radarmukmuko.bacakoran.com-Cabai rawit dan produk olahannya sudah ada sejak 6.000 tahun yang lalu. Hal tersebut terungkap pada 16 Februari 2007 dari hasil penelitian yang dilakukan ilmuwan yang dipimpin oleh Linda Perry dari Smithsonian Institution dan dipublikasikan di jurnal Science. dalam "Fosil Pati dan Domestikasi dan Penyebaran Cabai (Capsicum spp.L.) di Amerika".
Kesimpulan ini didasarkan pada penemuan mikropartikel bubuk cabai pada makanan India Zapotec merah, yang telah ditemukan di tujuh lokasi berbeda dari Bahama hingga Peru selatan. Penyebaran cabai tidak lepas dari kontribusi Christopher Columbus, sang penjelajah legendaris.
Saat kembali dari Amerika Latin ke Spanyol, Christopher Columbus membawa serta bibit cabai yang ia duga adalah lada hitam untuk diberikan. kepada Ratu Isabella. .< br>Dari Spanyol, benih cabai menyebar ke Eropa. Manguelonne Toussain-Samat, seorang penulis Perancis, menulis dalam bukunya Culinary History bahwa rasa cabai terlalu pedas untuk perut sensitif orang Eropa. Oleh karena itu, cabai tidak digunakan dalam makanan.
Pada akhir abad ke-16, bangsa Portugis memperkenalkan cabai ke Indonesia. Namun menurut Titi Surti Nastiti, arkeolog Indonesia, dalam buku Pasar di Jawa pada Masa Mataram Kuno, abad 6-10 Mei, jauh sebelum itu, cabai sudah menjadi produk komersial pada masa Jawa Kuno. Bahkan, dalam teks Ramayana yang ditulis pada abad ke-10, cabai disebutkan sebagai salah satu contoh suatu makanan.
Fadly Rahman, seorang sejarawan kuliner, dalam bukunya Jejak Rasa Nusantara pernah menyebutkan bahwa bahan sambal abad ke-10 mungkin masih digunakan. Cabai Jawa (Piper retrofractum).
Cabai ini tidak sama dengan cabai asal daratan Amerika yang baru masuk ke Indonesia pada abad ke-16. Setelah diperkenalkan ke kepulauan tersebut, cabai langsung menjadi bumbu baru yang populer. Faktanya, sambal merupakan bahan utama dalam pembuatan ayam rica-rica, ayam geprek, telur balado, bahkan nasi goreng sederhana.
Sambal juga sangat terkenal di kalangan orang Eropa. Berbagai jenis saus sambal merupakan bagian dari rijsttafel, menu beragam yang mencakup nasi, lauk pauk, dan sayuran khas Indonesia. Catenius van der Meijden, salah satu chefnya, bahkan ahli menyiapkan puluhan jenis sambal yang kemudian dibagikan dalam bukunya Eat Nasi (1922).
Menurut Sunjayadi, a Dalam beberapa tur, Pemandu wisata memperingatkan wisatawan untuk berhati-hati saat menggunakan sambal. Sebab, kemungkinan besar liburan Anda akan terganggu jika perut Anda terasa sakit saat menyantap sambal.
Sampai saat ini, sambal masih menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kebiasaan makan orang Indonesia.
Karena pentingnya sambal Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, Anda bisa menemukan berbagai jenis sambal di berbagai tempat makan. Sambal matah adalah sambal yang populer di mana-mana.
Sambal matah adalah sambal tradisional Bali yang dapat ditemukan di mana-mana di provinsi Bali dan kini telah menyebar ke berbagai daerah di nusantara. Kata “matah” sendiri artinya kasar. Jadi, sambal matah artinya sambal yang diolah dari bahan mentah tanpa digiling.
Sambal matah terbuat dari berbagai bahan seperti cabai merah, bawang merah, garam, serai, jeruk nipis, minyak, dan kecap ikan udang. Pada awalnya orang Bali menyebut sambal matah dengan sambal bawang karena di dalamnya banyak terdapat bawang merah. Namun karena namanya mirip dengan sambal bawang putih di luar Bali, maka nama sambal ini diubah oleh industri pariwisata menjadi sambal matah. Terkadang orang juga menambahkan bawang putih dengan cara dicelupkan ke dalam sambal.
Resep sambal matah yang mudah dan pasti lezat.
Bahan: