radarmukomukobacakoran.com-Di tengah maraknya isu pangan nasional, terkuak sebuah realita pahit yang dialami para peternak sapi perah di Pasuruan, Jawa Timur. Susu hasil jerih payah mereka justru terbuang sia-sia, sementara industri pengolahan susu lebih memilih untuk mengimpor susu dari luar negeri.
BACA JUGA:2025 Pemdes Lubuk Bento Masih Prioritaskan Kebutuhan Air Bersih
BACA JUGA:TA 2025 Program Ketahanan Pangan Masih Jadi Prioritas Penggunaan DD
BACA JUGA:Nepal: Negeri Atap Dunia Dengan Tradisi Unik Paling Toleran
Dilema Peternak: Susu Melimpah, Tapi Tak Tertampung
Bayu Aji Handayanto, seorang peternak dan pengepul susu asal Pasuruan, mengungkapkan kekecewaan mendalam atas kondisi yang dialami para peternak. Susu yang dihasilkan melimpah, namun industri pengolahan hanya menyerap sebagian kecil saja. Sisanya terpaksa dibuang karena tidak ada tempat penampungan.
Impor Susu: Ancaman Bagi Peternak Lokal
Pembatasan pengiriman susu ke industri disebabkan oleh keputusan industri yang lebih memilih menggunakan susu impor. Hal ini dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya:
• Harga impor yang lebih murah: Susu impor memiliki harga yang lebih murah dibandingkan susu lokal. Ini disebabkan oleh adanya subsidi dari pemerintah negara asal dan biaya transportasi yang lebih rendah.
• Ketersediaan yang lebih stabil: Susu impor biasanya memiliki ketersediaan yang lebih stabil dibandingkan susu lokal. Hal ini mengurangi risiko kekurangan pasokan bagi industri.
• Kurangnya kontrol terhadap impor: Pemerintah dianggap kurang mengawasi impor susu. Keran impor dibuka lebar tanpa adanya pajak yang signifikan, sehingga industri lebih tertarik untuk mengimpor.
Dampak Buruk bagi Peternak Lokal
Kondisi ini menimbulkan dampak buruk bagi peternak sapi perah lokal, di antaranya:
• Penurunan pendapatan: Penurunan penjualan susu menyebabkan penurunan pendapatan para peternak. Banyak peternak yang mengalami kerugian dan kesulitan dalam menjalankan usaha peternakannya.