radarmukomuko.bacakoran.com - Tradisi dan budaya yang di miliki bangsa Indonesia sungguh banyak dan beraneka ragam.
Setiap tradisi selalu melibatkan alam , adat serta tradisi leluhur bahkan, masih ada perkawianan yang unik yang melibatkan orang yang sudah meninggal. Namun, di balik keunikannya, beberapa adat pernikahan di Indonesia memiliki sisi mistis yang dipercaya oleh masyarakat setempat. Perpaduan tradisi dan kepercayaan ini melahirkan ritual-ritual pernikahan yang tak hanya unik, tetapi juga membangkitkan rasa penasaran dan bahkan kontroversi. Berikut 10 ritual pernikahan mistis di Indonesia yang mengundang berbagai pertanyaan dan perdebatan: 1. Mepasung Pengantin Suku Dayak di Kalimantan memiliki tradisi “memasung” pengantin wanita selama beberapa hari sebelum pernikahan. Ritual ini bertujuan untuk menenangkan roh jahat dan mempersiapkan mental mempelai wanita untuk kehidupan baru. Namun, tradisi ini menuai kritik karena dianggap sebagai bentuk penyiksaan dan melanggar hak asasi manusia. 2. Mandi Air Jenazah Di Papua, Suku Dani memiliki tradisi memandikan mempelai wanita dengan air bekas memandikan jenazah. Ritual ini dipercaya untuk membersihkan diri dari kesialan dan membawa keberuntungan bagi pernikahan. Namun, tradisi ini dianggap tidak higienis dan menyinggung bagi sebagian orang, karena dianggap merendahkan martabat orang yang telah meninggal. 3. Mimpi Jodoh Suku Mentawai di Kepulauan Mentawai memiliki tradisi unik untuk mencari jodoh, yaitu dengan cara bermimpi. Calon mempelai pria akan tidur di atas kuburan leluhur dan berharap mendapatkan mimpi tentang jodohnya. Tradisi ini mengundang pro dan kontra. Di satu sisi, tradisi ini dianggap sebagai cara romantis untuk menemukan cinta sejati. Di sisi lain, tradisi ini dikhawatirkan dapat memicu halusinasi dan gangguan mental. 4. Potong Jari Suku Suku di Sulawesi Selatan memiliki tradisi memotong jari kelingking mempelai wanita sebagai simbol kesetiaan. Darah yang keluar dicampur dengan air dan diminum oleh kedua mempelai sebagai tanda ikatan pernikahan. Tradisi ini menuai kecaman karena dianggap sebagai bentuk mutilasi yang berbahaya dan tidak manusiawi. 5. Mencari Benda Pusaka Gaib Di Jawa, terdapat tradisi mencari benda pusaka gaib yang dipercaya memiliki kekuatan magis untuk pernikahan yang langgeng dan penuh keberuntungan. Benda pusaka ini biasanya berupa keris, batu akik, atau benda pusaka lainnya. Tradisi ini dikhawatirkan dapat memicu penipuan dan eksploitasi benda pusaka untuk keuntungan pribadi. 6. Larung Sesaji: Penghormatan Leluhur atau Pemborosan Ritual? Di berbagai daerah di Indonesia, terdapat ritual larung sesaji yang dilakukan sebelum pernikahan. Ritual ini bertujuan untuk memohon kelancaran pernikahan dan tolak bala dari gangguan makhluk halus. Tradisi ini sering dikritik karena dianggap sebagai pemborosan dan tidak sesuai dengan ajaran agama. 7. Pernikahan dengan Mayat: Cinta Abadi atau Kegilaan Nekrofilia? Tradisi pernikahan dengan mayat pernah dilakukan di Filipina. Tradisi ini dilakukan dengan cara menikahi jenazah orang yang dicintai yang telah meninggal dunia. Tradisi ini dianggap sebagai penyimpangan dan melanggar norma sosial. 8. Pernikahan Setan: Persekongkolan dengan Iblis atau Kepercayaan Semu? Di Jepang, terdapat ritual pernikahan dengan setan yang disebut “Jinkore”. Ritual ini dilakukan oleh orang yang ingin mendapatkan kekayaan atau kesuksesan dengan cara menikahi roh jahat. Tradisi ini dikecam karena dianggap sebagai bentuk penyembahan berhala dan membahayakan keselamatan jiwa. 9. Pernikahan Hantu: Menenangkan Arwah atau Memicu Gangguan Gaib? Di Korea Selatan, terdapat tradisi pernikahan hantu yang disebut “Samsin Han”. Ritual ini dilakukan untuk menenangkan arwah orang yang meninggal secara tragis dan belum menikah. Tradisi ini dikhawatirkan dapat mengundang arwah jahat dan mengganggu ketenangan hidup. 10. Pernikahan Pocong: Tradisi Unik atau Eksploitasi Sensasi? Di Jawa, terdapat tradisi pernikahan pocong yang dilakukan sebagai bagian dari festival atau pertunjukan. Dalam tradisi ini, sepasang pengantin dipakaikan kain kafan dan didandani seperti pocong. Tradisi ini menuai pro dan kontra. Di satu sisi, tradisi ini dianggap sebagai daya tarik wisata dan pelestarian budaya. Di sisi lain, tradisi ini dikhawatirkan dapat menyinggung.* Artikel Ini Dilansir Dari Berbagai Sumber : soloraya.solopos.com dan idntimes.com
Kategori :