Revolusi Tidur Apakah Kita Bisa Mengurangi Waktu Tidur Tanpa Kehilangan Energi

Revolusi Tidur Apakah Kita Bisa Mengurangi Waktu Tidur Tanpa Kehilangan Energi .--screnshoot dari web

KORANRM.ID - Tidur adalah kebutuhan biologis yang vital bagi manusia, tetapi seiring dengan meningkatnya tuntutan hidup modern, muncul pertanyaan: apakah kita bisa mengurangi waktu tidur tanpa kehilangan energi? Para peneliti dan ahli tidur telah mempelajari berbagai cara untuk meningkatkan efisiensi tidur, mulai dari teknik tidur polifasik hingga intervensi berbasis teknologi. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun beberapa individu dapat beradaptasi dengan pola tidur yang lebih pendek, sebagian besar orang masih membutuhkan antara 7-9 jam tidur per malam untuk menjaga kesehatan dan produktivitas (Walker, 2017).

BACA JUGA:Rahasia Tidur Nyenyak: 9 Kebiasaan Sehat Sebelum Tidur yang Bikin Tubuh Segar Saat Bangun

BACA JUGA:Fenomena Sleep Tourism Mengapa Wisata Tidur Menjadi Tren Baru

Apa yang menyebabkan manusia merasa lelah jika kurang tidur? Secara biologis, tidur berfungsi untuk memulihkan otak dan tubuh. Selama tidur, otak membuang zat sisa metabolisme yang menumpuk sepanjang hari, memperkuat ingatan, dan mengatur hormon yang mempengaruhi suasana hati dan energi. Ketika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup, kortisol—hormon stres—meningkat, yang dapat menyebabkan penurunan daya konsentrasi dan energi. Studi oleh Dinges et al. (2019) menunjuk

Di mana teknologi berperan dalam revolusi tidur? Saat ini, berbagai perusahaan teknologi telah mengembangkan perangkat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas tidur tanpa harus memperpanjang durasinya. Contohnya, penggunaan lampu pintar yang menyesuaikan cahaya berdasarkan ritme sirkadian, serta aplikasi berbasis kecerdasan buatan yang menganalisis pola tidur dan memberikan rekomendasi personalisasi. Selain itu, penelitian di bidang neurostimulasi sedang mengembangkan alat yang dapat merangsang gelombang otak tertentu untuk mempercepat fase tidur nyenyak yang paling restoratif (Kok, 2021).

BACA JUGA:6 Kebiasaan Sepele yang Tanpa Disadari Bisa Bikin Kamu Malas, Besar Impian Kerjanya Hanya Makan Tidur

Mengapa tidur polifasik menjadi tren? Tidur polifasik adalah metode yang membagi waktu tidur menjadi beberapa sesi dalam sehari, bukan satu sesi panjang di malam hari. Konsep ini telah dipelajari oleh berbagai ilmuwan, dan beberapa tokoh sejarah seperti Leonardo da Vinci dan Nikola Tesla dikabarkan menggunakannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidur polifasik dapat meningkatkan efisiensi tidur, tetapi hanya jika dilakukan dengan disiplin tinggi dan sesuai dengan ritme alami tubuh. Namun, pendekatan ini belum terbukti efektif bagi semua orang, dan masih diperlukan lebih banyak studi ilmiah untuk memahami dampaknya dalam jangka panjang (Mednick & Chee, 2018).

BACA JUGA:Terkuak, 5 Makanan Bisa Buat Tidur Kamu Lebih Nyenyak

BACA JUGA:Lantas Berapa Lama Waktu Tidur Terbaik Untuk Usia 40 an? Simak disini

Bagaimana seseorang bisa mengurangi waktu tidur tanpa kehilangan energi? Beberapa strategi telah diuji untuk membantu individu merasa lebih segar meskipun tidur lebih sedikit. Salah satu pendekatan utama adalah meningkatkan kualitas tidur dengan mengoptimalkan lingkungan tidur, seperti mengurangi paparan cahaya biru sebelum tidur, menjaga suhu ruangan yang nyaman, dan mengikuti jadwal tidur yang konsisten. Selain itu, praktik tidur yang lebih dalam, seperti meditasi sebelum tidur dan penggunaan musik gelombang delta, telah menunjukkan potensi dalam meningkatkan efisiensi tidur (Robbins, 2020).

Kapan teknologi dan penelitian akan memungkinkan kita untuk tidur lebih sedikit tanpa dampak negatif? Meskipun berbagai inovasi sedang dikembangkan, para ilmuwan belum menemukan cara yang sepenuhnya efektif untuk menggantikan kebutuhan tidur alami manusia. Penelitian tentang intervensi genetik dan farmakologis yang dapat meniru manfaat tidur sedang berlangsung, tetapi masih berada dalam tahap awal. Sementara itu, para ahli menekankan bahwa tidur berkualitas tetap menjadi faktor penting dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia secara keseluruhan.

BACA JUGA:Tidur dalam Kegelapan, Mengungkap Efek Buruk Lampu yang Menyala Saat Tidur

Secara keseluruhan, meskipun ada berbagai teknik dan teknologi yang dapat membantu meningkatkan efisiensi tidur, belum ada solusi yang benar-benar memungkinkan kita untuk tidur jauh lebih sedikit tanpa dampak negatif. Tidur tetap menjadi aspek esensial dalam fungsi otak dan tubuh, serta berperan dalam kesehatan jangka panjang. Oleh karena itu, pendekatan terbaik saat ini adalah meningkatkan kualitas tidur, bukan mengurangi jumlahnya.

Referensi:

• Walker, M. (2017). Why We Sleep: Unlocking the Power of Sleep and Dreams. Scribner.

• Dinges, D. et al. (2019). Chronic Sleep Deprivation and Cognitive Performance. Journal of Sleep Research, 28(1), 45-58.

• Kok, R. (2021). Advances in Neurostimulation for Sleep Enhancement. Sleep Science, 14(2), 112-125.

• Mednick, S., & Chee, M. (2018). The Science of Napping and Polyphasic Sleep. Neuroscience Reports, 22(4), 289-302.

• Robbins, R. (2020). Enhancing Deep Sleep: A Guide to Sleep Optimization. Health and Wellness Journal, 30(5), 75-90.

 

Tag
Share