Teknologi Biometrik Apakah Password Akan Segera Punah

Teknologi Biometrik Apakah Password Akan Segera Punah.--screnshoot dari web

KORANRM.ID - Di era digital yang semakin maju, teknologi biometrik semakin banyak digunakan sebagai alternatif sistem keamanan tradisional. Sidik jari, pemindaian wajah, hingga pengenalan suara kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, mulai dari membuka ponsel hingga mengakses akun perbankan. Dengan semakin canggihnya teknologi ini, muncul pertanyaan besar: apakah password akan segera punah dan digantikan sepenuhnya oleh biometrik?

Biometrik menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan sistem password konvensional. Salah satu manfaat utamanya adalah keamanan yang lebih tinggi. Password mudah ditebak, dicuri, atau diretas melalui metode seperti phishing atau brute force attack. Sementara itu, data biometrik seperti sidik jari atau pemindaian retina lebih sulit untuk dipalsukan, karena sifatnya yang unik pada setiap individu (Jain et al., 2016). Selain itu, biometrik lebih praktis dan mengurangi kebutuhan untuk mengingat kombinasi karakter yang rumit, sesuatu yang sering kali menjadi kendala bagi banyak pengguna.

BACA JUGA:Teknologi Digital yang Sering Digunakan dalam Penelitian Satwa Liar

BACA JUGA:Bagaimana Teknologi AI Membentuk Masa Depan Kesehatan Mental

Teknologi ini juga telah diadopsi secara luas oleh berbagai industri. Perusahaan seperti Apple dan Samsung telah menyertakan sensor sidik jari dan pengenalan wajah dalam perangkat mereka, sementara bank dan institusi keuangan mulai beralih ke otentikasi biometrik untuk meningkatkan keamanan transaksi (BBC, 2023). Di beberapa negara, penggunaan identitas biometrik bahkan sudah menjadi standar dalam sistem pemerintahan dan layanan publik, seperti Aadhaar di India, yang menjadi salah satu sistem identifikasi biometrik terbesar di dunia (UIDAI, 2022).

Meski menjanjikan, biometrik bukan tanpa tantangan. Salah satu masalah utamanya adalah privasi dan keamanan data. Informasi biometrik bersifat permanen, berbeda dengan password yang bisa diganti kapan saja. Jika data biometrik diretas atau dicuri, dampaknya bisa jauh lebih serius karena seseorang tidak bisa mengubah sidik jari atau pola iris mereka seperti halnya mengganti password (NIST, 2023).

Selain itu, ada kekhawatiran mengenai potensi penyalahgunaan data oleh pemerintah atau perusahaan. Sistem biometrik yang digunakan secara luas dapat meningkatkan risiko pengawasan massal yang melanggar privasi individu. Beberapa negara telah menghadapi kritik karena penggunaan pengenalan wajah dalam sistem pemantauan publik, yang dikhawatirkan dapat disalahgunakan untuk kepentingan tertentu (Electronic Frontier Foundation, 2023).

BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat: Teknologi AI yang Akan Mengubah Dunia di 2025

Teknologi ini juga belum sepenuhnya sempurna. Faktor-faktor seperti pencahayaan, usia, atau cedera fisik dapat memengaruhi akurasi pemindaian biometrik. Pengenalan wajah, misalnya, masih memiliki tingkat kesalahan yang cukup tinggi pada individu dengan warna kulit lebih gelap, yang menunjukkan adanya bias dalam algoritma yang digunakan (Buolamwini & Gebru, 2018).

Meskipun biometrik menawarkan banyak keunggulan, tampaknya password tidak akan sepenuhnya punah dalam waktu dekat. Sebaliknya, sistem keamanan masa depan kemungkinan besar akan mengadopsi pendekatan multi-factor authentication (MFA), yang menggabungkan biometrik dengan faktor lain seperti kode verifikasi atau token keamanan.

BACA JUGA:Mengungkap Potensi Brain-Computer Interface Koneksi Pikiran dan Teknologi

FIDO Alliance, sebuah organisasi yang berfokus pada standar keamanan internet, telah mengembangkan protokol tanpa password berbasis biometrik yang lebih aman dan efisien. Teknologi seperti passkey dari Google dan Apple memungkinkan pengguna mengakses akun mereka tanpa harus memasukkan password secara manual, tetapi tetap mengandalkan otentikasi biometrik yang terenkripsi (FIDO Alliance, 2023).

Teknologi biometrik menawarkan solusi keamanan yang lebih praktis dan aman dibandingkan password tradisional. Namun, tantangan terkait privasi, keamanan data, dan akurasi masih menjadi hambatan utama dalam penerapannya secara menyeluruh. Dalam waktu dekat, biometrik kemungkinan besar akan menjadi bagian dari sistem otentikasi yang lebih kompleks, bukan sepenuhnya menggantikan password. 

Dengan perkembangan teknologi keamanan yang semakin maju, masa depan sistem autentikasi kemungkinan besar akan mengarah pada kombinasi biometrik, kriptografi, dan kecerdasan buatan untuk menciptakan metode yang lebih aman dan efisien.

BACA JUGA:Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Dunia Seni: Kreativitas atau Mesin?

BACA JUGA:Teknologi Anti-Penuaan Bisakah Kita Melawan Waktu

Referensi:

1. Jain, A., Ross, A., & Nandakumar, K. (2016). Introduction to Biometrics. Springer.

2. BBC. (2023). The Future of Biometric Security and Its Role in Digital Banking.

3. UIDAI. (2022). Aadhaar: India’s Unique Identification System.

4. NIST. (2023). Biometric Data Security and Privacy Challenges.

5. Electronic Frontier Foundation. (2023). Facial Recognition and Mass Surveillance Concerns.

6. Buolamwini, J., & Gebru, T. (2018). Gender Shades: Intersectional Accuracy Disparities in Commercial Gender Classification. Proceedings of Machine Learning Research.

7. FIDO Alliance. (2023). Passkey: The Future of Passwordless Authentication.

Tag
Share