Mengikuti Tradisi Adat Pernikahan Suatu Daerah Dianggap Beban, Berikut Penjelasanya

Jumat 19 Jul 2024 - 09:25 WIB
Reporter : Fahran
Editor : Ahmad Kartubi

radarmukomuko.bacakoran.com - Di Indonesia, pernikahan tak hanya soal akad nikah dan resepsi, tetapi juga tentang tradisi dan adat istiadat yang diwariskan turun-temurun. 

Namun, di tengah modernisasi zaman, muncul pertanyaan kontroversial: 

Benarkah adat pernikahan dari daerah tertentu dapat menjadi penghambat kelancaran acara pernikahan dan menghambat kebahagiaan pasangan?

Adat pernikahan di setiap daerah memang memiliki keunikan dan kekayaan budayanya masing-masing. Prosesi adat yang rumit dan memakan waktu tak jarang membuat calon pengantin bimbang. 

Kekhawatiran akan adanya hambatan atau kesalahpahaman dalam menjalankan ritual adat pun kerap menghantui. 

Di sisi lain, ada anggapan bahwa adat pernikahan hanya menjadi beban dan membuang-buang waktu, tak sesuai dengan tuntutan zaman modern yang serba praktis dan cepat.

Namun, anggapan bahwa adat pernikahan selalu menjadi penghambat perlu diluruskan. 

Faktanya, adat pernikahan dapat menjadi berkah dan pemersatu keluarga jika dijalankan dengan penuh makna dan pemahaman. 

Nilai-nilai luhur dan filosofi yang terkandung dalam adat pernikahan dapat memperkuat komitmen dan keharmonisan rumah tangga.

Salah satu contohnya adalah tradisi pernikahan adat Jawa yang sarat makna. Prosesi siraman, sungkeman, dan panggih mengandung filosofi tentang penghormatan kepada orang tua, doa restu, dan harapan untuk kehidupan pernikahan yang harmonis. 

Melaksanakan tradisi ini dengan penuh kesadaran dan pemahaman dapat menjadi momen mempererat hubungan antar keluarga dan memperkuat makna pernikahan.

Di sisi lain, perlu diakui bahwa adat pernikahan terkadang bisa menjadi beban bagi calon pengantin, terutama jika dijalankan dengan paksaan dan tanpa pemahaman yang memadai. 

Hal ini dapat menimbulkan stres dan keretakan dalam hubungan antar keluarga. 

Oleh karena itu, penting bagi calon pengantin untuk mendiskusikan dan menyepakati bersama keluarga tentang adat pernikahan yang ingin dijalankan. 

Memahami makna dan filosofi di balik setiap tradisi, serta menyesuaikannya dengan kemampuan dan kondisi, menjadi kunci agar adat pernikahan tidak menjadi beban, tetapi malah menjadi berkah bagi pernikahan.

Pada intinya, adat pernikahan bukanlah hal yang perlu ditakuti, tetapi dipelajari dan dipahami maknanya. Dengan pemahaman dan komunikasi yang baik antar keluarga, adat pernikahan dapat menjadi momen indah dan memperkuat makna pernikahan itu sendiri.

Perlu diingat bahwa setiap daerah memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penting untuk melakukan riset dan mempelajari secara mendalam adat pernikahan yang akan dijalankan. Hal ini dapat dilakukan dengan berdialog dengan tetua adat, membaca buku atau artikel terkait, atau mengikuti workshop budaya.

Dengan persiapan yang matang dan pemahaman yang baik, adat pernikahan bukan lagi menjadi penghambat, melainkan penyempurna momen sakral pernikahan yang penuh makna dan kenangan indah. 

Namun, penting untuk diingat bahwa kebahagiaan pernikahan tidak hanya bergantung pada adat istiadat, tetapi juga pada komitmen, komunikasi, dan saling pengertian antara pasangan. 

Modernisasi pernikahan memang tak terelakkan, namun nilai-nilai luhur dan filosofi yang terkandung dalam adat pernikahan tak boleh ditinggalkan. Tradisi warisan leluhur dan modernisasi pernikahan harus berjalan seiring, saling melengkapi, dan memperkaya makna pernikahan itu sendiri.*

Artikel Ini Dilansir Dari Berbagai Sumber : radarjombang.jawapos.com dan idntimes.com

Tags : #pernikahan
Kategori :