menyampaikan permohonan maaf dan bertukar ucapan Lebaran.  Namun, penting untuk diingat bahwa sentuhan fisik dan suasana hangat dalam sungkeman langsung tetap memiliki nilai yang tak tergantikan.

Kesimpulannya, sungkeman Lebaran lebih dari sekadar tradisi.  Ia merupakan perwujudan nilai-nilai luhur yang mengajarkan kita tentang kerendahan hati, hormat kepada orang tua, permohonan maaf, dan pentingnya silaturahmi.  Mari kita jaga dan lestarikan tradisi ini agar tetap hidup dan menjadi perekat kebersamaan dalam keluarga dan masyarakat Indonesia. Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan