Ormas Khilafatul Muslimin Tidak Terdaftar di Kesbangpol

Selasa 09 Jul 2024 - 19:59 WIB
Reporter : SAHAD
Editor : SAHAD

radarmukomuko.bacakoran.co - Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Mukomuko, Ali Muchin, S.Pd, MAP menyampaikan bahwa Organisasi Masyarakat (Ormas) Khilafatul Muslimin, tidak terdaftar di Kebangpol Mukomuko. Hal ini menyebabkan pihak Kesbangpol tidak memiliki data terkait dengan Khilafatul Muslimin. Baik legalitasnya, struktur kepengurusan, program kerja, alamat dan sebagainya.

‘’Khilafatul Muslim tidak terdaftar di Kesbangpol,’’ ujar Ali Muchin, Minggu 7 Juli 2024.

Ali Muchin juga menyampaikan, baru-baru ini pihaknya melakukan silaturahmi dengan warga Khilafatul Muslimin di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Teras Terunjam. Dikatakan Ali, setelah melakukan dialog, diketahui bahwa jamaah Khilafatul Muslim tidak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan politik, kegiatan ekonomi maupun social budaya. Juga tidak ada ajaran yang bertentangan dengan hukum pemerintah.

‘’Kegiatan sehari-hari warga Khilafatul Muslim, sama dengan masyarakat pada umumnya. Tidak ada kegiatan yang bertentangan dengan idiologi Negara. Itulah yang disampaikan oleh ustad M. Nurhabib selaku orang yang dituakan,’’ ungkap Ali.

BACA JUGA:Di-Monev, Desa Kota Praja Tuntaskan Fisik DD Tahap I

BACA JUGA:Mengapa Helem Sangat Penting Digunakan Saat Berkendara Sepeda Motor?

Ali juga menyampaikan jamaah Khilafatul Muslimin memiliki sarana pendidikan bersifat tradisional, menulis, membaca dan menghafal Al Qur’an. Jamaah Khilafatul Muslimin terbuka bagi siapa saja yang datang untuk berdialog, diskusi, dan sebagainya. 

‘’Mereka terbuka untuk siapa saja yang mau datang. Kedatangan kami juga disambut dengan baik. Dan kami berdialog dengan penuh kekeluargaan,’’ papar Ali.

Kades Mekar Jaya, Mulyatman menyampaikan warga Khilafatul Muslimin menerima bantuan pangan berupa beras dari pemerintah. Ada juga yang menerima bantuan langsung tunai dana desa. Dalam kehidupan bermasyarakat mereka juga aktif. Salah satu contohnya jika diajak gotong-royong, mereka begitu semangat. Sebagai masyarakat desa, gotong-royong menjadi tolok ukur kebersamaan.

‘’Kalau diajak gotong-royong mereka semangat. Diajak pasang bendera, pasang umbul-umbul juga semangat. Tapi kalau pasang bendera sendiri mungkin mereka belum punya,’’ demikian Mulyataman.*

Kategori :