Menyusuri Tempat Wisata Mukomuko yang IndahWajib Dikunjungi

Sabtu 21 Jun 2025 - 15:32 WIB
Reporter : Ahmad Kartubi
Editor : Ahmad Kartubi

KORANRM.ID - Di ujung barat Pulau Sumatra, terdapat sebuah daerah yang tak banyak disebut dalam peta wisata nasional, namun menyimpan hamparan keindahan alam yang mampu menggugah siapa pun yang menyapanya. 

Mukomuko, sebuah kabupaten di Provinsi Bengkulu, ibarat permata yang tertutup kabut. Namanya mungkin jarang terlintas dalam benak para pelancong, tetapi jejak keindahan dan kisah budaya yang dimilikinya menjadikannya destinasi yang layak untuk diangkat ke permukaan.

Mukomuko bukan sekadar persinggahan. Ia adalah narasi panjang tentang pantai-pantai murni, danau yang tenang, air terjun yang menawan, serta warisan adat yang bertahan meski terdesak oleh modernisasi. 

Dalam sunyinya, daerah ini menyimpan potensi besar yang perlahan mulai menarik perhatian para penjelajah, pencinta alam, dan penikmat keheningan.

Salah satu daya tarik utama Mukomuko adalah “Pantai Pandan Wangi”. 

Terletak di Kecamatan Kota Mukomuko, pantai ini menawarkan panorama yang nyaris tak tersentuh. Garis pantainya membentang panjang, dihiasi pasir putih yang lembut dan debur ombak Samudra Hindia yang bergulung kuat. 

Di waktu senja, cahaya matahari menyelinap di antara langit dan laut, melukis cakrawala dengan gradasi jingga keemasan yang menenangkan jiwa. Tak ada keramaian berlebihan di sini—hanya angin laut, jejak burung camar, dan keheningan yang mengajak merenung.

Beberapa kilometer dari sana, tersembunyi “Danau Nibung”, sebuah danau yang telah menjadi bagian dari identitas masyarakat sekitar. 

BACA JUGA:Inilah Tempat Wisata di Mukomuko yang Selalu Ramai Saat Idul Fitri

Airnya jernih, dikelilingi pepohonan rindang dan semak belukar yang masih alami. Suara alam mendominasi suasana, membuatnya ideal bagi mereka yang ingin lepas dari kebisingan kota. 

Nelayan setempat terkadang melintas dengan perahu kayu, menambah nuansa lokal yang otentik. Danau ini juga menjadi tempat berkembangnya keanekaragaman hayati, termasuk spesies burung air yang bermigrasi di musim-musim tertentu.

Bergeser ke daerah Kecamatan Air Dikit, terdapat “Air Terjun Selagan Jaya”, destinasi yang menantang bagi jiwa petualang. 

Perjalanan menuju air terjun ini memang tak semudah ke pantai-diperlukan tenaga dan semangat untuk menyusuri jalan berbatu dan hutan kecil yang mengelilinginya. 

Namun sesampainya di sana, segalanya terasa sepadan. Air terjun menjulang dengan debit yang cukup deras, menciptakan kolam alami di bawahnya yang segar dan menyegarkan. 

Sinar matahari yang menembus celah dedaunan menghasilkan semburat pelangi kecil di permukaan air, menjadikannya pemandangan yang memesona.

Bukan hanya alam yang menjadi kekuatan Mukomuko. Daerah ini juga menyimpan kekayaan budaya yang unik dan langka. Salah satu contohnya adalah “Desa Adat Pondok Suguh”, tempat tinggal masyarakat yang masih mempertahankan struktur adat warisan Kerajaan Pagaruyung. 

Sistem kekerabatan matrilineal dan praktik musyawarah dalam rumah gadang menjadi saksi keteguhan mereka dalam menjaga identitas. 

Di desa ini, pengunjung dapat melihat langsung prosesi adat seperti kenduri pusako, pembacaan tambo (sejarah), dan tradisi turun pusako yang sarat makna filosofis.

