Inovasi Cerdas, Mengubah Urin Kambing Menjadi Pupuk Organik Cair, Kisah Petani Desa Guunting

Minggu 18 Aug 2024 - 07:01 WIB
Reporter : Fahran
Editor : Ahmad Kartubi

radarmukomukobacakoran.co - Di tengah tantangan global mengenai keberlanjutan pertanian, inovasi di desa-desa terpencil sering kali menawarkan solusi praktis yang efisien dan ramah lingkungan. 

Salah satu contoh yang mencolok adalah Desa Gunting, sebuah desa kecil yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia. 

Meskipun terbilang jauh dari hiruk-pikuk kota besar, desa ini berhasil memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah untuk menciptakan inovasi yang berdampak besar. 

Salah satu inovasi tersebut adalah mengubah urin kambing menjadi pupuk organik cair berkualitas tinggi. Bagaimana inovasi ini dimulai, apa manfaatnya, siapa yang berperan dalam pengembangannya, mengapa inovasi ini penting, di mana inovasi ini diterapkan, dan bagaimana prosesnya berlangsung. 

Kita akan mengangkat kisah nyata dari seorang peternak lokal yang berhasil memanfaatkan inovasi ini untuk meningkatkan kualitas hasil pertaniannya.

Desa Gunting terkenal dengan populasi kambing yang cukup besar, di mana hampir setiap keluarga memiliki peternakan kecil sebagai sumber penghidupan. 

Namun, keberadaan kambing dalam jumlah besar juga menimbulkan masalah lingkungan, terutama dalam hal limbah urin yang sering kali dibiarkan begitu saja dan mencemari lingkungan. 

Selain itu, para petani di Desa Gunting juga mengalami kendala dalam memperoleh pupuk berkualitas yang terjangkau, terutama setelah harga pupuk kimia mengalami kenaikan yang signifikan.

Pada tahun 2019, seorang warga bernama Pak Sudirman, yang juga seorang peternak kambing, memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. 

Berbekal pengetahuan sederhana tentang manfaat urin kambing sebagai sumber nitrogen, fosfor, dan kalium, ia mulai bereksperimen dengan mengumpulkan urin kambing dan mencampurkannya dengan bahan-bahan organik lainnya seperti molase dan EM4 (Efektif Mikroorganisme 4) untuk mempercepat proses fermentasi.

Dengan bimbingan dari penyuluh pertanian setempat, Pak Sudirman mengembangkan formula yang tepat untuk mengolah urin kambing menjadi pupuk organik cair yang berkualitas tinggi. 

Pupuk ini tidak hanya kaya akan nutrisi yang diperlukan tanaman, tetapi juga ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia sintetis.

Proses pembuatan pupuk organik cair dari urin kambing ini melibatkan beberapa tahap sederhana namun membutuhkan ketelitian. 

Pertama, urin kambing dikumpulkan dalam sebuah wadah besar yang tertutup untuk mencegah bau dan kontaminasi. Kemudian, urin tersebut dicampur dengan molase dan EM4, lalu diaduk secara merata. 

Campuran ini dibiarkan selama 7 hingga 14 hari untuk mengalami proses fermentasi. 

Setelah proses fermentasi selesai, pupuk cair disaring untuk memisahkan endapan yang tidak larut dan disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.

Pak Sudirman bukan hanya seorang inovator, tetapi juga seorang petani yang merasakan langsung manfaat dari inovasi yang ia kembangkan. 

Sebelum menemukan inovasi ini, ia mengeluhkan biaya pupuk kimia yang semakin tinggi dan sering kali harus bergantung pada suplai pupuk yang tidak menentu. 

Dengan pupuk organik cair yang ia produksi sendiri, Pak Sudirman tidak hanya berhasil mengurangi biaya produksi, tetapi juga meningkatkan hasil panen.

Pada awalnya, Pak Sudirman mencoba menggunakan pupuk ini pada tanaman sayurannya, seperti cabai dan tomat. 

Hasilnya mengejutkan: tanaman tumbuh lebih subur, buah yang dihasilkan lebih besar dan segar, serta tahan terhadap serangan hama. 

Keberhasilan ini membuatnya mulai membagikan pupuk tersebut kepada tetangga dan petani lainnya di Desa Gunting. 

Dalam waktu singkat, inovasi ini menyebar luas dan banyak petani lain yang mengikuti jejaknya.

Inovasi ini penting karena memberikan solusi terhadap dua masalah besar sekaligus: pengelolaan limbah ternak dan kebutuhan akan pupuk berkualitas tinggi yang terjangkau. 

Di tengah isu keberlanjutan dan keberlanjutan pangan, inovasi seperti ini sangat relevan. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar, seperti urin kambing yang melimpah, petani dapat menghasilkan pupuk yang tidak hanya meningkatkan kualitas tanah dan tanaman, tetapi juga ramah lingkungan.

Selain itu, inovasi ini juga menjadi solusi bagi petani kecil yang sering kali terbebani oleh tingginya harga pupuk kimia. Dengan adanya pupuk organik cair ini, mereka bisa menekan biaya produksi sekaligus meningkatkan produktivitas lahan mereka.

Tentu saja, tidak semua berjalan mulus dalam penerapan inovasi ini. Pada awalnya, Pak Sudirman menghadapi tantangan dalam hal pengetahuan dan penerimaan dari masyarakat sekitar. 

Banyak petani yang ragu dan enggan mencoba pupuk organik cair tersebut karena terbiasa dengan pupuk kimia. 

Namun, melalui penyuluhan yang terus-menerus dan hasil nyata yang ditunjukkan oleh tanaman yang subur dan sehat, akhirnya semakin banyak petani yang tertarik dan mulai beralih menggunakan pupuk ini.

Selain itu, tantangan lain yang dihadapi adalah dalam hal distribusi dan penyimpanan. Pupuk cair yang diproduksi dalam jumlah besar perlu disimpan dengan baik agar tidak rusak. 

Untuk mengatasi hal ini, Pak Sudirman dan kelompok tani setempat bekerja sama untuk membangun fasilitas penyimpanan dan distribusi yang memadai, sehingga pupuk cair ini bisa didistribusikan ke petani-petani lainnya dengan mudah.

Melihat kesuksesan dari inovasi ini, pemerintah setempat dan dinas pertanian mulai memberikan perhatian lebih. 

Mereka melihat potensi besar dari pupuk organik cair ini untuk dikembangkan lebih lanjut, bahkan di luar Desa Gunting. Dinas pertanian berencana untuk mengadakan pelatihan bagi petani di desa-desa lain agar mereka bisa memanfaatkan limbah ternak mereka dengan cara yang sama.

Tidak hanya itu, dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pertanian berkelanjutan, pupuk organik cair ini memiliki potensi untuk dipasarkan secara komersial. 

Pak Sudirman dan kelompok taninya kini sedang menjajaki kemungkinan untuk mendapatkan sertifikasi organik dan memasarkan produk mereka ke pasar yang lebih luas, termasuk pasar modern yang mulai mengedepankan produk-produk ramah lingkungan.

Inovasi yang dikembangkan di Desa Gunting menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan pengetahuan yang tepat, sumber daya lokal yang sebelumnya dianggap sebagai limbah dapat diubah menjadi solusi berharga. 

Mengubah urin kambing menjadi pupuk organik cair bukan hanya memberikan manfaat langsung bagi petani di desa tersebut, tetapi juga menawarkan model yang dapat diterapkan di berbagai daerah lain di Indonesia.

Pak Sudirman adalah contoh nyata bahwa dengan kemauan dan kerja keras, inovasi yang sederhana sekalipun dapat membawa perubahan besar bagi masyarakat. 

Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah dan lembaga terkait, inovasi ini memiliki potensi untuk dikembangkan lebih jauh dan menjadi salah satu solusi bagi pertanian berkelanjutan di Indonesia.

Referensi

1. Departemen Pertanian Republik Indonesia. (2021). Panduan Pengolahan Limbah Ternak Menjadi Pupuk Organik. Jakarta: Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

2. Susanto, R. (2019). Inovasi Pertanian Berkelanjutan: Kasus Desa Gunting. Jakarta: Penerbit Agro Media.

3. Winarno, B. (2020). Manfaat dan Potensi Pupuk Organik Cair dari Limbah Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

Kategori :