Pemerintah Kabupaten Mukomuko mulai menunjukkan langkah-langkah serius untuk mengembangkan potensi wisatanya. 

Melalui Dinas Pariwisata, berbagai kegiatan promosi dan penguatan infrastruktur telah dicanangkan. Revitalisasi jalur menuju objek wisata dan penyuluhan kepada masyarakat lokal tentang pentingnya ekowisata menjadi fokus utama. 

Selain untuk meningkatkan pendapatan daerah, upaya ini juga bertujuan membuka lebih banyak lapangan kerja berbasis lokal, terutama bagi generasi muda di desa-desa sekitar.

Salah satu bentuk kolaborasi positif muncul dari kehadiran komunitas pegiat wisata yang tergabung dalam “GenPI Mukomuko” (Generasi Pesona Indonesia), yang aktif mempromosikan tempat-tempat eksotis melalui media sosial dan festival lokal. 

Mereka menggandeng pelaku UMKM, pemuda desa, serta tokoh adat untuk mengangkat citra Mukomuko sebagai destinasi yang tidak hanya cantik secara visual, tetapi juga kaya secara spiritual dan sosial.

Menariknya, seluruh destinasi wisata di Mukomuko nyaris bebas dari hiruk pikuk pariwisata massal. 

Hal ini memberi kesempatan bagi pengunjung untuk mengalami wisata yang lebih intim dan autentik. 

Tidak ada hotel mewah atau restoran berjejaring internasional, namun keramahan penduduk lokal dan cita rasa masakan tradisional seperti “ikan pais”, “gulai cuka”, dan “lemang durian” mampu menciptakan kesan yang tak tergantikan. Bagi wisatawan yang menghargai keaslian dan 

kesederhanaan, Mukomuko menyuguhkan pengalaman yang menyentuh.

Namun, ada tantangan besar yang masih membayangi. Aksesibilitas menjadi isu utama. Beberapa objek wisata, meski memiliki potensi luar biasa, masih sulit dijangkau karena kondisi jalan yang belum memadai. 

Infrastruktur penunjang seperti papan informasi, tempat istirahat, hingga sanitasi juga belum merata. Jika tidak ditangani secara holistik, pesona alam dan budaya yang dimiliki Mukomuko bisa tergerus waktu sebelum sempat benar-benar dikenal dunia.

Kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan juga menjadi isu krusial. Di tengah dorongan untuk mengembangkan sektor wisata, keseimbangan ekologis tak boleh diabaikan. Perlu pendekatan yang berkelanjutan—mengembangkan tanpa merusak, mempromosikan tanpa mengeksploitasi. Prinsip ini kini mulai diadopsi oleh beberapa desa wisata seperti “Desa Retak Ilir”, yang mengembangkan “community-based tourism” berbasis konservasi alam dan budaya lokal.

Apa yang terjadi di Mukomuko hari ini adalah cerminan dari potensi besar yang masih menunggu disentuh dengan sentuhan yang tepat. 

Dengan sumber daya alam yang luar biasa dan kekayaan budaya yang autentik, Mukomuko bukan hanya tempat untuk dikunjungi, tetapi juga ruang untuk memahami harmoni antara manusia, alam, dan warisan sejarah. 

Bila pengelolaan dilakukan dengan bijak, bukan tidak mungkin Mukomuko akan bangkit menjadi destinasi unggulan di kawasan barat Indonesia, sejajar dengan nama-nama besar seperti Danau Toba, Labuan Bajo, atau Raja Ampat.

Dalam sunyi yang penuh makna, Mukomuko menunggu untuk ditemukan, bukan sebagai tempat yang dipenuhi kemewahan buatan, melainkan sebagai rumah bagi keindahan sejati yang lahir dari alam dan budaya yang lestari. 

Di tengah laju modernisasi yang terus menggerus banyak warisan, Mukomuko mengajak siapa pun yang datang untuk sejenak berhenti, meresapi, dan menemukan kembali makna dari sebuah perjalanan.(aka)

 

 

 

 

 

Kategori :